Syiah memandang pindahnya orang Sunni (Ahlus Sunnah) ke agama Nasrani lebih menyenangkan daripada tetap menjadi sunni. Hal itu diungkapkan DR Imad Ali Abdus Sami' dalam bukunya Al Khiyaanaat Asy Syi'ah wa 'Atsaruhaa fii Hazaa-im Al Ummah Al Islamiyah (Pengkhianatan-pengkhianatan Syiah dan Pengaruhnya terhadap Kekalahan Umat Islam).
"Pengkhianatan Syiah sudah sampai puncaknya, di mana mereka berusaha keras menghadapi Ahlus Sunnah. Sampai-sampai salah seorang penguasa Iran berpikir hendak memanggil kelompok-kelompok missionaris guna membuat perjanjian dengan mereka untuk mengkristenkan kaum muslim Sunni di Kurdi," ungkap Imad Ali.
Ia kemudian mengutip fakta yang didokumentasikan di buku DR Amal As Subki yang berjudul Tarikh Iran As Siyasi bahwa pada 1928, pemerintahan Iran memperbaharui kesepakatan Adenbera 1910 yang secara terang-terangan merekomendasikan Gereja Engangelis Louseri Amerika untuk melakukan penyebaran agama Kristen kepada masyarakat Sunni Kurdi.
Selain mengetengahkan fakta sejarah, Imad Ali juga mengutip referensi Syiah yang langsung ditulis oleh Ayatullah mereka, Khomeini.
"Yang menjadi pertimbangan untuk orang yang diberi shodaqoh sunnah adalah kefakiran mereka bukan karena keimanan dan Islam. Maka orang kaya boleh memberikannya kepada kafir dzimmi dan orang yang melanggar (mukhalif), walaupun mereka orang asing. Dan tidak boleh diberikan kepada Nashibi (Sunni) dan kafir harbi, walaupun mereka kerabat," tulis Khomeini dalam kitab Tahrir Al Wasilah.
"Jadi menurut Syiah, Ahlus Sunnah disamakan dengan orang kafir harbi," simpul Imad Ali.
Imad Ali juga menegaskan bahwa bagi Syiah, seorang Ahlus Sunnah lebih dahsyat kekufurannya daripada orang Yahudi dan Nasrani. [AM/Bersamadakwah]
"Pengkhianatan Syiah sudah sampai puncaknya, di mana mereka berusaha keras menghadapi Ahlus Sunnah. Sampai-sampai salah seorang penguasa Iran berpikir hendak memanggil kelompok-kelompok missionaris guna membuat perjanjian dengan mereka untuk mengkristenkan kaum muslim Sunni di Kurdi," ungkap Imad Ali.
Ia kemudian mengutip fakta yang didokumentasikan di buku DR Amal As Subki yang berjudul Tarikh Iran As Siyasi bahwa pada 1928, pemerintahan Iran memperbaharui kesepakatan Adenbera 1910 yang secara terang-terangan merekomendasikan Gereja Engangelis Louseri Amerika untuk melakukan penyebaran agama Kristen kepada masyarakat Sunni Kurdi.
Selain mengetengahkan fakta sejarah, Imad Ali juga mengutip referensi Syiah yang langsung ditulis oleh Ayatullah mereka, Khomeini.
"Yang menjadi pertimbangan untuk orang yang diberi shodaqoh sunnah adalah kefakiran mereka bukan karena keimanan dan Islam. Maka orang kaya boleh memberikannya kepada kafir dzimmi dan orang yang melanggar (mukhalif), walaupun mereka orang asing. Dan tidak boleh diberikan kepada Nashibi (Sunni) dan kafir harbi, walaupun mereka kerabat," tulis Khomeini dalam kitab Tahrir Al Wasilah.
"Jadi menurut Syiah, Ahlus Sunnah disamakan dengan orang kafir harbi," simpul Imad Ali.
Imad Ali juga menegaskan bahwa bagi Syiah, seorang Ahlus Sunnah lebih dahsyat kekufurannya daripada orang Yahudi dan Nasrani. [AM/Bersamadakwah]
0 comments:
Post a Comment