Pelarangan dan putusan pemusnahan Al Qur’an terjemah yang diterbitkan pengadilan Novorossiysk baru-baru ini membuat umat Islam Rusia marah. Ulama senior Rusia memperingatkan para pemimpin di negara itu, kerusuhan bisa meledak jika keputusan penghancuran Al Qur’an terjemah itu tidak dibatalkan.
“Muslim Rusia amat sangat marah atas keputusan yang keterlaluan tersebut,” kata Wakil Ketua Dewan Mufti Rushan Abbyasov dalam surat terbuka kepada Presiden Vladimir Putin, seperti dikutip The Malay Mail Online, Sabtu (21/9).
“Akan ada kerusuhan… tidak hanya di Rusia, tetapi di seluruh dunia,” ancam para ulama, jika putusan itu diberlakukan.
Dewan Mufti menarik persamaan dengan kekerasan di Timur Tengah dan Afghanistan atas tindakan seorang pastor Amerika, Terry Jones, yang membakar Al Quran pada 11 September 2010.
“Apakah perlu dilakukan pembahasan (tindakan hukum) untuk upaya penghancuran buku, khususnya kitab suci, yang telah berada di Rusia sejak masa lalu? ”
“Kita ingat bagaimana akibat dari pembakaran hanya beberapa Al Qur’an oleh seorang pendeta Amerika gila, sehingga menimbulkan protes bukan hanya dari Muslim Rusia, tetapi juga keseluruhan masyarakat kita, dalam solidaritas dengan badai kemarahan masyarakat Muslim dunia dan semua orang yang bersimpati,” tambahnya.
Seorang pengacara yang mewakili penulis terjemahan, Elmir Kuliyev, mengatakan ia akan mengajukan banding atas putusan pengadilan, yang memutuskan melarang terjemahan Al Quran tersebut serta memerintahkan untuk ‘dihancurkan’.
Pegiat hak asasi manusia mengatakan keputusan yang akan diberlakukan secara nasional itu, kecuali dibatalkan pada tingkat banding, bisa berkembang berbahaya dengan melarang Al Qur’an itu sendiri. Mereka menilai larangan itu telah disalahgunakan oleh pejabat lokal berdasarkan prasangka atau dimanfaatkan Gereja Ortodoks yang mayoritas di Rusia.
Para ahli juga menyatakan pendapat yang sama. Ahli tentang Islam pada Akedimi Ilmu Pengetahuan Rusia Akhmed Yarlikapov mengatakan, jika terjemahan Al Qur’an dilarang karena di dalamnya ada ayat-ayat ‘perang’ semestinya Alkitab juga dilaran karena ia juga memiliki ayat-ayat ‘pertumpahan darah.’
“Larangan ini tinggal selangkah lagi untuk melarang Al-Quran,” kata Yarlikapov.
“Pelarangan terjemahan Kuliyev benar-benar tidak profesional. Orang juga bisa melarang Alkitab yang juga memiliki ayat-ayat yang berbicara tentang pertumpahan darah,” tambahnya.
Beralasan Al Qur’an terjemah membuat masyarakat Rusia mengetahui isi Al Qur’an yang mengajarkan terorisme, Pengadilan Novorossiysk memutuskan melarang peredaran dan pembacaan ‘terjemahan semantik Al-Qur’an dalam bahasa Rusia.’
“Al-Qur’an menyerukan tindakan permusuhan dan kekerasan dari sekelompok orang terhadap sekelompok yang lain berdasarkan agama, dalam hal ini, Muslim terhadap non-Muslim,“ klaim pengadilan Komite Keamanan Negara (KGB) dalam putusannya, Selasa (17/9) lalu. Pengadilan KGB juga menyebut Al-Qur’an sebagai ‘literatur ekstremis’ berdasarkan Pedoman Pidana Rusia pasal 282. [IK/Fmd/bsb]
“Muslim Rusia amat sangat marah atas keputusan yang keterlaluan tersebut,” kata Wakil Ketua Dewan Mufti Rushan Abbyasov dalam surat terbuka kepada Presiden Vladimir Putin, seperti dikutip The Malay Mail Online, Sabtu (21/9).
“Akan ada kerusuhan… tidak hanya di Rusia, tetapi di seluruh dunia,” ancam para ulama, jika putusan itu diberlakukan.
Dewan Mufti menarik persamaan dengan kekerasan di Timur Tengah dan Afghanistan atas tindakan seorang pastor Amerika, Terry Jones, yang membakar Al Quran pada 11 September 2010.
“Apakah perlu dilakukan pembahasan (tindakan hukum) untuk upaya penghancuran buku, khususnya kitab suci, yang telah berada di Rusia sejak masa lalu? ”
“Kita ingat bagaimana akibat dari pembakaran hanya beberapa Al Qur’an oleh seorang pendeta Amerika gila, sehingga menimbulkan protes bukan hanya dari Muslim Rusia, tetapi juga keseluruhan masyarakat kita, dalam solidaritas dengan badai kemarahan masyarakat Muslim dunia dan semua orang yang bersimpati,” tambahnya.
Seorang pengacara yang mewakili penulis terjemahan, Elmir Kuliyev, mengatakan ia akan mengajukan banding atas putusan pengadilan, yang memutuskan melarang terjemahan Al Quran tersebut serta memerintahkan untuk ‘dihancurkan’.
Pegiat hak asasi manusia mengatakan keputusan yang akan diberlakukan secara nasional itu, kecuali dibatalkan pada tingkat banding, bisa berkembang berbahaya dengan melarang Al Qur’an itu sendiri. Mereka menilai larangan itu telah disalahgunakan oleh pejabat lokal berdasarkan prasangka atau dimanfaatkan Gereja Ortodoks yang mayoritas di Rusia.
Para ahli juga menyatakan pendapat yang sama. Ahli tentang Islam pada Akedimi Ilmu Pengetahuan Rusia Akhmed Yarlikapov mengatakan, jika terjemahan Al Qur’an dilarang karena di dalamnya ada ayat-ayat ‘perang’ semestinya Alkitab juga dilaran karena ia juga memiliki ayat-ayat ‘pertumpahan darah.’
“Larangan ini tinggal selangkah lagi untuk melarang Al-Quran,” kata Yarlikapov.
“Pelarangan terjemahan Kuliyev benar-benar tidak profesional. Orang juga bisa melarang Alkitab yang juga memiliki ayat-ayat yang berbicara tentang pertumpahan darah,” tambahnya.
Beralasan Al Qur’an terjemah membuat masyarakat Rusia mengetahui isi Al Qur’an yang mengajarkan terorisme, Pengadilan Novorossiysk memutuskan melarang peredaran dan pembacaan ‘terjemahan semantik Al-Qur’an dalam bahasa Rusia.’
“Al-Qur’an menyerukan tindakan permusuhan dan kekerasan dari sekelompok orang terhadap sekelompok yang lain berdasarkan agama, dalam hal ini, Muslim terhadap non-Muslim,“ klaim pengadilan Komite Keamanan Negara (KGB) dalam putusannya, Selasa (17/9) lalu. Pengadilan KGB juga menyebut Al-Qur’an sebagai ‘literatur ekstremis’ berdasarkan Pedoman Pidana Rusia pasal 282. [IK/Fmd/bsb]
0 comments:
Post a Comment