Saya tahu proses pembuatan perhiasan emas karena saya pernah bekerja di pabrik kemasan (gold jewellery manufacture). Meskipun sebagai Cost Accounting, kami diwajibkan memahami proses itu di bulan pertama kami bekerja. Tidak berhenti di situ, setiap bulan kami harus berkeliling ke bagian produksi untuk mengetahui kondisi riel di sana, sekaligus �mencari temuan� lalu merumuskan solusinya.
Sebelum menjadi perhiasan yang indah, emas-emas itu masih berbentuk batangan. Tidak memiliki nilai seni. Untuk menjadi berbagai bentuk perhiasan seperti kalung, cincin, anting, gelang, dan lain-lain, masing-masing menjalani proses yang berbeda. Untuk menjadi kalung atau gelang, pertama kali batangan emas itu akan dilebur dan dibentuk menjadi plat atau kawat. Luar biasa panasnya dalam proses ini, mencapai lebih dari 1200 derajat celcius. Plat atau kawat yang sudah jadi akan ditepatkan ukurannya melalui proses roll. Luar biasa tekanannya. Ada sub proses cleaning juga di sini. Untuk menjadi kalung di proses berikutnya akan menghadapi mesin rantai. Lalu dioven lagi dengan suhu tinggi, cleaning di hampir setiap prosesnya. Beberapa jenis kalung bahkan dibentuk lagi di Mesin Ice Cutting, Hammering, dll. Terakhir mereka akan diwarnai di proses sepuh.
Begitulah. Sebelum menjadi perhiasan yang indah, emas mengalami proses yang sangat berat. Panas, tekanan, goresan, pengelupasan, dan sebagainya.
Seperti halnya perhiasan, untuk menjadi unggul dan sukses manusia juga diharuskan melalui proses yang berat. Sama seperti kita memandang perhiasan yang indah setelah ia dipajang di toko atau pusat perbelanjaan, terkadang kita memandang orang yang sukses dari perspektif sempit bahwa mereka sudah sukses. Namun kita tidak memperhatikan betapa beratnya proses yang mereka lalui menuju sukses itu.
Misalnya kita kagum pada Muhammad Al-Fatih, yang di usia 21 tahun sudah berhasil menaklukkan konstantinopel. Namun kita jarang memperhatikan proses-proses sulit yang dihadapinya sebelum itu. Mulai dari mengorbankan usia kanak-kanak dan remajanya untuk tafaqquh fiddin, diantaranya kepada Syaikh Aq Syamsuddin. Latihan-latihan kerasnya dalam keterampilan perang. Mujahidun li nafsihi-nya untuk mengalahkan hawa nafsunya sebagai pemuda dan berkonsentrasi pada ibadah. Juga proses perang itu sendiri yang memakan waktu lama dan pengorbanan yang tidak sedikit. Seperti perhiasan yang indah, Muhammad Al-Fatih terlebih dulu sudah �dibakar�, ditempa, dan dididik dengan proses yang sebanding dengan keberhasilannya kelak.
Allah SWT mengingatkan dengan bahasa yang jelas agar setiap muslim memperhatikan proses-proses ini.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah".Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.(QS. Al-Baqarah : 214).
Setiap muslim pasti menginginkan masuk surga. Tetapi banyak muslim yang tidak menyadari bahwa untuk bisa masuk surga itu bukan perkara yang mudah. Ada proses berat yang harus dilaluinya. Diantaranya adalah lulus dari ujian-ujian Allah. Seringkali saat menghadapi ujian itu, manusia tidak sabar karena ia telah lebih dahulu berpusat pada beratnya ujian itu. Ia tidak memandang hikmah darinya. Bahwa dengan ujian ia akan menjadi lebih kuat, lebih dewasa, lebih banyak pahalanya dan lebih tinggi derajatnya. Dengan demikian ia lebih mendekati �pantas� untuk masuk surga.
Dalam ayat yang lain Allah juga mengabarkan proses lain yang harus dihadapi agar bisa masuk surga.
Apakah kamu mengira akan dapat masuk surga sedangkan belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran : 142)
Proses itu adalah jihad dan sabar. Jika sabar berhubungan erat dengan ujian seperti ayat sebelumnya, sabar juga erat kaitannya dengan jihad. Jihad, meskipun di Al-Qur�an hampir semua kata itu merujuk pada qital (perang), sesungguhnya jihad dalam pengertian luas adalah kesungguhan untuk membela agama Allah ini. Baik secara lisan, perbuatan, dengan harta, maupun dengan jiwa. Sudahkah kita mulai melalui proses itu?
Jika kita tengah melaluinya, -baik sedang diuji oleh Allah SWT dengan musibah maupun sedang menjalani beratnya amanah dakwah- berbahagialah karena kita tengah menjadi emas yang dilebur atau ditempa, agar menjadi perhiasan yang indah dan menyejukkan mata. Lalu adakah yang lebih baik dari surga? [Muchlisin]
Sebelum menjadi perhiasan yang indah, emas-emas itu masih berbentuk batangan. Tidak memiliki nilai seni. Untuk menjadi berbagai bentuk perhiasan seperti kalung, cincin, anting, gelang, dan lain-lain, masing-masing menjalani proses yang berbeda. Untuk menjadi kalung atau gelang, pertama kali batangan emas itu akan dilebur dan dibentuk menjadi plat atau kawat. Luar biasa panasnya dalam proses ini, mencapai lebih dari 1200 derajat celcius. Plat atau kawat yang sudah jadi akan ditepatkan ukurannya melalui proses roll. Luar biasa tekanannya. Ada sub proses cleaning juga di sini. Untuk menjadi kalung di proses berikutnya akan menghadapi mesin rantai. Lalu dioven lagi dengan suhu tinggi, cleaning di hampir setiap prosesnya. Beberapa jenis kalung bahkan dibentuk lagi di Mesin Ice Cutting, Hammering, dll. Terakhir mereka akan diwarnai di proses sepuh.
Begitulah. Sebelum menjadi perhiasan yang indah, emas mengalami proses yang sangat berat. Panas, tekanan, goresan, pengelupasan, dan sebagainya.
Seperti halnya perhiasan, untuk menjadi unggul dan sukses manusia juga diharuskan melalui proses yang berat. Sama seperti kita memandang perhiasan yang indah setelah ia dipajang di toko atau pusat perbelanjaan, terkadang kita memandang orang yang sukses dari perspektif sempit bahwa mereka sudah sukses. Namun kita tidak memperhatikan betapa beratnya proses yang mereka lalui menuju sukses itu.
Misalnya kita kagum pada Muhammad Al-Fatih, yang di usia 21 tahun sudah berhasil menaklukkan konstantinopel. Namun kita jarang memperhatikan proses-proses sulit yang dihadapinya sebelum itu. Mulai dari mengorbankan usia kanak-kanak dan remajanya untuk tafaqquh fiddin, diantaranya kepada Syaikh Aq Syamsuddin. Latihan-latihan kerasnya dalam keterampilan perang. Mujahidun li nafsihi-nya untuk mengalahkan hawa nafsunya sebagai pemuda dan berkonsentrasi pada ibadah. Juga proses perang itu sendiri yang memakan waktu lama dan pengorbanan yang tidak sedikit. Seperti perhiasan yang indah, Muhammad Al-Fatih terlebih dulu sudah �dibakar�, ditempa, dan dididik dengan proses yang sebanding dengan keberhasilannya kelak.
Allah SWT mengingatkan dengan bahasa yang jelas agar setiap muslim memperhatikan proses-proses ini.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah".Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.(QS. Al-Baqarah : 214).
Setiap muslim pasti menginginkan masuk surga. Tetapi banyak muslim yang tidak menyadari bahwa untuk bisa masuk surga itu bukan perkara yang mudah. Ada proses berat yang harus dilaluinya. Diantaranya adalah lulus dari ujian-ujian Allah. Seringkali saat menghadapi ujian itu, manusia tidak sabar karena ia telah lebih dahulu berpusat pada beratnya ujian itu. Ia tidak memandang hikmah darinya. Bahwa dengan ujian ia akan menjadi lebih kuat, lebih dewasa, lebih banyak pahalanya dan lebih tinggi derajatnya. Dengan demikian ia lebih mendekati �pantas� untuk masuk surga.
Dalam ayat yang lain Allah juga mengabarkan proses lain yang harus dihadapi agar bisa masuk surga.
Apakah kamu mengira akan dapat masuk surga sedangkan belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran : 142)
Proses itu adalah jihad dan sabar. Jika sabar berhubungan erat dengan ujian seperti ayat sebelumnya, sabar juga erat kaitannya dengan jihad. Jihad, meskipun di Al-Qur�an hampir semua kata itu merujuk pada qital (perang), sesungguhnya jihad dalam pengertian luas adalah kesungguhan untuk membela agama Allah ini. Baik secara lisan, perbuatan, dengan harta, maupun dengan jiwa. Sudahkah kita mulai melalui proses itu?
Jika kita tengah melaluinya, -baik sedang diuji oleh Allah SWT dengan musibah maupun sedang menjalani beratnya amanah dakwah- berbahagialah karena kita tengah menjadi emas yang dilebur atau ditempa, agar menjadi perhiasan yang indah dan menyejukkan mata. Lalu adakah yang lebih baik dari surga? [Muchlisin]
0 comments:
Post a Comment