Malam adalah waktu sangat berharga (daqaaiq ghaaliyah) yang nilai timbangannya berbeda dari waktu lainnya. Terlebih sepertiga akhirnya. Saat itu Allah turun ke langit dunia untuk membagikan tiga keistimewaan: mengabulkan doa di waktu itu; memperkenankan permohonan; dan mencurahkan ampunan bagi hamba-Nya yang memohon ampun di waktu itu.
Tentu menghidupkan malam menjadi sebuah amal istimewa bagi seorang muslim. Berbahagialah orang yang sudah terbiasa (baca: istiqamah) melakukannya. Namun, bagaimana bagi kita yang masih susah untuk melakukannya? Buku ini mencoba menjawabnya.
Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah memahami keutamaan menghidupkan malam. Tanpa pemahaman, rasanya sulit bagi kita untuk mengerjakan sesuatu apalagi yang berat dilakukan. Karenanya pula, Hasan Al-Banna mendahulukan al-fahm sebelum rukun yang lain dalam arkanul baiat. Dalam bahasa quantum learning ini disebut AMBAK (apa manfaatnya bagiku). Kita perlu faham manfaat menghidupkan malam, dengan begitu kita akan termotivasi dan bersemangat melakukannya.
Di awal tulisannya, Budiman Mustofa memaparkan keutamaan menghidupkan malam dalam dua bab: Perbaikilah Hubunganmu dengan Allah dan Keutamaan Menghidupkan Malam. Setidaknya ada sepuluh keutamaan menghidupkan malam: (1) menjadikan Allah semakin cinta; (2) menempatkan kita sebagai manusia yang mulia; (3) menumbuhkan cinta manusia pada kita; (4) memperdekat hubungan kita dengan Allah; (5) meningkatkan derajat ketaqwaan; (6) menjadikan kita sebagai orang kuat, sabar dan pantang menyerah; (7) meringankan beban hidup kita; (8) mempertajam kepedulian (sensifitas dan solidaritas) kepada sesama; (9) meraih rahmat dan ridha Allah; serta (10) menjaga kesehatan fisik dan psikis.
Setelah kita memahami keutamaan dan termotivasi untuk menghidupkan malam, kita juga perlu mengetahui hal-hal yang mendorong kita agar mampu qiyamullail. Diantaranya adalah: memikirkan akhirat, kedahsyatan, serta siksa neraka; menjauhi dosa di siang hari; tidak banyak makan dan minum, tidak terlalu lelah di siang harinya; dan, menjaga hati agar tidak lekat dengan dunia.
Dalam menghidupkan malam, selain shalat tahajjud (dan shalat sunnah lainnya) kita juga bisa melakukan wirid, tilawah Al-Qur'an, dan mengkaji ilmu agama. Alangkah bahagia dan hebatnya orang-orang yang bisa melakukan kebiasaan Imam Syafi'i yakni membagi malam menjadi tiga bagian; satu bagian untuk ilmu, satu bagian untuk istirahat, dan satu bagian untuk ibadah.
Secara umum buku terbitan Ziyad ini cukup bagus untuk dikonsumsi, tidak hanya bagi mereka yang belum terbiasa qiyamullail, tetapi juga bagi yang sudah membiasakan diri agar semakin istiqamah dan bersemangat dalam mengerjakannya. Diantara catatan yang perlu diberikan -sebagaimana diakui oleh penulis- adalah adanya beberapa doa yang dhaif atau bahkan mungkin tidak ada dalam hadits. Sehingga pembaca diharapkan untuk melihat keterangan riwayatnya. Ciri umum yang ada dalam buku ini: penulis mencantumkan riwayat untuk hadits yang jelas (baik shahih maupun hasan), sedangkan beberapa doa dibiarkan tanpa keterangan.
Semoga, kita dimudahkan Allah SWT untuk menghidupkan malam, berduaan dengan-Nya, memperoleh curahan rahmat, ridha, dan cinta-Nya. [Muchlisin]
0 comments:
Post a Comment