Kini kita berada di bulan Syawal yang secara bahasa artinya adalah peningkatan. Tetapi faktanya, banyak yang justru mengalami penurunan. Sudah berapa malam sejak Ramadhan pergi, kita tidak qiyamul lail lagi? Sudah berapa hari kita tidak tilawah lagi setelah idul fitri?
Mempertahankan ketaqwaan adalah hal yang sulit. Bahkan, saat hendak beribadah pun, orang bisa gagal mempertahankan ketaqwaan. Misalnya pada 10 hari terakhir Ramadhan kemarin. Malam itu, seorang istri telah bangun dan menyiapkan makan sahur. Ia kemudian membangunkan suaminya. Sang suami yang bangun tidak langsung menuju meja makan, tetapi ia melangkah ke arah hp istrinya. Ia membuka hp tersebut dan mendapi sebuah sms yang membuatnya naik pitam: "Sayang... aku masih cinta sama kamu" bunyi sms itu. Maka terjadilah KDRT di hari itu, hingga sang suami mencekik istrinya sampai mati.
Mengapa saat menjalankan ibadah pun seseorang bisa gagal mempertahankan ketaqwaan? sebab ia sesungguhnya tidak berangkat dari imanan wahtisaban. Padahal kejujutan niat inilah kunci menguatkan ketaqwaan.
Lalu apa hubungannya ketaqwaan dengan kebersamaan sesuai tema "kuatkan ketaqwaan bangun kebersamaan" ini? Di dalam surat At Taubah ayat 119 Allah berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur"
Maka jika kita bertaqwa, ingin bertaqwa dan menguatkan taqwa, maka bangunlah kebersamaan. dengan orang-orang yang jujur. Bangunlah kebersamaan dengan orang-orwng yang jujur di negeri kita. Bangunlah kebersamaan dengan orang-orang yang jujur pula di negeri-negeri yang lain. Sebab keimanan dan ketaqwaan tidak mengenal sekat-sekat geografis.
Hari-hari ini terlihat parade ketidakjujuran dari sejumlah media. Dikatakan bahwa yang meninggal dalam pembantaian Mesir adalah 450. padahal yang benar, yang terbunuh, insya Allah syahid, sudah lebih dari 6.000 orang, sedangkan yang terluka sudah melampauai 15.000 orang. Kita juga mendapati ketidakjujuran para pendukung kudeta yang dipimpin oleh Jenderal As Sisi mulai dari informasi jumlah korban hingga tuduhan teroris yang mereka alamatkan kepada Ikhwanul Muslimin. Padahal kita tahu dan dunia pun tahu, selama lebih dari sebulan sejak sebelum Ramadhan hingga usai Idul Fitri, mereka hanya melakukan aksi damai dengan shalat berjama’ah dan qiyamullail di malam hari, serta membaca Al Qur’an di siang hari.
Saat-saat menguatkan ketaqwaan sebenarnya adalah saat-saat membangun kebersamaan dengan orang-orang yang jujur. Tidak mungkin seseorang menjadi hamba Allah yang bertaaqwa, lalu pada saat yang sama tidak mempedulikan nasib umat Islam. Tidak mungkin seseorang menjadi hamba Allah yang bertaqwa, lalu pada saat yang sama berdiam diri melihat saudara-saudara kita seiman dizalimi dan dibantai. []
Penulis : Ust. Kusno Hadi
Dicuplik dari ceramah beliau pada Pengajian Ahad Pagi Ikadi Gresik
di Masjid Nurul Jannah, tanggal 18 Agustus 2013
Mempertahankan ketaqwaan adalah hal yang sulit. Bahkan, saat hendak beribadah pun, orang bisa gagal mempertahankan ketaqwaan. Misalnya pada 10 hari terakhir Ramadhan kemarin. Malam itu, seorang istri telah bangun dan menyiapkan makan sahur. Ia kemudian membangunkan suaminya. Sang suami yang bangun tidak langsung menuju meja makan, tetapi ia melangkah ke arah hp istrinya. Ia membuka hp tersebut dan mendapi sebuah sms yang membuatnya naik pitam: "Sayang... aku masih cinta sama kamu" bunyi sms itu. Maka terjadilah KDRT di hari itu, hingga sang suami mencekik istrinya sampai mati.
Mengapa saat menjalankan ibadah pun seseorang bisa gagal mempertahankan ketaqwaan? sebab ia sesungguhnya tidak berangkat dari imanan wahtisaban. Padahal kejujutan niat inilah kunci menguatkan ketaqwaan.
Lalu apa hubungannya ketaqwaan dengan kebersamaan sesuai tema "kuatkan ketaqwaan bangun kebersamaan" ini? Di dalam surat At Taubah ayat 119 Allah berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur"
Maka jika kita bertaqwa, ingin bertaqwa dan menguatkan taqwa, maka bangunlah kebersamaan. dengan orang-orang yang jujur. Bangunlah kebersamaan dengan orang-orwng yang jujur di negeri kita. Bangunlah kebersamaan dengan orang-orang yang jujur pula di negeri-negeri yang lain. Sebab keimanan dan ketaqwaan tidak mengenal sekat-sekat geografis.
Hari-hari ini terlihat parade ketidakjujuran dari sejumlah media. Dikatakan bahwa yang meninggal dalam pembantaian Mesir adalah 450. padahal yang benar, yang terbunuh, insya Allah syahid, sudah lebih dari 6.000 orang, sedangkan yang terluka sudah melampauai 15.000 orang. Kita juga mendapati ketidakjujuran para pendukung kudeta yang dipimpin oleh Jenderal As Sisi mulai dari informasi jumlah korban hingga tuduhan teroris yang mereka alamatkan kepada Ikhwanul Muslimin. Padahal kita tahu dan dunia pun tahu, selama lebih dari sebulan sejak sebelum Ramadhan hingga usai Idul Fitri, mereka hanya melakukan aksi damai dengan shalat berjama’ah dan qiyamullail di malam hari, serta membaca Al Qur’an di siang hari.
Saat-saat menguatkan ketaqwaan sebenarnya adalah saat-saat membangun kebersamaan dengan orang-orang yang jujur. Tidak mungkin seseorang menjadi hamba Allah yang bertaaqwa, lalu pada saat yang sama tidak mempedulikan nasib umat Islam. Tidak mungkin seseorang menjadi hamba Allah yang bertaqwa, lalu pada saat yang sama berdiam diri melihat saudara-saudara kita seiman dizalimi dan dibantai. []
Penulis : Ust. Kusno Hadi
Dicuplik dari ceramah beliau pada Pengajian Ahad Pagi Ikadi Gresik
di Masjid Nurul Jannah, tanggal 18 Agustus 2013
0 comments:
Post a Comment