Rakyat Tunisia menorehkan sejarah baru. Intifadhah (perlawanan) rakyat berhasil menggulingkan rezim otoriter yang telah berkuasa selama 23 tahun. Setelah protes rakyat berlangsung selama sebulan dan menimbulkan ratusan korban tewas dan terluka, presiden Tunisia lengser dan lari ke luar negeri Jum'at (14/1).
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Palestina menyampaikan selamat kepada rakyat Tunisia dan mengatakan keberhasilan itu sebagai pelopor sejarah Arab modern. “Kami menghormati kehendak rakyat Tunisia dan pilihannya. Kami tegaskan dukungan kami kepada mereka.” kata Jurubicara Gerakan Perlawanan Islam Hamas Dr . Sami Abu Zuhri.
Hamas mendukung perjuangan rakyat Tunisia dalam membebaskan diri dari rezim diktator yang korup dan kerap menzalimi rakyat. Hamas juga menyatakan reformasi Tunisa sebagai pelajaran yang sangat berharga. Bahwa untuk mendapatkan kemuliaan, hak dan melawan kezaliman serta kerusakan tidak bisa dengan meminta belas kasihan orang lain. Apalagi mengemis. Kemuliaan dan kemenangan hanya bisa dicapai dengan pengorbanan. "Saudara-saudara kita di Tunisia telah membuktikan hal itu dengan keluar dalam aksi-aksi serta menyerahkan puluhan para syuhada ratusan serta orang terluka, hingga mereka berhasil mendapatkan kemenangan ini."
Secara resmi, Menteri Informasi Tunisia menginformasikan pada Senin (17/1) bahwa korban tewas dalam sebulan hingga puncak reformasi sejumlah 78 orang tewas. Pengumuman ini sekaligus meralat hitungan resmi yang diumumkan pemerintah Tunisia pada 11 Januari lalu, sebelum diusirnya presiden yang dipecat, Zainal Abidin Bin Ali, bahwa korban tewas sebanyak 21 orang.
Kini untuk sementara jabatan presiden Tunisia digantikan oleh Menteri Muhammad al Ganushi.[AN/bsb]
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Palestina menyampaikan selamat kepada rakyat Tunisia dan mengatakan keberhasilan itu sebagai pelopor sejarah Arab modern. “Kami menghormati kehendak rakyat Tunisia dan pilihannya. Kami tegaskan dukungan kami kepada mereka.” kata Jurubicara Gerakan Perlawanan Islam Hamas Dr . Sami Abu Zuhri.
Hamas mendukung perjuangan rakyat Tunisia dalam membebaskan diri dari rezim diktator yang korup dan kerap menzalimi rakyat. Hamas juga menyatakan reformasi Tunisa sebagai pelajaran yang sangat berharga. Bahwa untuk mendapatkan kemuliaan, hak dan melawan kezaliman serta kerusakan tidak bisa dengan meminta belas kasihan orang lain. Apalagi mengemis. Kemuliaan dan kemenangan hanya bisa dicapai dengan pengorbanan. "Saudara-saudara kita di Tunisia telah membuktikan hal itu dengan keluar dalam aksi-aksi serta menyerahkan puluhan para syuhada ratusan serta orang terluka, hingga mereka berhasil mendapatkan kemenangan ini."
Secara resmi, Menteri Informasi Tunisia menginformasikan pada Senin (17/1) bahwa korban tewas dalam sebulan hingga puncak reformasi sejumlah 78 orang tewas. Pengumuman ini sekaligus meralat hitungan resmi yang diumumkan pemerintah Tunisia pada 11 Januari lalu, sebelum diusirnya presiden yang dipecat, Zainal Abidin Bin Ali, bahwa korban tewas sebanyak 21 orang.
Kini untuk sementara jabatan presiden Tunisia digantikan oleh Menteri Muhammad al Ganushi.[AN/bsb]
0 comments:
Post a Comment