Jika nanti cita-citaku tercapai dan orang bertanya padaku siapa penulis yang paling berpengaruh dalam hidupku, aku akan menjawab: Anis Matta. Jawaban ini tentu bukan jawaban sesaat. Rentang waktu yang cukup panjang setelah aku membaca buku-buku berbagai penulis aku kemudian menyadari perbedaannya. Bukan sekedar pada bahasanya yang indah dengan muatan sastra yang menenggelamkan jiwa pembaca untuk tidak berhenti sebelum halaman terakhirnya, lalu memicu keinginan untuk membacanya kembali. Makna yang dalam pada setiap tulisannya telah menghadirkan inspirasi bagiku untuk mencanangkan cita-cita yang tinggi sekaligus menggerakkan jiwaku untuk mencapainya.
Tulisan-tulisan Anis Matta memang berbeda! Ia telah menjadi stimulan menuju perenungan demi perenungan. Ia telah menjadi trigger dalam jiwa, lalu perlahan-lahan jiwa ini mengejar misinya; langkahnya semakin cepat terdorong potensi-potensi yang mulai disadarinya. Di samping itu keilmuan luas dalam 8 bukunya yang telah kubaca -Mencari Pahlawan Indonesia, Menuju Cahaya, Mengusung Peradaban yang Berkeimanan, Menikmati Demokrasi, Dari Gerakan Ke Negara, Arsitek Peradaban, Serial Cinta, 8 Mata Air Kecemerlangan- tidak hanya membuat kagum dan bangga tapi juga memanggil banyak orang untuk menjadi �pahlawan�. Kagum betapa hebat ide-idenya dan bangga bahwa gerakan Islam di Indonesia memiliki tokoh visioner yang mampu menerjemahkan visi, misi, dan strategi dakwah dengan caranya yang unik dan efektif. Maka, banyak kader dakwah yang akhirnya terpanggil untuk menjadi �pahlawan� bukan sekedar bagi dirinya tetapi bagi negara dan Islam-nya.
Karenanya, sungguh seruan segelintir orang yang menujukkan kebenciannya pada Anis Matta atau memprovokasi kader dakwah untuk membencinya adalah seruan yang tidak berdasar pada kemaslahatan melainkan hanya berangkat dari ketidaktahuan atau syahwat kekuasaan. Atau justru, itu adalah bagian dari konspirasi untuk menjauhkan dakwah ini dari pemikirnya yang telah -dan akan- membawa dakwah ini melewati satu per satu orbit dakwahnya; menuju cita-cita puncaknya. [Muchlisin]
Tulisan-tulisan Anis Matta memang berbeda! Ia telah menjadi stimulan menuju perenungan demi perenungan. Ia telah menjadi trigger dalam jiwa, lalu perlahan-lahan jiwa ini mengejar misinya; langkahnya semakin cepat terdorong potensi-potensi yang mulai disadarinya. Di samping itu keilmuan luas dalam 8 bukunya yang telah kubaca -Mencari Pahlawan Indonesia, Menuju Cahaya, Mengusung Peradaban yang Berkeimanan, Menikmati Demokrasi, Dari Gerakan Ke Negara, Arsitek Peradaban, Serial Cinta, 8 Mata Air Kecemerlangan- tidak hanya membuat kagum dan bangga tapi juga memanggil banyak orang untuk menjadi �pahlawan�. Kagum betapa hebat ide-idenya dan bangga bahwa gerakan Islam di Indonesia memiliki tokoh visioner yang mampu menerjemahkan visi, misi, dan strategi dakwah dengan caranya yang unik dan efektif. Maka, banyak kader dakwah yang akhirnya terpanggil untuk menjadi �pahlawan� bukan sekedar bagi dirinya tetapi bagi negara dan Islam-nya.
Karenanya, sungguh seruan segelintir orang yang menujukkan kebenciannya pada Anis Matta atau memprovokasi kader dakwah untuk membencinya adalah seruan yang tidak berdasar pada kemaslahatan melainkan hanya berangkat dari ketidaktahuan atau syahwat kekuasaan. Atau justru, itu adalah bagian dari konspirasi untuk menjauhkan dakwah ini dari pemikirnya yang telah -dan akan- membawa dakwah ini melewati satu per satu orbit dakwahnya; menuju cita-cita puncaknya. [Muchlisin]
0 comments:
Post a Comment