Nama aslinya Yulio da Costa Freitas. Lahir 5 Januari 1977 di dusun Baruwali, Lautem, Timor-Timur. Semula, Yulio adalah seorang penganut agama Katholik yang aktif dalam aktivitas gereja. Bahkan, Yulio dipercaya membantu pastor dalam kegiatan rutin gereja, terutama misa mingguan.
Seiring waktu, keyakinan Yulio mulai goyah. Tiga tahun membantu pastor di gereja, Yulio mengaku sering mendengar bisikan di antara teman-temannya yang ragu akan kebenaran agama yang dipeluknya.
Hati Yulio pun semakin gundah mendapati sanak saudaranya banyak yang memeluk Islam. Keyakinannya terhadap Katholik mulai luntur. Yulio pun mulai melirik agama Islam. Acara siraman rohani agama Islam yang ditayangkan televisi nasional mulai menarik perhatiannya.
Suatu hari, Ustaz Zakaria Fernandes, salah satu pamannya yang menjadi dai di Lautem mulai mendekati dan mengajaknya untuk masuk Islam. Yulio pun tertarik dengan ajakan sang paman. Meskipun dihalangi oleh kedua orangtua dan sebagian keluarganya, niat Yulio tak terbendung. Kesungguhannya akhirnya direstui oleh kedua orangtuanya. Yulio masuk Islam.
Sebelum Yulio menjadi mualaf, jumlah pemeluk Islam di kampungnya masih bisa dihitung jari. Ia mengaku pernah menyaksikan, perayaan Idul Fitri di kampungnya hanya diikuti tak lebih dari 20 orang.
Yulio mengikrarkan syahadat di kota Bau Kau, di depan ustadz Zakariya pada 28 Juni 1993. Setelah itu Yulio berangkat ke kota Dili.
Sejak saat itu Yulio dipanggil sebagai Yulio Muslim Da Costa. Dan sejak itu ia mulai shalat dengan mengikuti jama'ah, meniru gerakan mereka seperti saran pamannya.
Dari Dili, Yulio Muslim berpindah ke Jawa. Yulio Muslim menimba ilmu di salah satu Pondok Pesantren Paciran Lamongan Jawa Timur untuk beberapa saat. Di pesantren inilah Ustaz Zakaria pernah menimba ilmu beberapa tahun yang lalu.
Seperti rencana semula, Yulio Muslim akhirnya tiba di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur'an Yogyakarta. Di pesantren pimpinan KH Umar Budihargo itu Yulio Muslim menimba ilmu dengan penuh kesungguhan. Man jadda wajada, siapa yang sungguh-sungguh dia akan berhasil. Dan itulah yang dibuktikan Yulio Muslim.
Hanya dalam tiga pekan, Yulio Muslim sudah menamatkan buku Iqra. Setelah bisa membaca tulisan Arab, sedikit demi sedikit, Yulio Muslim mulai menghafal surat-surat pendek.
Selama di pesantren itu, Yulio Muslim mampu menghalaf sembilan juz Al-Qur'an. Melihat semangatnya yang begitu tinggi, KH Umar Budihargo mengirimnya ke salah satu pondok pesantren khusus tahfiz selama enam bulan.
Sering kali dalam shalat-shalat malam, Yulio Muslim menangis mensyukuri hidayah Allah. Ia juga kadang sering berdoa meminta kepada Allah agar tetap istiqamah untuk belajar agama Islam lebih mendalam lagi.
Doanya terkabul. Yulio Muslim menjadi salah satu santri yang ditunjuk untuk mengikuti tes seleksi melanjutkan studi ke Madinah al-Munawarah. Tanpa sengaja, Muslim sempat bertemu dan berbincang-bincang langsung dengan salah satu syekh penguji dari Madinah. Yulio Muslim memberanikan diri menceritakan sebagian dari kisah hidupnya.
Sang Syekh sangat tertarik dengan cerita kehidupan dan kemualafannya. Ulama Madinah itu meminta Yulio Muslim untuk membawa ijazah dan ingin mengujinya langsung. Sembari menunggu pengumuman hasil tes penerimaan dari Madihah, Yulio Muslim mendapatkan amanah dari KH Umar untuk memegang pondok di Gunung Kidul, Karangmojo, Yogjakarta pada 1997.
Setahun kemudian, pengumuman hasil tes itu keluar. Ia menjadi salah seorang peserta yang terpilih untuk menimba ilmu di kota Madinah. Pada Ramadhan tahun 1999, ia sempat pulang ke Tanah Air. Ia bermaksud untuk mengajak kedua orangtua dan adik-adiknya untuk memeluk Islam. Namun, keluarganya belum merespon dakwahnya.
Yulio Muslim tak menyerah, ia mendoakan keluarganya dari Madinah agar memeluk Islam. Doa itu kemudian dikabulkan Allah. Pada 2003, keluarganya berkunjung ke Yogyakarta dan pada pertengahan tahu itu pula, kedua orangtua dan empat adiknya bersyahadat dan memeluk Islam.
Tujuh tahun lamanya menimba ilmu di Madinah, Yulio Muslim akhirnya menjadi sarjana Syariah pada 2005. Yulio Muslim juga telah hafal 30 juz Al-Qur'an. Berbekal ilmu syariah itu, Yulio Muslim mendakwahkan Islam hingga memfasilitasi anak-anak di kampungnya untuk masuk Islam.
Kini Yulio Muslim memegang amanah sebagai pengasuh Pondok Tahfiz Putra dan Studi Bahasa Arab di Pondok Pesantren Bina Madani Bogor Jawa Barat. [AM/Rpb]
Seiring waktu, keyakinan Yulio mulai goyah. Tiga tahun membantu pastor di gereja, Yulio mengaku sering mendengar bisikan di antara teman-temannya yang ragu akan kebenaran agama yang dipeluknya.
Hati Yulio pun semakin gundah mendapati sanak saudaranya banyak yang memeluk Islam. Keyakinannya terhadap Katholik mulai luntur. Yulio pun mulai melirik agama Islam. Acara siraman rohani agama Islam yang ditayangkan televisi nasional mulai menarik perhatiannya.
Suatu hari, Ustaz Zakaria Fernandes, salah satu pamannya yang menjadi dai di Lautem mulai mendekati dan mengajaknya untuk masuk Islam. Yulio pun tertarik dengan ajakan sang paman. Meskipun dihalangi oleh kedua orangtua dan sebagian keluarganya, niat Yulio tak terbendung. Kesungguhannya akhirnya direstui oleh kedua orangtuanya. Yulio masuk Islam.
Sebelum Yulio menjadi mualaf, jumlah pemeluk Islam di kampungnya masih bisa dihitung jari. Ia mengaku pernah menyaksikan, perayaan Idul Fitri di kampungnya hanya diikuti tak lebih dari 20 orang.
Yulio mengikrarkan syahadat di kota Bau Kau, di depan ustadz Zakariya pada 28 Juni 1993. Setelah itu Yulio berangkat ke kota Dili.
Sejak saat itu Yulio dipanggil sebagai Yulio Muslim Da Costa. Dan sejak itu ia mulai shalat dengan mengikuti jama'ah, meniru gerakan mereka seperti saran pamannya.
Dari Dili, Yulio Muslim berpindah ke Jawa. Yulio Muslim menimba ilmu di salah satu Pondok Pesantren Paciran Lamongan Jawa Timur untuk beberapa saat. Di pesantren inilah Ustaz Zakaria pernah menimba ilmu beberapa tahun yang lalu.
Seperti rencana semula, Yulio Muslim akhirnya tiba di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur'an Yogyakarta. Di pesantren pimpinan KH Umar Budihargo itu Yulio Muslim menimba ilmu dengan penuh kesungguhan. Man jadda wajada, siapa yang sungguh-sungguh dia akan berhasil. Dan itulah yang dibuktikan Yulio Muslim.
Hanya dalam tiga pekan, Yulio Muslim sudah menamatkan buku Iqra. Setelah bisa membaca tulisan Arab, sedikit demi sedikit, Yulio Muslim mulai menghafal surat-surat pendek.
Selama di pesantren itu, Yulio Muslim mampu menghalaf sembilan juz Al-Qur'an. Melihat semangatnya yang begitu tinggi, KH Umar Budihargo mengirimnya ke salah satu pondok pesantren khusus tahfiz selama enam bulan.
Sering kali dalam shalat-shalat malam, Yulio Muslim menangis mensyukuri hidayah Allah. Ia juga kadang sering berdoa meminta kepada Allah agar tetap istiqamah untuk belajar agama Islam lebih mendalam lagi.
Doanya terkabul. Yulio Muslim menjadi salah satu santri yang ditunjuk untuk mengikuti tes seleksi melanjutkan studi ke Madinah al-Munawarah. Tanpa sengaja, Muslim sempat bertemu dan berbincang-bincang langsung dengan salah satu syekh penguji dari Madinah. Yulio Muslim memberanikan diri menceritakan sebagian dari kisah hidupnya.
Sang Syekh sangat tertarik dengan cerita kehidupan dan kemualafannya. Ulama Madinah itu meminta Yulio Muslim untuk membawa ijazah dan ingin mengujinya langsung. Sembari menunggu pengumuman hasil tes penerimaan dari Madihah, Yulio Muslim mendapatkan amanah dari KH Umar untuk memegang pondok di Gunung Kidul, Karangmojo, Yogjakarta pada 1997.
Setahun kemudian, pengumuman hasil tes itu keluar. Ia menjadi salah seorang peserta yang terpilih untuk menimba ilmu di kota Madinah. Pada Ramadhan tahun 1999, ia sempat pulang ke Tanah Air. Ia bermaksud untuk mengajak kedua orangtua dan adik-adiknya untuk memeluk Islam. Namun, keluarganya belum merespon dakwahnya.
Yulio Muslim tak menyerah, ia mendoakan keluarganya dari Madinah agar memeluk Islam. Doa itu kemudian dikabulkan Allah. Pada 2003, keluarganya berkunjung ke Yogyakarta dan pada pertengahan tahu itu pula, kedua orangtua dan empat adiknya bersyahadat dan memeluk Islam.
Tujuh tahun lamanya menimba ilmu di Madinah, Yulio Muslim akhirnya menjadi sarjana Syariah pada 2005. Yulio Muslim juga telah hafal 30 juz Al-Qur'an. Berbekal ilmu syariah itu, Yulio Muslim mendakwahkan Islam hingga memfasilitasi anak-anak di kampungnya untuk masuk Islam.
Kini Yulio Muslim memegang amanah sebagai pengasuh Pondok Tahfiz Putra dan Studi Bahasa Arab di Pondok Pesantren Bina Madani Bogor Jawa Barat. [AM/Rpb]
0 comments:
Post a Comment