Di tengah maraknya berita NII di dalam negeri dan kematian Osama di luar negeri, rasa banggaku kepada Islam dan orang-orang masjid makin besar. Bukan karena dua berita itu tentunya. Sebagaimana kedua berita itu juga takkan menjebakku untuk mengidentikkan Islam dengan mereka.
Pagi tadi, setelah mengantar anak sekolah, seorang ikhwah menelepon. "Akhi, ana ke Malang. Tadi shalat Subuh di masjid desa 'X', jam tangan ana ketinggalan di sana. Tolong antum ambilkan barang kali masih ada." Begitu kira-kira.
Alhamdulillah, masjid itu tidak terlalu jauh dari tempatku. Sesampainya di sana, pintu pagar masjid tertutup, untungnya tidak terkunci. "Semoga masih ada," harapku sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi, tempat tertinggalnya jam tangan itu.
Nihil. Di dua ruang kamar mandi itu tidak ada jam tangan yang kucari. Di tempat wudhu juga tidak ada.
Setelah bertanya pada orang-orang di sekitar masjid, aku bergegas ke rumah petugas kebersihan masjid. Ternyata beliau tidak menemukan apapun.
"Masjid yang kamar mandinya direnovasi akhi," kata ikhwah dari balik telepon. Masya Allah. Ternyata aku salah masjid. Bukan masjid di sebelah PT tertentu seperti yang dikatakan ikhwah lain yang juga tahu hilangnya jam tangan itu, tapi masjid di sebelah baratnya lagi.
"Coba tanyakan pada takmir, yang mengurus masjid ini. Namanya Pak Jazuli," kata tukang yang merenovasi kamar mandi masjid. "Itu rumahnya," katanya sambil menunjuk rumah sekitar 50 meter dari masjid.
"Assalaamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
"Pak Jazuli ya?"
"Iya"
"Mohon maaf Pak, mungkin Pak Jazuli tahu jam tangan yang ketinggalan di kamar mandi masjid. Tadi teman saya shalat Subuh di masjid, jam tangannya ketinggalan, merek 'X' warnanya 'Y'"
"Iya, Pak. Saya simpan di masjid, mari saya ambilkan," kata Pak Jazuli sambil mengantarku ke masjid dan memberikan jam tangan itu. Alhamdulillah.
Subhaanallah... Betapa jujur dan amanahnya takmir masjid ini. Benar-benar mencerminkan akhlak islami. Kalau jam tangan itu tertinggal di tempat umum selain masjid, tidak ada jaminan ia akan aman seperti ini.
Aku jadi ingat sabda Rasulullah. "Jika kalian melihat seseorang yang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman. Allah berfirman, 'Sesungguhnya, yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.'” (HR. Tirmidzi. Ia berkata “hasan shahih”)
Orang yang rajin ke masjid seperti Pak Jazuli, memelihara shalat jama'ah, bahkan mengabdikan diri untuk merawat dan membersihkan masjid, insya Allah adalah mukmin. Seperti jaminan hadits di atas. Dan indikator yang sangat mudah untuk mengukur seseorang itu beriman adalah kejujurannya.
“Apakah mungkin seorang mukmin itu kikir?” tanya seorang sahabat suatu ketika kepada Sang Nabi.
“Mungkin saja,” jawab Sang Nabi sebagaimana diriwayatkan Imam Malik.
“Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?”
“Mungkin saja.”
“Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?”
“Tidak.” tegas Sang Nabi mengakhiri salah satu hadits dalam Al-Muwatha' itu.
Kejujuran amat mahal dan menjadi barang langka di negeri ini. Tidak banyak orang yang seperti Pak Jazuli. Karenanya aku makin bangga dengan Islam dan orang-orang masjid seperti Pak Jazuli.
Andaikan semua pejabat, pemimpin, dan wakil rakyat seperti Pak Jazuli, betapa indahnya negeri ini. [Muchlisin]
Pagi tadi, setelah mengantar anak sekolah, seorang ikhwah menelepon. "Akhi, ana ke Malang. Tadi shalat Subuh di masjid desa 'X', jam tangan ana ketinggalan di sana. Tolong antum ambilkan barang kali masih ada." Begitu kira-kira.
Alhamdulillah, masjid itu tidak terlalu jauh dari tempatku. Sesampainya di sana, pintu pagar masjid tertutup, untungnya tidak terkunci. "Semoga masih ada," harapku sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi, tempat tertinggalnya jam tangan itu.
Nihil. Di dua ruang kamar mandi itu tidak ada jam tangan yang kucari. Di tempat wudhu juga tidak ada.
Setelah bertanya pada orang-orang di sekitar masjid, aku bergegas ke rumah petugas kebersihan masjid. Ternyata beliau tidak menemukan apapun.
"Masjid yang kamar mandinya direnovasi akhi," kata ikhwah dari balik telepon. Masya Allah. Ternyata aku salah masjid. Bukan masjid di sebelah PT tertentu seperti yang dikatakan ikhwah lain yang juga tahu hilangnya jam tangan itu, tapi masjid di sebelah baratnya lagi.
"Coba tanyakan pada takmir, yang mengurus masjid ini. Namanya Pak Jazuli," kata tukang yang merenovasi kamar mandi masjid. "Itu rumahnya," katanya sambil menunjuk rumah sekitar 50 meter dari masjid.
"Assalaamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
"Pak Jazuli ya?"
"Iya"
"Mohon maaf Pak, mungkin Pak Jazuli tahu jam tangan yang ketinggalan di kamar mandi masjid. Tadi teman saya shalat Subuh di masjid, jam tangannya ketinggalan, merek 'X' warnanya 'Y'"
"Iya, Pak. Saya simpan di masjid, mari saya ambilkan," kata Pak Jazuli sambil mengantarku ke masjid dan memberikan jam tangan itu. Alhamdulillah.
Subhaanallah... Betapa jujur dan amanahnya takmir masjid ini. Benar-benar mencerminkan akhlak islami. Kalau jam tangan itu tertinggal di tempat umum selain masjid, tidak ada jaminan ia akan aman seperti ini.
Aku jadi ingat sabda Rasulullah. "Jika kalian melihat seseorang yang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman. Allah berfirman, 'Sesungguhnya, yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.'” (HR. Tirmidzi. Ia berkata “hasan shahih”)
Orang yang rajin ke masjid seperti Pak Jazuli, memelihara shalat jama'ah, bahkan mengabdikan diri untuk merawat dan membersihkan masjid, insya Allah adalah mukmin. Seperti jaminan hadits di atas. Dan indikator yang sangat mudah untuk mengukur seseorang itu beriman adalah kejujurannya.
“Apakah mungkin seorang mukmin itu kikir?” tanya seorang sahabat suatu ketika kepada Sang Nabi.
“Mungkin saja,” jawab Sang Nabi sebagaimana diriwayatkan Imam Malik.
“Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?”
“Mungkin saja.”
“Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?”
“Tidak.” tegas Sang Nabi mengakhiri salah satu hadits dalam Al-Muwatha' itu.
Kejujuran amat mahal dan menjadi barang langka di negeri ini. Tidak banyak orang yang seperti Pak Jazuli. Karenanya aku makin bangga dengan Islam dan orang-orang masjid seperti Pak Jazuli.
Andaikan semua pejabat, pemimpin, dan wakil rakyat seperti Pak Jazuli, betapa indahnya negeri ini. [Muchlisin]
0 comments:
Post a Comment