Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Jalan Cinta Para Pejuang

Written By mimin on Monday, June 14, 2010 | 2:00 AM


Judul Buku : Jalan Cinta Para Pejuang
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit : Pro-U Media, Yogyakarta
Cetakan Ke : 3
Tahun Terbit : Mei 2009
Tebal Buku : 344 halaman


Jika kita menghijrahkan cinta; dari kata benda menjadi kata kerja
Maka tersusunlah sebuah kalimat peradaban dalam paragraf sejarah
Jika kita menghijrahkan cinta; dari jatuh cinta menuju bangun cinta
Maka cinta menjadi sebuah istana; tinggi menggapai surga

Kata-kata indah yang ditulis di cover depan Jalan Cinta Para Pejuang menggambarkan betapa indahnya isi buku ini. Dan begitulah kenyatannya. Seperti tulisan Salim A. Fillah yang lain, Jalan Cinta Para Pejuang mengalir, melompat lincah, sambil membelai hati pembacanya dengan lembut. Maka di saat-saat tertentu hati menjadi mencair dan rembesannya menembus mata. Basahlah pipi pembacanya. Ini menandai kita benar-benar tengah menapaki Jalan Cinta Para Pejuang.

Buku ini sebenarnya cukup lama. Cetakan ketiga yang saya dapatkan, bahkan sudah diterbitkan sejak tahun lalu. Namun saya baru akrab dengan buku-buku Salim A. Fillah dalam beberapa bulan terakhir. Saya menjadi tertarik karena ada kawan yang sering mencari bukunya. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut membeli juga. Buku pertama yang saya miliki adalah Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim. Luar biasa, saya begitu menikmatinya. Banyak hikmah dalam keindahan bahasa dan kekayaan pengetahuan di sana. Sejak saat itu saya mulai rajin membaca buku-buku Salim A. Fillah. Alhamdulillah, bersamaan dengan Jalan Cinta Para Pejuang, saya juga mendapatkan buku Agar Bidadari Cemburu Padamu, lalu setelah itu Bahagianya Merayakan Cinta.

Kembali ke Jalan Cinta Para Pejuang. Buku ini dibagi menjadi tiga langkah. Langkah pertama adalah dari dulu beginilah cinta. Langkah kedua, dunia kita hari ini. Dan langkah ketiga, jalan cinta para pejuang. Langkah terakhir ini terdiri dari empat tapak. Tapak pertama adalah visi. Lalu disusul dengan tapak-tapak berikutnya: gairah, nurani, dan disiplin.

Dari Dulu Beginilah Cinta
Langkah pertama dalam buku Jalan Cinta Para Pejuang ini membawa kita menelusuri akar sesat pikir dalam sejarah cinta yang menyengsarakan jiwa. Judul langkah ini sendiri diambil dari kata-kata si Patkai: tokoh buncit dalam kisah Kera Sakti. Lengkapnya: "Dari dulu beginilah cinta, penderitaannya tiada pernah berakhir"

Cinta yang dipahami secara salah hanya berakhir penderitaan. Seperti kisah cinta Qais dan Laila yang berakhir kegilaan atau kisah cinta Romeo dan Juliet yang berakhir dengan kematian mengenaskan. Ketika cinta dituhankan, ketika cinta yang menguasai jiwa, ketika cinta yang menentukan kehidupan kita... yang terjadi adalah keburukan yang dibangun di atas keburukan. Tentu, bukan itu Jalan Cinta Para Pejuang.

Dunia Kita Hari Ini
Pada langkah kedua Jalan Cinta Para Pejuang, kita diajak untuk menelusuri kenyataan hari ini. Banyak hal yang telah berubah sejalan dengan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang. Bahwa kajian cinta telah berubah. Dari yang terlalu simple hingga menimbulkan persoalan mendasar cinta ke arah kajian yang lebih kompleks dan lebih mendekati hakikatnya. Sebagaimana perkembangan kecerdasan dari yang semula hanya ditentukan oleh IQ, kemudian berkembang dengan adanya temuan EQ, dan selanjutnya SQ. Pun dengan model pria. Jika pernah berkembang bahwa pria ideal itu metroseksual, kini tren sudah berubah. Pria masa depan adalah uberseksual. Yakni pria yang menggunakan aspek positif maskulinitas untuk memberikan manfaat pada orang lain dengan menjadikan nilai dan prinsip sebagai dasar kesetiannya.

Kesadaran bahwa dunia terus berubah, menuntut peniti jalan cinta para pejuang harus berbenah. Juga harus dipahami bahwa pada dunia hari ini dan masa mendatang peniti jalan cinta para pejuang akan dihadapkan pada "pejuang-pejuang" lain yang juga memiliki prinsip dan keyakinan. Pertempuran prinsip, pertarungan iman!

Jalan Cinta Para Pejuang
Tapak yang pertama dari langkah ini adalah visi. Di jalan cinta para pejuang, visi adalah hal yang mutlak dimiliki. Secara sederhana, Salim A. Fillah menyebutkan bahwa impian yang bertanggal adalah visi. Jadi jika ada sebuah impian dan target waktu tercapainya, mimpi telah berubah menjadi visi. Tanpa target waktu mimpi tetaplah mimpi.

Di atas iman, visi itu dibangun. Lalu rencana disusun untuk mencapai visi-visi besar dalam kehidupan. Sebagaimana takdir yang tidak pernah diketahui adalah rencana Ilahi, rencana-rencana kita pada hakikatnya adalah untuk menyesuaikan dengan rencana-Nya.

Tapak kedua adalah gairah. Di sini dimensi emosional sebagai bekal utama. Maka setelah merenda mimpi, merajut cita-cita, dan menyusun rencana pada tapak pertama. Tapak kedua ini mengharuskan kita untuk segera melangkah, bukan menunda-nunda. Gairah harus ada, harus nyata.

Setiap orang memiliki tingkat kegairahan yang berbeda dalam melangkah. Ada orang yang bergairah karena dihadapkan pada tantangan dan makna keberhasilan; bukan oleh harta atau koleksi materi. Kegairahan semacam ini lebih dahsyat dan menggerakkan. Dan kegairahan untuk menggapai cinta, cinta Ilahi, menjadi api yang tak pernah padam untuk menyelesaikan seluruh perjalanan.

Setelah visi dan gairah, tapak berikutnya adalah nurani. Dengannya kita bisa melihat meski jalan masaih gelap, atau pilihan masih buram. Maka visi yang ada di depan dan gairah yang menyemangati menemukan pelitanya di sini. Jalan cinta para pejuang menjadi lebih terang dan semakin indah untuk dilalui.

Tapak terakhirnya adalah disiplin. Ini yang paling berat. Dan tapak inilah yang dikategorikan Salim A. Fillah sebagai dimensi spiritual. Berat memang. Agar tetap menuju visi, dengan gairah yang membuncah dan nurani yang menerangi. Tapi itulah jalan yang harus ditapaki. Disiplin adalah pekerjaan besar. Pekerjaan besar untuk bertahan di Jalan Cinta Para Pejuang. Jauh lebih besar daripada saat memulainya.

Bonus CD Nasyid Fathul Jihad
Ini adalah kabar gembira bagi yang belum membeli buku Jalan Cinta Para Pejuang. Mungkin karena tulisannya yang relatif kecil, ia tidak terlalu diperhatikan oleh para pembeli buku ini. Namun saat membukanya, Anda akan menemukan sekeping CD nasyid Fathul Jihad dalam buku ini. Ini bonus. Memanjakan Anda. Ada 9 lagu di dalamnya yang bisa Anda putar untuk menemani membaca Jalan Cinta Para Pejuang. [Muchlisin]

0 comments:

Post a Comment