Bagian terakhir dari bahasan Riya' dan Sum'ah ini membahas Kiat Mengatasinya. Jika sebelumnya kita telah mengetahui Definisi, Fenomena, sampai Faktor Penyebab Riya' dan Sum'ah semoga kiat-kiat berikut menjadi solusi sehingga kita mampu mengatasi dan menjauhi Riya' dan Sum'ah.
1. Mengingat dan merenungi akibat riya' dan sum'ah baik di dunia maupun di akhirat
Dengan merenungkan akibat riya' dan sum'ah yang membuat kita tidak mendapatkan apa-apa dari sisi Allah, bahkan menyeret kita ke neraka, akan membuat kita lebih mudah melawan penyakit hati yang satu ini. Di dunia pun, kalau kita mau merenungkan, kekecewaan akan sering hadir bersamaan dengan riya' dan sum'ah yang kita lakukan.
2. Memilih teman dan lingkungan yang relatif bersih dari riya' dan sum'ah
Diakui atau tidak, interaksi kita dengan teman dan lingkungan hanya mengakibatkan dua hal. Kita yang mempengaruhi mereka atau kita yang akan dipengaruhi mereka. Bagi Anda yang tahu kapasitas diri bukan pengubah sejati, jagalah dari pertemanan atau lingkungan yang rawan riya' dan sum'ah. Perbanyaklah teman-teman yang shalih, yang membawa aura keikhlasan serta carilah lingkungan yang relatif aman dari riya' dan sum'ah.
3. Memperhatikan sejarah orang-orang terdahulu, baik yang menjadi contoh ikhlas maupun sebaliknya
Membaca atau mendengarkan kisah mereka akan memiliki bekas di hati dan berpengaruh dalam membantu kita untuk menghindari riya' dan sum'ah. Misalnya para sahabat yang begitu ikhlas. Ada yang ikhlas dalam amal yang terang-terangan, ada pula yang ikhlas dengan menjaga amal secara sembunyi-sembunyi. Ada pula seperti Khalid yang saat perang Yarmuk menjadi ikon keikhlasan. Atau Arab Badui yang tidak mau mendapatkan ghanimah saat perang Khaibar. Sebaliknya, ada pula orang yang masuk neraka padahal ikut jihad di Khaibar karena tidak ikhlas dan mencari dunia.
4. Mengkaji nash-nash syar'i tentang ikhlas dan bahaya riya' serta sum'ah
Baik itu ayat-ayat Al-Qur'an (akan lebih baik jika berikut dengan tafsirnya), maupun hadits-hadits Nabi. Saat jiwa kita terbiasa mengkonsumsi suplemen ruhiyah dan tsaqafah seperti ini, kita akan lebih mudah membawa diri kepada keikhlasan dan melawan riya' serta sum'ah.
5. Meningkatkan Intensitas Muhasabah
Yakni mengevaluasi amal kita sendiri atau melakukan intospeksi. Akan lebih baik jika hal ini dijadwalkan secara berkala. Idealnya harian. Seperti para slafaus shalih yang sebelum tidurnya senantiasa mengingat-ingat apa yang dilakukannya sepanjang hari. Jika ia ingat ada amal yang dilakukan dengan riya' atau sum'ah, segera bertaubat dan mengazamkan diri untuk tidak melawan riya' dan sum'ah ini.
6. Senantiasa berdoa kepada Allah
Ini karena Allah-lah penguasa dan pemilik hati. Memohon kepada Allah agar hati lurus dan ikhlas adalah solusi yang harus dilakukan. Saat kita merasa bisa ikhlas karena usaha kita, sesungguhnya kita telah terjamah riya' kepada Allah. Rasulullah mencontohkan sebuah doa yang sering beliau panjatkan: Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu)
7. Menyadari bahwa segala sesuatu berjalan di atas takdir-Nya
Pemahaman yang benar terhadap takdir akan membuat kita sadar bahwa tak pantas kita bersikap riya' dan sum'ah. Toh, segala keberhasilan sejatinya atas karunia-Nya. Ini sangat perlu dimiliki khususnya oleh seorang muslim yang terlibat intes dengan amal jama'i atau aktif dalam jama'ah dakwah. Pemahaman takdir yang benar membuatnya lebih ikhlas, bukan menganggap bahwa kemenanangan dakwah adalah karena peran dan prestasinya.
Semoga tujuh kiat mengatasi riya' dan sum'ah di atas bisa menjadi solusi bagi kita sehingga terhindar dari riya' dan sum'ah. Hanya kepada Allah semata kita meminta pertolongan. Wallaahu a'lam bish shawab.[]
1. Mengingat dan merenungi akibat riya' dan sum'ah baik di dunia maupun di akhirat
Dengan merenungkan akibat riya' dan sum'ah yang membuat kita tidak mendapatkan apa-apa dari sisi Allah, bahkan menyeret kita ke neraka, akan membuat kita lebih mudah melawan penyakit hati yang satu ini. Di dunia pun, kalau kita mau merenungkan, kekecewaan akan sering hadir bersamaan dengan riya' dan sum'ah yang kita lakukan.
2. Memilih teman dan lingkungan yang relatif bersih dari riya' dan sum'ah
Diakui atau tidak, interaksi kita dengan teman dan lingkungan hanya mengakibatkan dua hal. Kita yang mempengaruhi mereka atau kita yang akan dipengaruhi mereka. Bagi Anda yang tahu kapasitas diri bukan pengubah sejati, jagalah dari pertemanan atau lingkungan yang rawan riya' dan sum'ah. Perbanyaklah teman-teman yang shalih, yang membawa aura keikhlasan serta carilah lingkungan yang relatif aman dari riya' dan sum'ah.
3. Memperhatikan sejarah orang-orang terdahulu, baik yang menjadi contoh ikhlas maupun sebaliknya
Membaca atau mendengarkan kisah mereka akan memiliki bekas di hati dan berpengaruh dalam membantu kita untuk menghindari riya' dan sum'ah. Misalnya para sahabat yang begitu ikhlas. Ada yang ikhlas dalam amal yang terang-terangan, ada pula yang ikhlas dengan menjaga amal secara sembunyi-sembunyi. Ada pula seperti Khalid yang saat perang Yarmuk menjadi ikon keikhlasan. Atau Arab Badui yang tidak mau mendapatkan ghanimah saat perang Khaibar. Sebaliknya, ada pula orang yang masuk neraka padahal ikut jihad di Khaibar karena tidak ikhlas dan mencari dunia.
4. Mengkaji nash-nash syar'i tentang ikhlas dan bahaya riya' serta sum'ah
Baik itu ayat-ayat Al-Qur'an (akan lebih baik jika berikut dengan tafsirnya), maupun hadits-hadits Nabi. Saat jiwa kita terbiasa mengkonsumsi suplemen ruhiyah dan tsaqafah seperti ini, kita akan lebih mudah membawa diri kepada keikhlasan dan melawan riya' serta sum'ah.
5. Meningkatkan Intensitas Muhasabah
Yakni mengevaluasi amal kita sendiri atau melakukan intospeksi. Akan lebih baik jika hal ini dijadwalkan secara berkala. Idealnya harian. Seperti para slafaus shalih yang sebelum tidurnya senantiasa mengingat-ingat apa yang dilakukannya sepanjang hari. Jika ia ingat ada amal yang dilakukan dengan riya' atau sum'ah, segera bertaubat dan mengazamkan diri untuk tidak melawan riya' dan sum'ah ini.
6. Senantiasa berdoa kepada Allah
Ini karena Allah-lah penguasa dan pemilik hati. Memohon kepada Allah agar hati lurus dan ikhlas adalah solusi yang harus dilakukan. Saat kita merasa bisa ikhlas karena usaha kita, sesungguhnya kita telah terjamah riya' kepada Allah. Rasulullah mencontohkan sebuah doa yang sering beliau panjatkan: Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu)
7. Menyadari bahwa segala sesuatu berjalan di atas takdir-Nya
Pemahaman yang benar terhadap takdir akan membuat kita sadar bahwa tak pantas kita bersikap riya' dan sum'ah. Toh, segala keberhasilan sejatinya atas karunia-Nya. Ini sangat perlu dimiliki khususnya oleh seorang muslim yang terlibat intes dengan amal jama'i atau aktif dalam jama'ah dakwah. Pemahaman takdir yang benar membuatnya lebih ikhlas, bukan menganggap bahwa kemenanangan dakwah adalah karena peran dan prestasinya.
Semoga tujuh kiat mengatasi riya' dan sum'ah di atas bisa menjadi solusi bagi kita sehingga terhindar dari riya' dan sum'ah. Hanya kepada Allah semata kita meminta pertolongan. Wallaahu a'lam bish shawab.[]
0 comments:
Post a Comment