Lailatul qadar adalah malam yang sangat dirindukan oleh seluruh umat Islam. Sebab keutamaannya, malam itu lebih baik dari seribu bulan. "Khairun min alfi syahr," firman Allah di dalam surat Al Qadr. Tidak heran jika banyak umat Islam yang memburu lailatul qadar.
Kepastian lailatul qadar turun pada tanggal berapa, apakah tanggalnya tetap setiap tahun atau berganti-ganti, menjadi misteri tersendiri yang membuat umat Islam semestinya termotivasi untuk mendapatinya, meski tidak bisa memastikannya.
Berikut ini 3 cara terbaik memburu lailatul qadar:
Cara terbaik 3:
Menghidupkan malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan ibadah
Ada hadits yang menyebutkan bahwa lailatul qadar (pernah) terjadi pada malam ke-27, tetapi para ulama tidak memastikan bahwa lailatul qadar pasti jatuh pada tanggal itu di setiap tahun. Ulama Syafi'iyah berpendapat lailatul qadar terjadi pada malam ke-21. Mayoritas ulama meyakini, lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Yakni malam 21, 23, 25, 27, atau 29.
Maka untuk "memburu" lailatul qadar, hidupkanlah malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan itu dengan memperbanyak ibadah. Lebih utama jika bisa menunaikan i'tikaf di malam-malam itu.
Cara terbaik 2:
Menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah
Meskipun mayoritas ulama berpendapat, sebagaimana hadits Rasulullah, bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan, kenyataan hari ini memperlihatkan malam ganjil bagi sebagian umat Islam ternyata adalah malam genap bagi umat Islam yang lain. Contohnya saja di Indonesia yang saat ini terjadi perbedaan hari dimulainya Ramadhan yang kemudian secara otomatis membawa perbedaan kapan malam ganjil dan kapan malam genap. Karenanya, untuk "memburu" lailatul qadar, hidupkanlah sepuluh malam terakhir Ramadhan itu dengan memperbanyak ibadah. Lebih utama jika bisa menunaikan i'tikaf di sepuluh hari itu sebagaimana dicontohkan Rasulullah, istri beliau dan para sahabat beliau.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ
Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. (Muttafaq alaih)
Mengomentari hadits tersebut, Syaikh Yusuf Qaradhawi berkata, "Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits di atas adalah malam ke-21, 23, 25, 27 dan 29. Bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara, sebagaimana yang kita saksikan sekarang, maka malam-malam ganjil di sebagian wilayah adalah malam genap di wilayah lain. Sehingga untuk hati-hati, carilah lailatul qadar ini di seluruh malam sepuluh terkahir Ramadhan."
Cara terbaik 1:
Menghidupkan seluruh malam Ramadhan dengan ibadah
Meskipun mayoritas ulama berpendapat bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan, ada juga yang mengatakan kemungkinan terjadinya di malam lain di bulan Ramadhan. Jika demikian halnya, maka cara terbaik adalah menghidupkan seluruh malam Ramadhan dengan ibadah. Minimal, di penghujung malam (sepertiga malam terakhir) pada 20 hari pertama Ramadhan dan beriktikaf pada 10 malam terakhir Ramadhan. Mengapa untuk awal Ramadhan di sepertiga malam terakhir? Sebab seperti dijelaskan di surat Al Qadr, lailatul qadar terbentang hingga terbitnya fajar. Kapan mulainya kita tidak tahu, tetapi kapan akhirnya kita tahu: terbitnya fajar. Maka jika pun tak mendapat dari awal, kita tidak ketinggalan dari bagian akhirnya.
Cara terbaik inilah yang dipraktikkan oleh para ulama seperti Imam Syafi'i dan Imam Bukhari yang menghidupkan seluruh malam pada bulan Ramadhan hingga beliau bisa mengkhatamkan Al Qur'an setiap malam. Wallahu a'lam bish shawab. [Abu Nida]
Kepastian lailatul qadar turun pada tanggal berapa, apakah tanggalnya tetap setiap tahun atau berganti-ganti, menjadi misteri tersendiri yang membuat umat Islam semestinya termotivasi untuk mendapatinya, meski tidak bisa memastikannya.
Berikut ini 3 cara terbaik memburu lailatul qadar:
Cara terbaik 3:
Menghidupkan malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan ibadah
Ada hadits yang menyebutkan bahwa lailatul qadar (pernah) terjadi pada malam ke-27, tetapi para ulama tidak memastikan bahwa lailatul qadar pasti jatuh pada tanggal itu di setiap tahun. Ulama Syafi'iyah berpendapat lailatul qadar terjadi pada malam ke-21. Mayoritas ulama meyakini, lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Yakni malam 21, 23, 25, 27, atau 29.
Maka untuk "memburu" lailatul qadar, hidupkanlah malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan itu dengan memperbanyak ibadah. Lebih utama jika bisa menunaikan i'tikaf di malam-malam itu.
Cara terbaik 2:
Menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah
Meskipun mayoritas ulama berpendapat, sebagaimana hadits Rasulullah, bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan, kenyataan hari ini memperlihatkan malam ganjil bagi sebagian umat Islam ternyata adalah malam genap bagi umat Islam yang lain. Contohnya saja di Indonesia yang saat ini terjadi perbedaan hari dimulainya Ramadhan yang kemudian secara otomatis membawa perbedaan kapan malam ganjil dan kapan malam genap. Karenanya, untuk "memburu" lailatul qadar, hidupkanlah sepuluh malam terakhir Ramadhan itu dengan memperbanyak ibadah. Lebih utama jika bisa menunaikan i'tikaf di sepuluh hari itu sebagaimana dicontohkan Rasulullah, istri beliau dan para sahabat beliau.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ
Mengomentari hadits tersebut, Syaikh Yusuf Qaradhawi berkata, "Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits di atas adalah malam ke-21, 23, 25, 27 dan 29. Bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara, sebagaimana yang kita saksikan sekarang, maka malam-malam ganjil di sebagian wilayah adalah malam genap di wilayah lain. Sehingga untuk hati-hati, carilah lailatul qadar ini di seluruh malam sepuluh terkahir Ramadhan."
Cara terbaik 1:
Menghidupkan seluruh malam Ramadhan dengan ibadah
Meskipun mayoritas ulama berpendapat bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan, ada juga yang mengatakan kemungkinan terjadinya di malam lain di bulan Ramadhan. Jika demikian halnya, maka cara terbaik adalah menghidupkan seluruh malam Ramadhan dengan ibadah. Minimal, di penghujung malam (sepertiga malam terakhir) pada 20 hari pertama Ramadhan dan beriktikaf pada 10 malam terakhir Ramadhan. Mengapa untuk awal Ramadhan di sepertiga malam terakhir? Sebab seperti dijelaskan di surat Al Qadr, lailatul qadar terbentang hingga terbitnya fajar. Kapan mulainya kita tidak tahu, tetapi kapan akhirnya kita tahu: terbitnya fajar. Maka jika pun tak mendapat dari awal, kita tidak ketinggalan dari bagian akhirnya.
Cara terbaik inilah yang dipraktikkan oleh para ulama seperti Imam Syafi'i dan Imam Bukhari yang menghidupkan seluruh malam pada bulan Ramadhan hingga beliau bisa mengkhatamkan Al Qur'an setiap malam. Wallahu a'lam bish shawab. [Abu Nida]
0 comments:
Post a Comment