Baru keluar dari RS, ikhwan ini langsung mengimami shalat |
Rabu sore, 3 Juli 2013, adalah hari kudeta di mana militer Mesir menggulingkan Presiden Muhammad Mursi yang terpilih melalui pemilu paling demokratis di negeri itu. Namun, hari-hari berikutnya adalah hari-hari penyebaran fikrah dakwah Ikhwanul Muslimin.
Gara-gara kudeta, seluruh dunia kini dapat menyaksikan, betapa Ikhwanul Muslimin mampu memobilisasi jutaan massa dengan tertib dan damai. Media Barat seperti NBC News dalam laporannya menjelaskan bahwa demonstrasi pendukung Presiden Mursi bukan hanya demonstrasi damai, tetapi juga dipenuhi berbagai aktifitas ibadah seperti shalat jama’ah, shalat tarawih, qiyamul lail, dzikir dan membaca Al Qur’an. Tak berlebihan, NBC News menyebut situasi di Rabiah Adawiyah lebih mirip suasana ibadah haji daripada suasana demonstrasi.
Gara-gara kudeta, seluruh dunia kini dapat menyaksikan, betapa Ikhwanul Muslimin tidak terprovokasi aksi kekerasan. Meski militer melepaskan peluru-peluru tajam, hingga lebih dari 50 demonstran terbunuh saat shalat Subuh dan puluhan lainnya terbunuh di tempat lain, Ikhwan tetap kukuh meneruskan aksi damai. Maka Noam Chomsky pun menjadi saksi: "Islamiyyun telah membuktikan mereka lebih demokratis, lebih welas asih, lebih berkeadilan daripada kaum sekuler dan liberal. Dan mereka juga telah membuktikan bahwa mereka jauh lebih beradab (civilized)."
Gara-gara kudeta, seluruh dunia kini dapat menyaksikan, betapa Ikhwanul Muslimin tetap tegar dan kuat meneruskan perjuangan damai meski ancaman kematian mengintai setiap saat, setelah puluhan kader syahid (insya Allah) dan ratusan qiyadah-nya ditangkap.
Lalu, dunia pun bertanya, "apa rahasia kekuatan Ikhwan?"
Foto dan video yang tersebar ke seluruh dunia pun menunjukkan rahasia itu. Mereka ruku' dan sujud bersama kepada Allah Azza wa Jalla. Maka lapangan Rabiah Adawiyah pun menjadi lautan mushallin (orang-orang yang menunaikan shalat); shalat fardhu, shalat tarawih, qiyamullail dan shalat-shalat sunnah lainnya. Seorang ikhwah yang terluka akibat serangan saat demonstrasi, ia langsung mengimami shalat saat baru keluar dari rumah sakit, dengan perban masih di wajah.
Mereka juga selalu dekat dengan Al Qur'an. Dunia melihat mereka membaca Al Qur'an dalam kondisi duduk, bahkan dalam kondisi berdiri saat menjaga demonstrasi. Mereka membaca Al Qur'an baik di saat genting maupun pada suasana santai.
Mereka senantiasa berharap hanya kepada Allah dan menggantungkan harapan kepada-Nya. Maka ucapan yang sering keluar serentak dari lisan-lisan mereka dan didengar dunia melalui siaran langsung Aljazeera adalah "hasbunallah wa ni'mal wakiil, ni'mal maula wa ni'man nashiir"
Keimanan kepada Allah dan taqarrub kepada-Nya. Inilah rahasia pertama kekuatan Ikhwanul Muslimin. Maka mereka pun berani menghadapi kematian seraya berkata: Al mautu fii sabilillah asmaa amanina. Maka mereka pun berani menyongsong peluru-peluru tajam seraya membawa kain kafan di tangan.
Hala Muhammad Abu Syaisyi, seorang akhwat berusia 20 tahun, menjadi syahidah (insya Allah) kesekian bersama tiga akhwat lainnya, Jum'at (17/7) lalu. Sebelum peluru menembus perutnya ia berebut syahid dengan sang ayah. Ayahnya ingin mati syahid maka ia pun pamit ke Rabiah Adawiyah. Tetapi Hala juga tak kalah kuat keinginannya untuk syahid maka ia pamit bergabung dengan demonstrasi di jalan Manshurah. Dan status terakhir facebooknya menjadi saksi: "Kami mencintai kesyahidan jauh lebih besar daripada kami mencintai kehidupan. Oleh karena itu jangan halangi kami. Bagi kami, syahid adalah cita-cita tertinggi."
Pada akhirnya, kudeta yang menjadi parade keteguhan Ikhwan membuat saya -dan mungkin jutaan Muslim lain- berkata dalam hatinya: "Jika ada Ikhwanul Muslimin di negeriku, aku akan bergabung dengannya." [A. Habib]
Gara-gara kudeta, seluruh dunia kini dapat menyaksikan, betapa Ikhwanul Muslimin mampu memobilisasi jutaan massa dengan tertib dan damai. Media Barat seperti NBC News dalam laporannya menjelaskan bahwa demonstrasi pendukung Presiden Mursi bukan hanya demonstrasi damai, tetapi juga dipenuhi berbagai aktifitas ibadah seperti shalat jama’ah, shalat tarawih, qiyamul lail, dzikir dan membaca Al Qur’an. Tak berlebihan, NBC News menyebut situasi di Rabiah Adawiyah lebih mirip suasana ibadah haji daripada suasana demonstrasi.
Gara-gara kudeta, seluruh dunia kini dapat menyaksikan, betapa Ikhwanul Muslimin tidak terprovokasi aksi kekerasan. Meski militer melepaskan peluru-peluru tajam, hingga lebih dari 50 demonstran terbunuh saat shalat Subuh dan puluhan lainnya terbunuh di tempat lain, Ikhwan tetap kukuh meneruskan aksi damai. Maka Noam Chomsky pun menjadi saksi: "Islamiyyun telah membuktikan mereka lebih demokratis, lebih welas asih, lebih berkeadilan daripada kaum sekuler dan liberal. Dan mereka juga telah membuktikan bahwa mereka jauh lebih beradab (civilized)."
Gara-gara kudeta, seluruh dunia kini dapat menyaksikan, betapa Ikhwanul Muslimin tetap tegar dan kuat meneruskan perjuangan damai meski ancaman kematian mengintai setiap saat, setelah puluhan kader syahid (insya Allah) dan ratusan qiyadah-nya ditangkap.
Lalu, dunia pun bertanya, "apa rahasia kekuatan Ikhwan?"
Foto dan video yang tersebar ke seluruh dunia pun menunjukkan rahasia itu. Mereka ruku' dan sujud bersama kepada Allah Azza wa Jalla. Maka lapangan Rabiah Adawiyah pun menjadi lautan mushallin (orang-orang yang menunaikan shalat); shalat fardhu, shalat tarawih, qiyamullail dan shalat-shalat sunnah lainnya. Seorang ikhwah yang terluka akibat serangan saat demonstrasi, ia langsung mengimami shalat saat baru keluar dari rumah sakit, dengan perban masih di wajah.
Mereka juga selalu dekat dengan Al Qur'an. Dunia melihat mereka membaca Al Qur'an dalam kondisi duduk, bahkan dalam kondisi berdiri saat menjaga demonstrasi. Mereka membaca Al Qur'an baik di saat genting maupun pada suasana santai.
Mereka senantiasa berharap hanya kepada Allah dan menggantungkan harapan kepada-Nya. Maka ucapan yang sering keluar serentak dari lisan-lisan mereka dan didengar dunia melalui siaran langsung Aljazeera adalah "hasbunallah wa ni'mal wakiil, ni'mal maula wa ni'man nashiir"
Keimanan kepada Allah dan taqarrub kepada-Nya. Inilah rahasia pertama kekuatan Ikhwanul Muslimin. Maka mereka pun berani menghadapi kematian seraya berkata: Al mautu fii sabilillah asmaa amanina. Maka mereka pun berani menyongsong peluru-peluru tajam seraya membawa kain kafan di tangan.
Hala Muhammad Abu Syaisyi, seorang akhwat berusia 20 tahun, menjadi syahidah (insya Allah) kesekian bersama tiga akhwat lainnya, Jum'at (17/7) lalu. Sebelum peluru menembus perutnya ia berebut syahid dengan sang ayah. Ayahnya ingin mati syahid maka ia pun pamit ke Rabiah Adawiyah. Tetapi Hala juga tak kalah kuat keinginannya untuk syahid maka ia pamit bergabung dengan demonstrasi di jalan Manshurah. Dan status terakhir facebooknya menjadi saksi: "Kami mencintai kesyahidan jauh lebih besar daripada kami mencintai kehidupan. Oleh karena itu jangan halangi kami. Bagi kami, syahid adalah cita-cita tertinggi."
Pada akhirnya, kudeta yang menjadi parade keteguhan Ikhwan membuat saya -dan mungkin jutaan Muslim lain- berkata dalam hatinya: "Jika ada Ikhwanul Muslimin di negeriku, aku akan bergabung dengannya." [A. Habib]
0 comments:
Post a Comment