Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Wahai Bapak Kami, Bersabarlah!

Written By mimin on Sunday, September 22, 2013 | 5:30 AM

Foto Presiden Mursi (foto NYTimes)
Kepada Muhammad Mursi, bapak kami yang dikecam dan diasingkan karena menjadi pahlawan bagi negerinya.

Barangkali tidak banyak yang tahu bahwa Bapak adalah pahlawan bagi orang yang mengaku bertuhan satu dan menjadikan Muhammad ibn Abdullah sebagai pembawa kebenaran. Ini terjadi karena memang tidak sedikit yang sengaja “melucuti” sisi kepahlawanan Bapak. Tujuan mereka satu: menyingkirkan penghalang dalam perburuan misi keduniaan. Ya, Bapak dianggap penghalang bagi ambisi-ambisi mereka.

Mereka sangat membenci Bapak. Mereka membenci sosok yang jelas-jelas mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan tegaknya panji Islam. Bapak adalah ancaman besar bagi tercapainya misi dunia mereka. Selama Bapak masih mempunyai ruang gerak untuk menyerukan Islam, mereka tidak akan pernah merasa tenang.

Sekali lagi, Bapak adalah ancaman besar. Mereka tidak akan pernah rela jika Bapak berucap meskipun hanya satu kata. Mereka akan sangat marah jika Bapak bergerak meski hanya menyunggingkan senyum. Dan mereka merasa sangat terancam ketika ada kabar bahwa Bapak tengah memikirkan cara untuk mengangkat satu orang rakyat dari kubangan kemiskinan.

Bapak tahu mengapa mereka sampai seperti itu? Karena kata-kata, tindakan, dan pemikiran Bapak selalu melahirkan kebaikan dan hal itu bertolak belakang dengan keadaan diri mereka.

Bisa jadi mereka merasa iri karena belum bisa menemukan sosok pahlawan sekaliber Bapak dari kalangan merekai. Oleh sebab itu, bagaimana pun caranya atau seperti apapun jalannya, mereka akan selalu memburu ruang gerak Bapak untuk dihancurkan. Satu ancaman yang tak kalah membuat mereka gentar, bahwa Bapak adalah satu-satunya Presiden yang hafal Al Quran. Mereka sangat khawatir dengan lahirnya manusia-manusia pilihan yang mampu menyimpan Al Quran dalam memorinya, apalagi jika orang itu adalah seorang Presiden. Bapak, betapa istimewanya engkau!

Betapa sebenarnya mereka adalah golongan manusia pengecut. Mereka berani menyerang Bapak dengan menggunakan perantara orang, senjata, dan uang. Sampai-sampai militer mereka kerahkan untuk menghancurkan ruang kerja kepresidenan Bapak. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga membubuhi racun di kepala rakyat agar berpaling membencimu.

Mereka menutup rapat semua kebaikanmu agar tak sedikit pun terlihat orang. Mereka menggembor-gemborkan ghazwul fikr untuk menentang Islam dan segala kebenarannya dengan sangat lembut, hingga makar mereka itu seolah-olah menjadi kebenaran yang sesungguhnya. Fakta-fakta tentang kepahlawananmu mereka kikis demi runtuhnya tanggung jawab yang diberikan langsung oleh rakyatmu. Mereka tidak rela jika Bapak yang memikul tanggung jawab sebagai orang nomor satu di Mesir.

Jika boleh kami katakan, makar yang mereka buat tak ubahnya seperti pentas dagelan . Bagaimana tidak? Di tengah krisis kebebasan memilih pemimpin negeri dari unsur-unsur kepentingan politik, Bapaklah orang pertama yang terpilih sebagai Presiden melalui proses demokrasi yang sesungguhnya. Kami yakin, negara-negara di dunia ini iri dengan prestasi sistem pemerintahan negeri Bapak. Dan sudah barang tentu hal itu merupakan dambaan setiap rakyat yang menghendaki sebenar-benar demokrasi. Akan tetapi, yang dilakukan para tirani itu adalah sebaliknya.

Mereka mendustakan kebenaran yang nyata-nyata telah sampai kepada diri mereka dengan terpilihnya Bapak sebagai Presiden! Lebih dari itu, mereka juga sengaja tidak menganggap ada prestasi kepahlawananmu selama memimpin negeri para Cendekiawan Muslim. Sebaliknya, kepemimpinan Bapak dituding semakin memperburuk kondisi negeri.

Wahai Bapak kami, bersabarlah!
Saat ini, mereka merongrong Bapak melalui media informasi yang juga sudah “teracuni”. Berita yang tersebar hampir seluruhnya menyuarakan bahwa Bapak memang layak untuk dikecam dan diasingkan. Cara ini mereka gunakan untuk membuat publik yang tidak atau belum paham realitas yang sebenarnya “tercuci otaknya” sehingga meyakini bahwa Bapaklah pihak yang harus disingkirkan. Dan melalui cara ini pula mereka menyulut api permusuhan di antara kita. Api itu semakin berkobar karena hembus kedengkian dan perselisihan yang menjadi napas mereka. Akhirnya, pilar persaudaraan di antara kita pun terbakar habis.

Wahai Bapak kami, bersabarlah!
Sungguh, merekalah “orang asing” yang menjadi musuh besar Islam. Mereka selalu mencampuri urusan Islam agar tidak ada satu celah kecil pun untuk agama ini melebarkan sayap dan kehancurannya adalah tujuan utama mereka. Benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Syahid Hasan al Banna: “Campur tangan asing dalam urusan umat itu tidak akan masuk kecuali melalui pintu persengketaan, perselisihan, dan sistem kepartaian yang buruk. Kalau salah satu partai menang, maka musuhnya akan senantiasa mengintai, menunjukkan sikap perlawanan pada yang lain dan bersikap seperti kera di depan kucing. Di balik itu rakyat tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kerugian yang besar menyangkut harga diri, kemerdekaan, moral, dan kepentingan-kepentingannya.”

Terlepas dari segala makar dan intrik politik mereka, rakyat yang mendukung perjuangan Bapak saat ini masih bertahan di dalam barisan. Itu sebagai wujud loyalitas dan kesungguhan mereka untuk menegakkan kalimat Allah di bumi ini. Jika jumlah mereka (diberitakan) hanya sedikit, pada hakekatnya Bapak mendapat dukungan penuh dari pasukanNya yang tak terjamah penglihatan manusia. Sesungguhnya pertolongan Allah akan menyertai perjuangan umat dan gema kemenangan Islam itu semakin bergemuruh mendekat.

Wahai Bapak kami, bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala. (QS Al Muzammil: 10-12) []

Penulis : Tri Agustina
Pemalang

Tulisan ini adalah tulisan terbaik 1
pada Lomba Menulis Surat Cinta untuk Presiden Mursi

0 comments:

Post a Comment