Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Serangan Ke Libya Dikhawatirkan Menjadi Penjajahan

Written By mimin on Wednesday, March 23, 2011 | 10:00 PM


Berdalih menghentikan diktator Khadafi dan menciptakan kebebasan di Libya, Amerika Serikat, Inggris dan Perancis memimpin pasukan koalisi menyerang Libya sejak Ahad lalu (20/3). Di hari pertama AS sudah menghabiskan USD 100 juta (sekitar Rp 850 miliar) dalam bentuk serangan rudal ke negeri anak cucu Umar Mukhtar itu.

Banyak pihak yang mengecam serangan pasukan koalisi ke Libya. Sejumlah negara seperti Jerman dan Rusia mengecam serangan yang ditengarai hanya menyengsarakan rakyat Libya itu. Di dalam negeri, Amerika Serikat juga mendapatkan kritik tajam karena telah mengambil keputusan yang menghabiskan biaya besar itu. Diperkirakan, Negeri Paman Sam membutuhkan dana di atas USD 1 miliar (Rp 8,5 triliun). Padahal saat ini Amerika tengah menghadapi krisis keuangan yang cukup serius.

Meskipun menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Turki juga mengecam serangan itu. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan tidak akan bergabung menyerang Libya karena khawatir berkembang menjadi penjajahan.

"Kami tidak akan berpartisipasi dengan pasukan tempur kami. Turki tidak akan pernah mengarahkan senjatanya kepada rakyat Libya," kata Erdogan dalam pidatonya sebagai deputi Partai Pembangunan dan Keadilan di parlemen.

"Itu akan berubah menjadi penjajahan dan secara serius merusak persatuan negara tersebut," tambahnya.

Pernyataan itu dibuktikan Turki hari ini dengan hanya mengirimkan 5 kapal perangnya untuk membantu NATO mengembargo senjata Libya kemarin (23/1). Turki bersikeras tidak mau menerjunkan tentaranya menyerang negara kaya minyak itu.

Banyak pihak yang menuding bahwa Amerika Serikat nekat menyerang Libya karena ada maksud lain. Senada dengan Erdogan, banyak pengamat menilai serangan itu berkembang menjadi penjajahan untuk menguasai sumber-sumber minyak di Libya.

Ormas Islam terbesar di Indonesia juga menyatakan hal serupa. "Kalau Libya merupakan negara dengan minyak terbaik di dunia. Jadi ini murni perang minyak," kata Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj dalam konfrensi pers Selasa (23/3) di kantor PBNU. [AN/bsb]

0 comments:

Post a Comment