Dalam sejarahnya, gerakan Al Ikhwan al Muslimun (Ikhwan) di Mesir sering mengalami cobaan-cobaan berat (Al Mihnah) yang menimpa para pemimpin dan pendukungnya. Pasca kudeta militer Jendral As Sisi terhadap Presiden Mursi pada 3 Juli 2013, jamaah Al Ikhwan kembali mengalami tekanan-tekanan berat. Kali ini lawan mereka bukan hanya militer Mesir dan kaum pemberontak Tamarod, tetapi juga aliansi internasional pendukung Zionisme Israel.
Namun di kalangan umat Islam masih beredar sikap keragu-raguan menyikapi posisi jamaah Ikhwan. Ada yang mendukung, mendoakan, atau bersikap simpatik. Tetapi ada juga yang membiarkan Ikhwan, tidak peduli dengan kesulitan mereka, mencari-cari kesalahannya, bahkan mensyukuri berbagai musibah yang menimpanya. Masya Allah.
Setidaknya ada 10 alasan yang bisa dikemukakan, dimana kita sebagai sesama Muslim sangat penting dan layak mendukung jamaah Ikhwan di Mesir. Semua ini atas pertimbangan Syariat Islam, maslahat umat, dan prinsip keadilan.
Pertama. Sebagai sesama Muslim kita terikat hubungan Ukhuwah Islamiyah. Ulama menjelaskan, ekspresi ukhuwah yang tertinggi ialah Al Itsar, mendahulukan saudara seiman daripada diri sendiri. Sedang ekspresi ukhuwah paling minimal ialah Salatus Shadr, yaitu selamatnya hati kita dari prasangka buruk ke sesama Muslim.
Nabi bersabda, “Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Anas Ra).
Kita tidak boleh cuek kepada sesama Muslim, tetapi harus peduli dengan nasib saudara; meskipun mereka jauh dan tidak mengenal diri kita.
Kedua. Ikhwan saat ini jelas-jelas sedang terzhalimi di Mesir. Mereka mengalami penindasan, perampasan hak-hak, difitnah, diserang, dibunuh, dan dihancurkan. Orang-orang yang terzhalimi ini tidak boleh dibiarkan, tetapi kita harus menolongnya, membantunya, mendukungnya untuk mendapatkan hak-haknya.
Nabi bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain, tidak boleh mengkhianatinya, atau mendustainya, atau membiarkannya teraniaya.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah Ra). Nabi juga memerintahkan agar kita “menolong orang zhalim” yaitu dengan cara mencegahnya dari perbuatan zhalim (HR. Bukhari, dari Anas Ra).
Ketiga. Jamaah Ikhwan saat ini sedang dikeroyok berbagai pihak, meliputi militer, media sekuler, kaum liberalis, sosialis, Kristen Koptik, Syiah, Barat kolonialis, serta para pendukung Zionis Israel. Sebagai sesama Muslim dan terikat akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, kita harus menolong saudara-saudara seiman.
Keempat. Gerakan Ikhwan melalui Partai FJP telah meraih posisi besar, yaitu kepemimpinan politik yang didukung mayoritas rakyat Mesir. Ini adalah karunia, sangat strategis, dan susah sekali untuk meraihnya. Kepemimpinan ini bahkan merupakan amanat yang harus benar-benar dijaga, dirawat, dan dipertahankan.
Jangan menyia-nyiakan kesempatan itu, sebab ia merupakan pengkhianatan atas amanat Umat dan agama. “Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dan (janganlah) kalian mengkhianati amanah yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahuinya.” (QS: Al Anfal: 27).
Jika bicara tentang kepemimpinan politik (otoritas), kaum Muslimin jangan bersikap tawadhu’, pemurah, atau mudah berbagi. Sudah tak waktunyaberbagi kekuasaan dengan musuh, kecuali untuk strategi. Sebab jika otoritas politik jatuh ke tangan musuh Islam, dari pengalaman selama ini, ia sering digunakan oleh mereka untuk tujuan eksploitasi, marginalisasi, dan penindasan umat. Contohlah kaum Muslimin Turki yang sangat kuat dalam tekad, percaya diri, loyal murni terhadap amanat agama.
Kelima. Jamaah Ikhwan sedang berjuang mengakhiri dominasi militer Mesir yang terkenal korup, menindas, dan sewenang-wenang. Fakta berbicara, setelah kudeta 3 Juli 2013, militer Mesir telah berkali-kali melakukan penangkapan, penculikan, pemenjaraan, pembunuhan, dan pembantaian terhadap warga sipil, khususnya pendukung Presiden Mohammad Mursy. Hal seperti itu sudah biasa mereka lakukan dalam kurun 60 tahunan terakhir.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya manusia jika melihat orang berbuat zhalim, lalu tidak berusaha mencegah tangannya, dikhawatirkan Allah akan meratakan hukuman atas mereka semua, karena pembiaran kezhaliman itu.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, An Nasa’i, dari Abu Bakar As Shiddiq Ra).
Keenam. Ikhwan sedang berusaha mengakhiri politik penindasan yang telah lama menimpa aktivis-aktivis Islam. Hal itu dimulai dari Mesir dengan memperjuangkan otoritas pemerintahan sipil yang melindungi darah dan jiwa kaum Muslimin. Jika upaya di Mesir berhasil, insya Allah keberhasilan yang sama bisa diharapkan berlaku di negeri-negeri lain. Seperti kita ketahui, rezim militer Mesir ialah yang paling kejam kepada para aktivis Islam.
Nabi bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, atau membiarkannya dizhaliminya. Siapa yang membantu hajat saudaranya, maka Allah akan membantu hajatnya. Siapa yang melepaskan seorang Muslim dari sebuah kesulitan, maka Allah akan melepaskannya dari satu kesulitan di antara kesulitan-kesulitan di Hari Kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupinya di Hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar Ra).
Ketujuh. Ikhwan sedang berjuang membebaskan Mesir dari plot kebijakan luar negeri yang selalu menghamba, melayani, menjaga, dan memuja kepentingan Zionis Israel. Sejak Anwar Sadat menanda-tangani perjanjian Camp David, Mesir kehilangan kedaulatannya. Negeri besar itu hanya mampu menjadi pelayan kepentingan Yahudi Israel.
Kepetingan Zionis-Yahudi semakin menghawatirkan di kawasan Timur Tengah, khususnya masalah Palestina semenjak Mesir di bawah kendali Mursy. Karena itu, tidak mungkin Israel membiarkan kekuasan Mursy terus langgeng.
Orang-orang Yahudi telah menimpakan bala dan nestapa sangat panjang kepada Umat Islam. Mereka bersinergi dengan orang-orang paganis untuk melawan Allah dan Rasul-Nya, serta menguji kaum Muslimin. “Sungguh kamu akan mendapati sekeras-keras manusia dalam permusuhannya kepada orang Mukmin, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang yang menyekutukan (Allah).” [QS: Al Maa’idah: 82].
Kedelapan. Jamaah Ikhwan berusaha mengakomodir aspirasi dan kepentingan kaum Muslimin di Mesir setelah sekian lama dimarginalkan, ditekan, dan diabaikan. Kekuatan Islam Mesir harus mendapat tempat yang layak, karena suara politik mereka memang besar. Jika selama ini militer Mesir memposisikan diri sebagai perintang politik Islam, maka masyarakat Mesir berhak mendapatkan kedaulatan atas aspirasi dan ekspresi politik mereka.
Kesembilan. Secara manusiawi gerakan Ikhwan berhak mendapatkan hasil dari perjuangan politik mereka, sejak era Syaikh Hasan Al Banna rahimahullah. Perjuangan mereka, pengorbanan, dan kesabarannya layak mendapat hasil setimpal, berupa kekuasaan dan kepemimpinan. Selagi kekuasaan itu dikembangkan demi kemaslahatan hidup rakyat Mesir, bukan demi egoisme dan monopoli, hal itu harus didukung sepenuhnya. “Dan bagi setiap orang akan mendapatkan derajat-derajat sesuai yang mereka amalkan, dan tidaklah Rabb-mu lalai (memberi hasil) atas apa yang mereka amalkan.” [QS. Al An’aam: 32].
Kesepuluh. Al Ikhwan sedang berjuang melawan “tirani demokrasi”, yaitu suatu gerakan politik yang membawa missi kolonialisme dengan mengatas-namakan demokrasi. Gerakan ini akan merampas kemenangan politik apa saja, meskipun bersifat demokratis, jika kemenangan itu diraih gerakan Islam. Sebaliknya, jika kemenangan itu dicapai musuh Islam, meskipun dengan cara-cara licik dan ilegal, mereka akan ridha dan mencintai.
Tirani demokrasi ini jika tidak dihadapi, maka kaum Muslimin akan kehilangan kesempatan memimpin negara. Apa kita rela dunia ini dikuasai manusia-manusia durjana yang sehari-hari selalu menghina Allah dan Rasul-Nya, menumpahkan darah manusia, serta membuat kerusakan di muka bumi? “Wahai orang-orang beriman hendaklah kalian menjadi penegak-penegak (kebenaran) karena Allah dan menjadi saksi atas keadilan.” (Al Maa’idah: 8).
Dengan alasan-alasan seperti ini sangat mudah dipahami jika mayoritas ulama di dunia saat ini mengecam kudeta militer Jendral As Sisi di Mesir dan menuntut pemulihan hak-hak Konstitusional Presiden Mursi. Front ulama Al Azhar di Mesir, ulama dan cendekiawan Saudi, ulama di Sudan, Turki, Qatar, Tunisia, dan lainnya sepakat akan kezhaliman kudeta militer Jendral As Sisi dan perwira-perwira militer pendukungnya.
Pemimpin kita, sempat menyeru warganya, agar tidak ikut campur urusan politik di negeri Mesir. Pemimpin semacam ini menyedihkan dan Sangat ironis!
Penulis : AM. Waskito
Penulis buku “Air Mata Presiden Mursi”
sumber: Hidayatullah.com
Namun di kalangan umat Islam masih beredar sikap keragu-raguan menyikapi posisi jamaah Ikhwan. Ada yang mendukung, mendoakan, atau bersikap simpatik. Tetapi ada juga yang membiarkan Ikhwan, tidak peduli dengan kesulitan mereka, mencari-cari kesalahannya, bahkan mensyukuri berbagai musibah yang menimpanya. Masya Allah.
Setidaknya ada 10 alasan yang bisa dikemukakan, dimana kita sebagai sesama Muslim sangat penting dan layak mendukung jamaah Ikhwan di Mesir. Semua ini atas pertimbangan Syariat Islam, maslahat umat, dan prinsip keadilan.
Pertama. Sebagai sesama Muslim kita terikat hubungan Ukhuwah Islamiyah. Ulama menjelaskan, ekspresi ukhuwah yang tertinggi ialah Al Itsar, mendahulukan saudara seiman daripada diri sendiri. Sedang ekspresi ukhuwah paling minimal ialah Salatus Shadr, yaitu selamatnya hati kita dari prasangka buruk ke sesama Muslim.
Nabi bersabda, “Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Anas Ra).
Kita tidak boleh cuek kepada sesama Muslim, tetapi harus peduli dengan nasib saudara; meskipun mereka jauh dan tidak mengenal diri kita.
Kedua. Ikhwan saat ini jelas-jelas sedang terzhalimi di Mesir. Mereka mengalami penindasan, perampasan hak-hak, difitnah, diserang, dibunuh, dan dihancurkan. Orang-orang yang terzhalimi ini tidak boleh dibiarkan, tetapi kita harus menolongnya, membantunya, mendukungnya untuk mendapatkan hak-haknya.
Nabi bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain, tidak boleh mengkhianatinya, atau mendustainya, atau membiarkannya teraniaya.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah Ra). Nabi juga memerintahkan agar kita “menolong orang zhalim” yaitu dengan cara mencegahnya dari perbuatan zhalim (HR. Bukhari, dari Anas Ra).
Ketiga. Jamaah Ikhwan saat ini sedang dikeroyok berbagai pihak, meliputi militer, media sekuler, kaum liberalis, sosialis, Kristen Koptik, Syiah, Barat kolonialis, serta para pendukung Zionis Israel. Sebagai sesama Muslim dan terikat akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, kita harus menolong saudara-saudara seiman.
Keempat. Gerakan Ikhwan melalui Partai FJP telah meraih posisi besar, yaitu kepemimpinan politik yang didukung mayoritas rakyat Mesir. Ini adalah karunia, sangat strategis, dan susah sekali untuk meraihnya. Kepemimpinan ini bahkan merupakan amanat yang harus benar-benar dijaga, dirawat, dan dipertahankan.
Jangan menyia-nyiakan kesempatan itu, sebab ia merupakan pengkhianatan atas amanat Umat dan agama. “Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dan (janganlah) kalian mengkhianati amanah yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahuinya.” (QS: Al Anfal: 27).
Jika bicara tentang kepemimpinan politik (otoritas), kaum Muslimin jangan bersikap tawadhu’, pemurah, atau mudah berbagi. Sudah tak waktunyaberbagi kekuasaan dengan musuh, kecuali untuk strategi. Sebab jika otoritas politik jatuh ke tangan musuh Islam, dari pengalaman selama ini, ia sering digunakan oleh mereka untuk tujuan eksploitasi, marginalisasi, dan penindasan umat. Contohlah kaum Muslimin Turki yang sangat kuat dalam tekad, percaya diri, loyal murni terhadap amanat agama.
Kelima. Jamaah Ikhwan sedang berjuang mengakhiri dominasi militer Mesir yang terkenal korup, menindas, dan sewenang-wenang. Fakta berbicara, setelah kudeta 3 Juli 2013, militer Mesir telah berkali-kali melakukan penangkapan, penculikan, pemenjaraan, pembunuhan, dan pembantaian terhadap warga sipil, khususnya pendukung Presiden Mohammad Mursy. Hal seperti itu sudah biasa mereka lakukan dalam kurun 60 tahunan terakhir.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya manusia jika melihat orang berbuat zhalim, lalu tidak berusaha mencegah tangannya, dikhawatirkan Allah akan meratakan hukuman atas mereka semua, karena pembiaran kezhaliman itu.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, An Nasa’i, dari Abu Bakar As Shiddiq Ra).
Keenam. Ikhwan sedang berusaha mengakhiri politik penindasan yang telah lama menimpa aktivis-aktivis Islam. Hal itu dimulai dari Mesir dengan memperjuangkan otoritas pemerintahan sipil yang melindungi darah dan jiwa kaum Muslimin. Jika upaya di Mesir berhasil, insya Allah keberhasilan yang sama bisa diharapkan berlaku di negeri-negeri lain. Seperti kita ketahui, rezim militer Mesir ialah yang paling kejam kepada para aktivis Islam.
Nabi bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, atau membiarkannya dizhaliminya. Siapa yang membantu hajat saudaranya, maka Allah akan membantu hajatnya. Siapa yang melepaskan seorang Muslim dari sebuah kesulitan, maka Allah akan melepaskannya dari satu kesulitan di antara kesulitan-kesulitan di Hari Kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupinya di Hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar Ra).
Ketujuh. Ikhwan sedang berjuang membebaskan Mesir dari plot kebijakan luar negeri yang selalu menghamba, melayani, menjaga, dan memuja kepentingan Zionis Israel. Sejak Anwar Sadat menanda-tangani perjanjian Camp David, Mesir kehilangan kedaulatannya. Negeri besar itu hanya mampu menjadi pelayan kepentingan Yahudi Israel.
Kepetingan Zionis-Yahudi semakin menghawatirkan di kawasan Timur Tengah, khususnya masalah Palestina semenjak Mesir di bawah kendali Mursy. Karena itu, tidak mungkin Israel membiarkan kekuasan Mursy terus langgeng.
Orang-orang Yahudi telah menimpakan bala dan nestapa sangat panjang kepada Umat Islam. Mereka bersinergi dengan orang-orang paganis untuk melawan Allah dan Rasul-Nya, serta menguji kaum Muslimin. “Sungguh kamu akan mendapati sekeras-keras manusia dalam permusuhannya kepada orang Mukmin, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang yang menyekutukan (Allah).” [QS: Al Maa’idah: 82].
Kedelapan. Jamaah Ikhwan berusaha mengakomodir aspirasi dan kepentingan kaum Muslimin di Mesir setelah sekian lama dimarginalkan, ditekan, dan diabaikan. Kekuatan Islam Mesir harus mendapat tempat yang layak, karena suara politik mereka memang besar. Jika selama ini militer Mesir memposisikan diri sebagai perintang politik Islam, maka masyarakat Mesir berhak mendapatkan kedaulatan atas aspirasi dan ekspresi politik mereka.
Kesembilan. Secara manusiawi gerakan Ikhwan berhak mendapatkan hasil dari perjuangan politik mereka, sejak era Syaikh Hasan Al Banna rahimahullah. Perjuangan mereka, pengorbanan, dan kesabarannya layak mendapat hasil setimpal, berupa kekuasaan dan kepemimpinan. Selagi kekuasaan itu dikembangkan demi kemaslahatan hidup rakyat Mesir, bukan demi egoisme dan monopoli, hal itu harus didukung sepenuhnya. “Dan bagi setiap orang akan mendapatkan derajat-derajat sesuai yang mereka amalkan, dan tidaklah Rabb-mu lalai (memberi hasil) atas apa yang mereka amalkan.” [QS. Al An’aam: 32].
Kesepuluh. Al Ikhwan sedang berjuang melawan “tirani demokrasi”, yaitu suatu gerakan politik yang membawa missi kolonialisme dengan mengatas-namakan demokrasi. Gerakan ini akan merampas kemenangan politik apa saja, meskipun bersifat demokratis, jika kemenangan itu diraih gerakan Islam. Sebaliknya, jika kemenangan itu dicapai musuh Islam, meskipun dengan cara-cara licik dan ilegal, mereka akan ridha dan mencintai.
Tirani demokrasi ini jika tidak dihadapi, maka kaum Muslimin akan kehilangan kesempatan memimpin negara. Apa kita rela dunia ini dikuasai manusia-manusia durjana yang sehari-hari selalu menghina Allah dan Rasul-Nya, menumpahkan darah manusia, serta membuat kerusakan di muka bumi? “Wahai orang-orang beriman hendaklah kalian menjadi penegak-penegak (kebenaran) karena Allah dan menjadi saksi atas keadilan.” (Al Maa’idah: 8).
Dengan alasan-alasan seperti ini sangat mudah dipahami jika mayoritas ulama di dunia saat ini mengecam kudeta militer Jendral As Sisi di Mesir dan menuntut pemulihan hak-hak Konstitusional Presiden Mursi. Front ulama Al Azhar di Mesir, ulama dan cendekiawan Saudi, ulama di Sudan, Turki, Qatar, Tunisia, dan lainnya sepakat akan kezhaliman kudeta militer Jendral As Sisi dan perwira-perwira militer pendukungnya.
Pemimpin kita, sempat menyeru warganya, agar tidak ikut campur urusan politik di negeri Mesir. Pemimpin semacam ini menyedihkan dan Sangat ironis!
Penulis : AM. Waskito
Penulis buku “Air Mata Presiden Mursi”
sumber: Hidayatullah.com
0 comments:
Post a Comment