Bagaimanakah kita mengawali hari ini? Dengan kebaikan atau keburukan? Dengan damai atau penuh benci? Di Manggarai, Jakarta Selatan tawuran antar warga menjadi aktifitas mengawali hari Jum'at ini. Adalah warga Tenggulung dan Pasar Rumput yang kembali terlibat tawuran. Kedua kelompok massa itu saling serang dengan melemparkan batu dan bom molotov. Bahkan banyak warga yang menggunakan senjata tajam. Sebuah halte TransJakarta rusak parah akibat bentrok ini.
Entahlah, mengapa sebagai sebuah bangsa, bahkan bangsa muslim terbesar di dunia, kita begitu mudah terpancing emosi dan tidak bisa mengendalikan diri. Tawuran di atas cuma dipicu oleh hal yang sepele. Tapi, akibatnya sampai pada penggunaan senjata tajam dan bom molotov.
Kita juga mungkin masih ingat, hari ini 11 tahun yang lalu, wajah Jakarta memburam oleh kerusuhan Mei '98. Masyarakat menjadi hilang kendali, menjarah� anarkis� akhirnya banyak orang tak berdosa menjadi 'korban' perbuatan destruktif mereka.
Mengapa sifat kasih sayang tidak mensenyawa dalam kehidupan kita? Tidakkah kita suka menjadi umat yang berkarakter positif seperti gambaran Nabi yang mulia :
??? ???????? ?? ??????? ??????? ???????? ???? ????? ??? ????? ???? ????? ?? ???? ???? ?????? ??????
"Kau lihat orang-orang mukmin saling menyayangi, saling mencintai, dan saling berbuat baik, bagaikan satu tubuh yang apabila ada bagian yang sakit seluruh tubuh turut tidak bisa tidur dan turut merasa sakit" [HR. Bukhari]Tapi kalau kita melihat para pemimpin -atau lebih tepatnya tokoh- di negeri ini, rasanya wajar jika masyarakat bertindak seperti itu. Bukankah mereka juga lebih suka berdebat daripada bermufakat? Lebih sering saling menghina daripada belajar memahami? Lebih dominan saling serang daripada saling mengasihi? Termasuk dalam drama Pileg dan Pilpres kali ini.
Satu yang pasti, kita tidak bisa mengharapkan siapapun sebelum menjadikan diri kita sendiri sebagai orang pertama yang perlu memperbaiki diri; menanamkan kasih sayang dan mencintai sesama. Sesudah itu, kita akan menemukan hidup dalam damai. Siapkah kita? [Muchlisin]
0 comments:
Post a Comment