Wanita muda ini berasal dari Texas. Nama lengkapnya Alicia Brown. Ia dibaptis sejak kecil, namun keluarganya jarang pergi ke gereja. Meskipun demikian, Alicia mengerti pokok-pokok ajaran Kristen.
Hidup Alicia benar-benar hancur-hancuran: narkoba, mabuk-mabukan hingga berhubungan seks dengan teman prianya di SMA. Semuanya demi mengejar kebahagiaan, namun tak pernah ia dapatkan. Hingga Islam mengubah semuanya: mengubah gaya hidupnya sekaligus memberi kebahagiaan yang selama ini dicarinya.
Hancurnya Hidup Alicia
Alicia hidup di lingkungan keluarga yang sekuler, meskipun mereka menganut Kristen. Ketika usianya mencapai sepuluh tahun, orang tua Alicia bercerai. Sejak saat itu Alicia tinggal bersama ayah dan adiknya.
Alicia mendapati perlakuan kasar dari sang ayah di masa-masa itu. Wajah Alicia yang mirip ibunya mengingatkan sang ayah pada wanita yang dibencinya itu. Alicia menjadi pelampiasan sang ayah dengan berbagai bentuk kekerasan dalam rumah yang semestinya menjadi tempat berlindung bagi anak belasan tahun seperti Alicia.
Menerima perlakuan kasar dari ayah kandungnya sendiri membuat Alicia mencari pelarian.
“Aku hanya mau melakukan yang menurutku menyenangkan,” ungkapnya.
Alicia pun lari menuju narkotika. Ia juga sering mabuk-mabukan dan berhubungan seks. Ia ingin mendapatkan kebahagiaan, namun ternyata semua itu tidak pernah membawanya kepada apa yang ia inginkan sebenarnya.
Saat usianya menginjak 17 tahun, Alicia berpindah untuk tinggal bersama ibunya. Ia berharap kehidupannya berubah. Namun, ternyata pola hidup Alicia malah bertambah parah. Alicia beberapa kali berhubungan seks dengan teman prianya di SMA. Akibat hubungan di luar nikah itu, Alicia melahirkan putri pertama. Ia bahkan masih bersama teman prianya itu menghadapi masa-masa terparah setelah anaknya lahir. Keduanya mengkonsumsi narkoba hingga kokain, hingga tiga bulan lamanya.
Alicia berharap pria itu mau berubah seperti keinginannya agar keduanya bisa bersama-sama keluar dari "dunia hitam" itu. Namun keinginan Alicia tak bersambut. Pria itu tetap asyik dengan kebiasaan buruknya.
“Saya pikir dia juga mau berubah, namun ternyata aku salah,” ungkap Alicia yang kemudian mengakhiri hubungan dengan pria itu.
Anak Sakit Hidayah Datang
Kehidupan Alicia berada di titik paling sulit setelah mengetahui putrinya menderita penyakit sindrom Guillain-Barre yang menyebabkan kelumpuhan otot. Namun siapa sangka, kondisi sulit itulah yang mengantarnya menuju hidayah.
Alicia membawa putrinya ke rumah sakit. Menghadapi sang anak sakit dalam dekapannya, ia mulai sadar dan berjanji memperbaiki jalan hidupnya.
Di rumah sakit, Alicia bertemu dengan Hayat. Dari Hayat, Alicia mulai mengetahui tentang Islam.
Sebelumnya, Alicia juga memiliki persepsi negatif tentang Islam, meski ia dibesarkan dalam Kristen yang tidak begitu religius. Ia meyakini paham Islam sangat bertentangan dengan Kristen. Ia meyakini Yesus mati di kayu salib dan sebagai anak Allah, namun tidak dalam Islam.
Alicia tidak langsung menerima Islam begitu saja. Ia ingin kembali dulu kepada agamanya yang selama ini tidak begitu ia dalami. Barangkali saja ia menemukan kebenaran dan kebahagiaan tanpa harus mengetahui lebih jauh tentang Islam.
Alicia pun mulai membaca Alkitab untuk memperjelas semua keyakinan Kristennya. Namun ia tidak juga mendapatkan kepuasan batin. Karena dalam Alkitab sendiri banyak versi terjemahan yang berbeda. Bahkan ketika ia berkunjung ke satu gereja dengan gereja lain, Ia mendapati berbagai versi Alkitab dari berbagai gereja. Alicia kebingungan.
“Itu semakin membuatku bingung,” ujarnya.
Alicia kemudian membandingkan Kristen dengan Islam. Alicia sempat iri ketika melihat Islam yang hanya memegang satu versi kitab suci Al-Quran. Dan hampir semua orang Islam memahami konsep agamanya sesuai Al-Quran. Membaca terjemahan dalam bahasa inggris sama persis dengan apa yang disampaikan dengan bahasa arab. Dan yang mengherankan baginya, ternyata konsep agama Islam dan ketuhanannya lebih mudah ia pahami. Inilah yang membuatnya semakin tertarik terhadap Islam.
Selain bertemu Hayat, Alicia juga bertanya pada beberapa Muslim lain yang menjadi temannya. ”Berkat pertanyaanku ke beberapa teman Muslim akan agama. Perlahan kebingunganku terhadap agama pun mulai terjawab,” ungkap Alicia. Seperti pertanyaan mengapa Yesus harus mati di kayu salib untuk dosa manusia? atau mengapa Tuhan tidak mengampuni saja dosa manusia tanpa harus Yesus disalib? Mengapa ini harus terjadi, padahal Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Kuat?
Alicia pun memberanikan memeluk agama Islam di akhir tahun 2011 dengan bantuan Hana, ibunya Hayat. Hana pun menunjukkan beberapa ayat di dalam Al-Quran untuk benar-benar meyakinkannya. Diantaranya tentang posisi Yesus, yang mengatakan bahwa ia bukan Tuhan namun hanya nabi utusan Allah. Dan di akhir ayat tersebut ia membaca terjemahan ‘Untuk orang yang mencari tanda, ini adalah tanda bagi orang yang berfikir.’
"Ini tanda untukmu, Alicia," pungkas Hana saat itu. Alicia menangis. Perasaan yang luar biasa dirasakan Alicia saat itu. Kebahagiaan yang selama ini dicari Alicia ternyata dapat ia rasakan setelah masuk Islam.
Perasaan bahagia alami yang ia rasakan semakin menguatkan Alicia pada keyakinan barunya, selain konsep ketuhanan yang mudah diterima akal.
“Aku tidak pernah sebahagia ini sampai ketika aku memeluk Islam” jelasnya, seraya mengubah hidupnya sejak saat itu, agar sejalan dengan Al-Qur'an dan Sunnah. [AM/Rpb/OI]
Hidup Alicia benar-benar hancur-hancuran: narkoba, mabuk-mabukan hingga berhubungan seks dengan teman prianya di SMA. Semuanya demi mengejar kebahagiaan, namun tak pernah ia dapatkan. Hingga Islam mengubah semuanya: mengubah gaya hidupnya sekaligus memberi kebahagiaan yang selama ini dicarinya.
Hancurnya Hidup Alicia
Alicia hidup di lingkungan keluarga yang sekuler, meskipun mereka menganut Kristen. Ketika usianya mencapai sepuluh tahun, orang tua Alicia bercerai. Sejak saat itu Alicia tinggal bersama ayah dan adiknya.
Alicia mendapati perlakuan kasar dari sang ayah di masa-masa itu. Wajah Alicia yang mirip ibunya mengingatkan sang ayah pada wanita yang dibencinya itu. Alicia menjadi pelampiasan sang ayah dengan berbagai bentuk kekerasan dalam rumah yang semestinya menjadi tempat berlindung bagi anak belasan tahun seperti Alicia.
Menerima perlakuan kasar dari ayah kandungnya sendiri membuat Alicia mencari pelarian.
“Aku hanya mau melakukan yang menurutku menyenangkan,” ungkapnya.
Alicia pun lari menuju narkotika. Ia juga sering mabuk-mabukan dan berhubungan seks. Ia ingin mendapatkan kebahagiaan, namun ternyata semua itu tidak pernah membawanya kepada apa yang ia inginkan sebenarnya.
Saat usianya menginjak 17 tahun, Alicia berpindah untuk tinggal bersama ibunya. Ia berharap kehidupannya berubah. Namun, ternyata pola hidup Alicia malah bertambah parah. Alicia beberapa kali berhubungan seks dengan teman prianya di SMA. Akibat hubungan di luar nikah itu, Alicia melahirkan putri pertama. Ia bahkan masih bersama teman prianya itu menghadapi masa-masa terparah setelah anaknya lahir. Keduanya mengkonsumsi narkoba hingga kokain, hingga tiga bulan lamanya.
Alicia berharap pria itu mau berubah seperti keinginannya agar keduanya bisa bersama-sama keluar dari "dunia hitam" itu. Namun keinginan Alicia tak bersambut. Pria itu tetap asyik dengan kebiasaan buruknya.
“Saya pikir dia juga mau berubah, namun ternyata aku salah,” ungkap Alicia yang kemudian mengakhiri hubungan dengan pria itu.
Anak Sakit Hidayah Datang
Kehidupan Alicia berada di titik paling sulit setelah mengetahui putrinya menderita penyakit sindrom Guillain-Barre yang menyebabkan kelumpuhan otot. Namun siapa sangka, kondisi sulit itulah yang mengantarnya menuju hidayah.
Alicia membawa putrinya ke rumah sakit. Menghadapi sang anak sakit dalam dekapannya, ia mulai sadar dan berjanji memperbaiki jalan hidupnya.
Di rumah sakit, Alicia bertemu dengan Hayat. Dari Hayat, Alicia mulai mengetahui tentang Islam.
Sebelumnya, Alicia juga memiliki persepsi negatif tentang Islam, meski ia dibesarkan dalam Kristen yang tidak begitu religius. Ia meyakini paham Islam sangat bertentangan dengan Kristen. Ia meyakini Yesus mati di kayu salib dan sebagai anak Allah, namun tidak dalam Islam.
Alicia tidak langsung menerima Islam begitu saja. Ia ingin kembali dulu kepada agamanya yang selama ini tidak begitu ia dalami. Barangkali saja ia menemukan kebenaran dan kebahagiaan tanpa harus mengetahui lebih jauh tentang Islam.
Alicia pun mulai membaca Alkitab untuk memperjelas semua keyakinan Kristennya. Namun ia tidak juga mendapatkan kepuasan batin. Karena dalam Alkitab sendiri banyak versi terjemahan yang berbeda. Bahkan ketika ia berkunjung ke satu gereja dengan gereja lain, Ia mendapati berbagai versi Alkitab dari berbagai gereja. Alicia kebingungan.
“Itu semakin membuatku bingung,” ujarnya.
Alicia kemudian membandingkan Kristen dengan Islam. Alicia sempat iri ketika melihat Islam yang hanya memegang satu versi kitab suci Al-Quran. Dan hampir semua orang Islam memahami konsep agamanya sesuai Al-Quran. Membaca terjemahan dalam bahasa inggris sama persis dengan apa yang disampaikan dengan bahasa arab. Dan yang mengherankan baginya, ternyata konsep agama Islam dan ketuhanannya lebih mudah ia pahami. Inilah yang membuatnya semakin tertarik terhadap Islam.
Selain bertemu Hayat, Alicia juga bertanya pada beberapa Muslim lain yang menjadi temannya. ”Berkat pertanyaanku ke beberapa teman Muslim akan agama. Perlahan kebingunganku terhadap agama pun mulai terjawab,” ungkap Alicia. Seperti pertanyaan mengapa Yesus harus mati di kayu salib untuk dosa manusia? atau mengapa Tuhan tidak mengampuni saja dosa manusia tanpa harus Yesus disalib? Mengapa ini harus terjadi, padahal Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Kuat?
Alicia pun memberanikan memeluk agama Islam di akhir tahun 2011 dengan bantuan Hana, ibunya Hayat. Hana pun menunjukkan beberapa ayat di dalam Al-Quran untuk benar-benar meyakinkannya. Diantaranya tentang posisi Yesus, yang mengatakan bahwa ia bukan Tuhan namun hanya nabi utusan Allah. Dan di akhir ayat tersebut ia membaca terjemahan ‘Untuk orang yang mencari tanda, ini adalah tanda bagi orang yang berfikir.’
"Ini tanda untukmu, Alicia," pungkas Hana saat itu. Alicia menangis. Perasaan yang luar biasa dirasakan Alicia saat itu. Kebahagiaan yang selama ini dicari Alicia ternyata dapat ia rasakan setelah masuk Islam.
Perasaan bahagia alami yang ia rasakan semakin menguatkan Alicia pada keyakinan barunya, selain konsep ketuhanan yang mudah diterima akal.
“Aku tidak pernah sebahagia ini sampai ketika aku memeluk Islam” jelasnya, seraya mengubah hidupnya sejak saat itu, agar sejalan dengan Al-Qur'an dan Sunnah. [AM/Rpb/OI]
0 comments:
Post a Comment