Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Hasan Al Banna di Mata Sang Ayah...

Written By mimin on Saturday, February 15, 2014 | 6:10 AM

Hasan Al Banna
Menyebut nama orang yang satu ini akan menimbulkan beragam persepsi. Namun, ada baiknya kita lihat dari sudut pandang yang lain, yaitu bagaimana pandangan sang ayah terhadapnya.

Mungkin tak banyak yang tahu kalau ayahanda Hasan Al Banna adalah seorang ulama besar yang memiliki spesialisasi di bidang hadits. Dia adalah Syekh Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna Assa'aty rahimahullah.

Di antara karyanya yang diakui dunia Islam adalah kitab "Al-Fathur-Rabbani". Kitab ini beliau tulis untuk menyusun kembali kitab Musnad Imam Ahmad berdasarkan tema, seperti masalah aqidah, ibadah, akhlak, dan lain-lain. Sehingga memudahkan pembaca untuk mencari hadits yang dimaksud. Karena kitab Musnad Imam Ahmad disusun berdasarkan siapa perawinya. Misalnya semua hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dijadikan satu bab, apapun temanya, lalu hadits yang diriwayatkan Aisyah radhiallahu anhu, dikumpulkan dalam bab lainnya. Begitu seterusnya, sehingga. jika ada orang yang ingin mencari hadits berdasarkan temanya dia akan kesulitan mencarinya kalau tidak mengetahui siapa perawinya.

Maka kitab Al-Fathur-Rabbani ini sangat besar jasanya untuk memudahkan thalabatul ilmi (pelajar) untuk mencari hadits dalam Musnad Ahmad. Dan ini tentu bukan hasil kerja yang ringan, mengingat hadits yang terdapat di dalamnya mencapai ribuan dan pemilahannya berdasarkan temanya jelas membutuhkan penguasaan yang matang terhadap makna dan kandungannya.

Ternyata karya beliau tidak sampai di situ, beliau pun menyusun kitab syarah (penjelas) yang menjelaskan makna dan tujuan hadits-hadits yang terdapat di dalamnya, diberi nama dengan kitab "Bulughul Amani Min Asrori Al-Fathirrabbani". Sehingga sangat membantu untuk memahami kandungan dan tujuan hadits-hadits yang terdapat dalam Musnad Imam Ahmad.

Dalam muqadimah kitab tersebut, ulama yang dijuluki As-Sa'aty karena berprofesi sebagai tukang reparasi jam sebagai sumber nafkahnya ini menuturkan situasi sulit yang dialami negara Mesir saat beliau hendak mencetak kitabnya yang telah beliau karang ini. Harga-harga melambung termasuk harga kertas yang menjadi kebutuhan utamanya untuk mencetak kitab. Sempat terbersit keinginannya untuk menghentikan rencana tersebut dan menyerahkan kepada putranya; Hasan Al-Banna, untuk mewujudkan keinginannya setelah beliau wafat..

Kami kutipkan teks aslinya bagaimana beliau ingin melimpahkan rencana tersebut kepada putera tercintanya, lalu bagaimana jawaban sang anak serta bagaimana pandangan sang ayah terhadap sang anak...


.......أني لما وجدت الغلاء مستمرا تركت التفكير في طبعه ووصيت ولدي حسن البنا غفر الله له بإتمام طبع الكتاب بعد وفاتي إذا لم يتيسر لي إتمام طبعه في حياتي، وكنت مطمئنا بهذه الوصية لعلمي أنه خير من ينفذها لما جبل عليه من حب الخير ونشر العلم: خصوصا وأنه يعلم مقدار ما قاسيته في تأليف الكتاب. فكان جوابه، سيطبع في حياتك إن شاء الله تعالى لا في حياتي، ولم أدر ما خبأه لي القدر، فقد فوجئت باستشهاد في سبيل دعوة الإسلام، فإنا لله وإنا إليه راجعون، إن لله ما أخذ، وله ما له ما أعطى، وكل شيء عنده بأجل مسمى، لقد استشهد حسن البنا في سبيل الدعوة إلى الله والرجوع إلى أحكام الله، فعم المصاب لم يكن مصابي أنا وحدي بل مصاب العالم الإسلامي أجمع، لأن الكل يعرف من هو أحسن البنا، تغمدك الله يا ولدي برحمته، وأسكنك فسيح جنته، مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين، وجزاك عن الإسلام والمسلمين خير الجزاء، وألحقنا بك على الإيمان آمين ...
"Ketika aku mendapatkan harga-harga melambung terus menerus, maka aku tinggalkan rencana untuk mencetaknya. Lalu aku wasiatkan kepada puteraku; Hasan Al-Banna, semoga Allah mengampuninya, untuk melanjutkan pencetakannya setelah aku wafat jika ternyata aku tidak dapat merampungkan pencetakannya dalam hidupku.

Aku merasa tenang dengan wasiatku ini, karena aku tahu dialah orang terbaik yang dapat mewujudkannya, karena dia dikenal memiliki rasa cinta pada kebaikan dan cinta ilmu, dan dia tahu, bagaimana beratnya aku mengarang kitab ini. Namun dia menjawab,

'Buku ini akan dicetak semasa hidupmu, insya Allah Ta'ala, bukan semasa hidupku.'

Aku tidak tahu, takdir apa yang tersembunyi bagiku, tiba-tiba aku dikejutkan dengan berita syahidnya di jalan dakwah Islam, innaa lillahi wa innaa ilaihi roojiuun, sesungguhnya hak Allah untuk mengambil dan memberikan. Sesungguhnya segala sesuatu telah ada ketetapan ajal di sisiNya.

Hasan Al Banna telah mencari syahid demi dakwah kepada Allah dan menyerukan kembali kepada hukum Allah. Banyak yang menganggapnya sebagai musibah, bukan hanya musibah saya, tapi musibah bagi seluruh dunia Islam. Karena semua tahu siapa Hasan Al Banna.

Semoga Allah selalu meliputimu dengan rahmatNya wahai ananda, dan engkau di tempatkan di surgaNya nan luas bersama orang-orang yang telah Allah beri nikmat, dari kalangan para Nabi, orang-orang jujur, para syuhada’ dan orang-orang saleh. Semoga Allah membalas jasamu terhadap kaum muslimin dengan sebaik-baik pembalasan dan menyusulkan kami bersamamu dalam keimanan. Aamiin…"

Akhirnya dengan susah payah, terwujud juga keinginan Syekah Ahmad Al Banna mencetak kitab tersebut, semasa hidupnya, bukan semasa hidup Hasan Al Banna, sebagaimana kata sang anak...

Rahimallahu al waalid wal walad... Semoga Allah merahmati sang bapak dan anaknya.. [Abu Aisyah]

0 comments:

Post a Comment