Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Kalau Bisa Mudah, Mengapa Dibuat Susah?

Written By mimin on Sunday, August 4, 2013 | 10:30 PM

Judul : Kalau Bisa Mudah, Mengapa Dibuat Susah?
Penulis : Alwi Alatas
Penerbit : Pro-U Media - Yogyakarta
Cetakan : I,2013
Tebal : 298 Halaman ; 14 x 20 cm
ISBN : 978-602-7820-03-6

Kemudahan hidup adalah dambaan setiap manusia. Karena kemudahan adalah tabiat penciptaan manusia oleh Sang Maha Pencipta. Allah telah menciptakan manusia lengkap dengan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Tidak ada satupun kebutuhan manusia kecuali Allah telah menciptakan pemenuhannya. Ini adalah nikmat. Sayangnya, kemudahan yang Dia berikan seringkali disalahmaknai sehingga berubah menjadi kesusahan.

Sebagaimana laki-laki yang diciptakan dengan perempuan sebagai pasangannya, begitupun dengan kemudahan. Sehingga kesusahan menjadi sebuah kepastian. Yang perlu dicatat, kesusahan selalu dihadirkan bersamaan dengan dua kemudahan. Kesusahan juga mempunyai maksud mulia di belakangnya. Ia diciptakan oleh Allah untuk mengetahui kualitas penghambaan kita kepadaNya.

Jika mau membuka mata hati, sesungguhnya kemudahan hidup ada di sekitar kita. Bentuknya banyak, cara menggapainya pun sederhana. Apalagi ketika kita dibungkus dengan sebuah identitas kesucian : Islam. Maka secara otomatis, Islam yang diiringi iman akan mengantarkan kita pada kemudahan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Satu diantara bentuk kemudahan itu adalah senyum. Aktivitas menyehatkan yang bernilai sedekah ini merupakan salah satu ciri kebahagiaan seorang hamba. Orang yang bahagia dan merasakan kemudahan dalam hidupnya akan banyak tersenyum, sedangkan orang yang merasa susah dan dan banyak masalah, wajahnya akan terlihat murung. Saat mendapati wajah seseorang dalam keadaan suram dan sedih, bisa ditebak bahwa ia tengah merasakan kesusahan dalam hidupnya. (Hal 53)

Sederhana juga menjadi ciri khas kemudahan. Sederhana adalah melakukan sesuatu sesuai dengan kadarnya. Tidak berlebihan juga tidak meremehkan. Sikap inilah yang membuat mental seseorang stabil karena bersikap ala kadarnya. Tidak dibuat-buat. Perbuatan mereka mengalir, tanpa perlu aneka macam jenis kepura-puraan yang tidak perlu.

Suka memberi hadiah juga menjadi salah satu kuncinya. Dimana Nabi sudah mencontohkan bahwa memberi hadiah bisa membuat seseorang saling mencintai. Dalam buku yang best seller di Malaysia ini, penulis dengan cerdas mengangkat sebuah cerita berkesan tentang suami romantis.

Suami pekerja keras itu selalu membawa buah tangan setiap kali pulang kerja. Apapun. Suatu malam, ia pulang larut. Karena ada deadline. Ia pun tidak menjumpai kedai penjual ole-ole atau makanan yang masih menjajakan dagangannya.

Tak kehabisan akal, ia teringat kalau di depan rumahnya ada pohon mawar yang sudah berbunga. Maka dengan senyum, ia melangkahkan kaki menghampirinya. Setelah dipetik dengan sempurna, ia melangkah menuju rahang pintu. Diketuklah pintu itu sepelan mungkin.
Tak berselang lama, keluarlah Sang Permaisuri hatinya. Sesaat setelah salam dijawab, diulurkanlah bunga hasil petikannya. Dengan lembut, Sang Pangeran berkata, “Maaf, Dik. Saya kemalaman. Di luar sudah tidak ada orang berjualan. Jadi oleh-olenya bunga ini saja ya.”
Yang diberi setangkai mawar tersenyum. Tersipu malu.

Keesokan harinya, ia kembali terlambat. Diputarlah otak. Apa yang akan dihadiahkan untuk istri yang setia mendampinginya sepanjang hidup itu. Dalam jenak, dilihatlah batu kecil di dekatnya berdiri. Diambil. Lalu dicuci. Setelah mengetuk pintu, sang istri membuka dengan senyum yang meneduhkan.

Suara sang suami baik hati itu kemudian memecah keheningan, “Dik, di luar sudah tidak ada penjual ole-ole. Mawarnya juga belum mekar. Ini abang cuma bawain batu.”
Sang istri bertanya bingung, “Batu? Untuk apa, Bang?”
Dengan tetap mengulum senyum, Sang Suami berujar lirih, “Untuk menggosok badan ketika mandi.”

Begitulah. Kemudahan itu ada di sekitar kita. Ia akan mengantarkan kita pada kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Tapi harus diingat. Ia harus dijalankan dalam rel undang-undang langit yang termaktub dalam al-Aqur’an dan Sunnah.

Buku ini menyajikan sebuah perspektif lain dalam menyikapi hidup. Sajian yang mengalir, runut dan berdasarkan fakta membuat buku ini mempunyai nilai lebih. Sehingga sangat sayang jika terlewatkan dari daftar baca dan koleksi pembaca sekalian.

Jika Parlindungan Marpaung berhasil menulis Setengah Isi Setengah Kosong menjadi best seller nasional, insya Allah buku ini pun akan bernasib serupa. Apalagi, di dalamnya banyak terdapat cerita-cerita islami yang wajib kita ketahui dan kita ambil hikmahnya dalam menjalani kehidupan yang makin ganas ini.



Penulis : Pirman
Penulis Antologi Surat Cinta Untuk Murobbi dan sejumlah buku lainnya
Penulis resensi di sejumlah media cetak
Facebook: usman.alfarisi.9

Tertarik beli buku Kalau Bisa Mudah, Mengapa Dibuat Susah? ini?
silahkan hubungi 085773291640

0 comments:

Post a Comment