Setelah mengklaim Masjid Al-Ibrahimi dan Masjid Bilal bin Rabah sebagai situs peninggalan Yahudi, Israel melanjutkan dengan target Masjid Al-Aqsa. Setidaknya dua puluh warga Palestina terluka dalam bentrokan di Masjid Al-Aqsa kemarin. Bentrokan ini bermula dari upaya ekstremis Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsa.
Warga Palestina yang tidak ingin Masjid suci ketiga umat Islam itu dinodai segera beraksi. Mereka menahan para ekstremis Yahudi. Namun, para polisi Israel yang telah siap melindungi ekstremis itu segera bertindak. Bentrokan pun tidak terhindarkan. Warga Palestina mengandalkan batu untuk melawan polisi Israel yang menggunakan peluru karet dan gas air mata. Selain 20 orang terluka, 11 warga Palestina lain juga diberitakan di culik dalam insiden itu.
Dunia Islam Hanya Bisa Mengutuk
Sebagaimana sebelumnya, negara-negara muslim dan organisasi islam hanya bisa mengutuk menyikapi peristiwa tersebut. Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengutuk penyerbuan Masjid Al-Aqsha itu dan memperingatkan mengenai konsekuensi berbahaya atas tindakan tersebut
"Setiap kerusakan atas Masjid Al-Aqsha dan tempat suci lain akan menghasilkan konsekuensi serius dengan bahaya yang tak dapat diramalkan terhadap keamanan dan perdamaian dunia," Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu memperingatkan.
Sebagian negara-negara Arab dan negara Muslim bahkan cenderung diam, seperti menutup mata atas peristiwa ini. Sementara pemerintahan otoritas Palestina di bawah kepemimpinan Presiden Mahmud Abbas yang berkolaborasi dengan pihak Israel membuat rezim Zionis makin berani melakukan aksi-aksi serangan dan perusakan ke Masjid Al-Aqsa. Peristiwa ini hanyalah satu bagian dari rangkaian serangan dan penindasan ke masjid Al-Aqsa. Bukan yang pertama, apalagi yang terakhir.
Negara-negara Muslim Tidak Bersikap Seperti Rakyatnya
Mesir, misalnya. Negara dengan penduduk mayoritas muslim ini tidak begitu peduli dengan kondisi Palestina, termasuk masjid Al-Aqsa. Di bawah pemerintahan Mubarak, Mesir justru mendukung Zionis mengisolasi Gaza dari dunia luar. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan Mesir untuk membangun tembok baja Mesir.
Mesir seolah tidak mendengarkan para mahasiswanya menggelar demonstrasi untuk memprotes pelanggaran Zionis di wilayah al Quds dan tindakan para pendatang pemukim Zionis yang menyerbu Masjid Al-Aqsha dan menyerang para jamaahnya.
Para demonstran juga menyerukan pemberian bantuan kepada perlawanan Palestina dengan senjata dan memberikan dukungan material kepada faksi-faksi perlawanan Palestina. Para demonstran menyatakan bahwa kekuatan adalah satu-satunya bahasa yang dimengerti oleh entitas Zionis. Mereka mengkritik sikap diam pemerintah Arab, termasuk Mesir menyaksikan serangan terus-menerus terhadap Masjid Al-Aqsha.
Dunia Islam Masih Mandul untuk Melahirkan Shalahuddin Al-Ayyubi Baru
Peristiwa pencaplokan masjid Ibrahimi, ditemukannya galian zionis baru di bawah Al-Aqsa, serta penyerbuan masjid Al-Aqsa ini terjadi pada bulan Rabiul Awal. Ini mengingatkan umat Islam akan peristiwa besar 848 tahun yang lalu. Saat itu Palestina dan Masjid Al-Aqsa berada di bawah cengkeraman pasukan salib. Namun dunia Islam mampu mempersembahkan Shalahuddin Al-Ayyubi yang memimpin mujahidin membebaskan masjid suci ketiga itu dan mengembalikan Palestina ke tangan Islam.
Sejarah kini masih menanti pahlawan seperti Shalahuddin Al-Ayyubi dan para mujahidin yang berangkat membebaskan Masjid Al-Aqsa. Tidak dapat dipungkiri, untuk saat ini dunia Islam masih mandul untuk dapat melahirkan Shalahuddin Al-Ayyubi baru. [AN]
Warga Palestina yang tidak ingin Masjid suci ketiga umat Islam itu dinodai segera beraksi. Mereka menahan para ekstremis Yahudi. Namun, para polisi Israel yang telah siap melindungi ekstremis itu segera bertindak. Bentrokan pun tidak terhindarkan. Warga Palestina mengandalkan batu untuk melawan polisi Israel yang menggunakan peluru karet dan gas air mata. Selain 20 orang terluka, 11 warga Palestina lain juga diberitakan di culik dalam insiden itu.
Dunia Islam Hanya Bisa Mengutuk
Sebagaimana sebelumnya, negara-negara muslim dan organisasi islam hanya bisa mengutuk menyikapi peristiwa tersebut. Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengutuk penyerbuan Masjid Al-Aqsha itu dan memperingatkan mengenai konsekuensi berbahaya atas tindakan tersebut
"Setiap kerusakan atas Masjid Al-Aqsha dan tempat suci lain akan menghasilkan konsekuensi serius dengan bahaya yang tak dapat diramalkan terhadap keamanan dan perdamaian dunia," Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu memperingatkan.
Sebagian negara-negara Arab dan negara Muslim bahkan cenderung diam, seperti menutup mata atas peristiwa ini. Sementara pemerintahan otoritas Palestina di bawah kepemimpinan Presiden Mahmud Abbas yang berkolaborasi dengan pihak Israel membuat rezim Zionis makin berani melakukan aksi-aksi serangan dan perusakan ke Masjid Al-Aqsa. Peristiwa ini hanyalah satu bagian dari rangkaian serangan dan penindasan ke masjid Al-Aqsa. Bukan yang pertama, apalagi yang terakhir.
Negara-negara Muslim Tidak Bersikap Seperti Rakyatnya
Mesir, misalnya. Negara dengan penduduk mayoritas muslim ini tidak begitu peduli dengan kondisi Palestina, termasuk masjid Al-Aqsa. Di bawah pemerintahan Mubarak, Mesir justru mendukung Zionis mengisolasi Gaza dari dunia luar. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan Mesir untuk membangun tembok baja Mesir.
Mesir seolah tidak mendengarkan para mahasiswanya menggelar demonstrasi untuk memprotes pelanggaran Zionis di wilayah al Quds dan tindakan para pendatang pemukim Zionis yang menyerbu Masjid Al-Aqsha dan menyerang para jamaahnya.
Para demonstran juga menyerukan pemberian bantuan kepada perlawanan Palestina dengan senjata dan memberikan dukungan material kepada faksi-faksi perlawanan Palestina. Para demonstran menyatakan bahwa kekuatan adalah satu-satunya bahasa yang dimengerti oleh entitas Zionis. Mereka mengkritik sikap diam pemerintah Arab, termasuk Mesir menyaksikan serangan terus-menerus terhadap Masjid Al-Aqsha.
Dunia Islam Masih Mandul untuk Melahirkan Shalahuddin Al-Ayyubi Baru
Peristiwa pencaplokan masjid Ibrahimi, ditemukannya galian zionis baru di bawah Al-Aqsa, serta penyerbuan masjid Al-Aqsa ini terjadi pada bulan Rabiul Awal. Ini mengingatkan umat Islam akan peristiwa besar 848 tahun yang lalu. Saat itu Palestina dan Masjid Al-Aqsa berada di bawah cengkeraman pasukan salib. Namun dunia Islam mampu mempersembahkan Shalahuddin Al-Ayyubi yang memimpin mujahidin membebaskan masjid suci ketiga itu dan mengembalikan Palestina ke tangan Islam.
Sejarah kini masih menanti pahlawan seperti Shalahuddin Al-Ayyubi dan para mujahidin yang berangkat membebaskan Masjid Al-Aqsa. Tidak dapat dipungkiri, untuk saat ini dunia Islam masih mandul untuk dapat melahirkan Shalahuddin Al-Ayyubi baru. [AN]
0 comments:
Post a Comment