"Unggulnya pasangan Gatot-Erry ini sekali lagi menunjukkan solidnya mesin politik PKS di tengah badai yang terjadi, juga tidak berpengaruhnya badai tersebut terhadap persepsi dan pilihan publik”, pernyataan ini dikemukakan oleh Presiden PKS Anis Matta sesaat setelah pengumuman hasil penghitungan suara Pilkada Sumut beberapa waktu yang lalu. Sebelumnya ketika usai menang di Jawa Barat (Jabar), Anis juga menyatakan pernyataan yang seirama. Bahkan Anis juga berujar "Kami menemukan keyakinan PKS akan menang di 2014". Apakah pernyataan ini memang benar adanya dan berpeluang menjadi nyata atau hanya berlaku bagi beberapa wilayah tertentu?
Jabar Memicu Sumut
Setelah melalui hari-hari sengit persaingan mulai dari masa kampanye hingga Hari H pemilihan, PKS akhirnya berhasil mempertahankan Jabar dengan calon incumbent-nya, Ahmad Heryawan (Aher). Meskipun perolehan 33, 19 % suara pemilih Jabar yang diraih Aher bersama Deddy Mizwar adalah raihan yang menurun jika dibandingkan dengan raihan pada pilkada sebelumnya Tahun 2008, dimana Aher bersama Dedi Yusuf berhasil meraup suara pemilih hingga 40, 5 %.
Angka 33, 19 % tergolong cukup tipis, hanya 3, 19 % di atas persyaratan 30 % dan selisih 5,69 % dengan Rieke-Teten di posisi kedua yang meraih 27,5 % suara pemilih.
Raihan kemenangan yang sangat tipis ini selain diakibatkan oleh semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas pesaing, penyebabnya juga ditenggarai akibat efek dari Kasus Korupsi Daging Sapi Impor Luthfi Hasan Ishaq (LHI) yang mendera PKS beberapa waktu yang lalu. Citra negatif yang tercoreng di muka PKS akibat kasus tersebut diduga menurunkan kepercayaan sejumlah pemilih PKS di Pilkada 2008, sehingganya pada Pilkada 2013 ini mereka tidak lagi memilih PKS.
Di balik kemenangan tipis yang diraih PKS, kemenangan ini adalah bukti bahwa Jabar memang sebagai salah satu Heartland PKS, daerah yang menjadi wilayah jantung dari pergerakan politik PKS. Pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Geopolitik PKS”, dijelaskan bahwa Heartland PKS saat ini berada di sebagian besar Sumatera, Jawa Bagian Barat, dan beberapa provinsi di Kalimantan dan Sulawesi. Karakteristik dari daerah yang menjadi Heartland PKS ini adalah bahwa daerah tersebut memiliki kualitas pendidikan yang relatif baik, terutama pendidikan tingginya dikarenakan PKS membidik pasar kader-kader muda dari kelas menengah terdidik.
Di Jabar terdapat sejumlah pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi yang berisikan masyarakat kelas menengah muda yang sangat potensial dipegang dan dibina oleh PKS. Merekalah yang menjadi kantong suara kemenangan Aher-Deddy pada pilkada kemarin.
Tidak lama berselang, usai kemenangan di Jabar, PKS kembali menang di Pilkada Sumut. Kemenangan PKS sebelumnya di Jabar disinyalir menjadi pemicu kemenangan PKS di Sumut. Pandangan publik Sumut terhadap PKS yang berhasil menang di Jabar meski dengan raihan tipis, mempengaruhi pilihan pemilih Sumut.
Hasilnya, Gatot Pujo Nugroho – Tengku Eri Nuradi (Ganteng) berhasil meraih 32,12% suara pemilih Sumut. Kemenangan yang juga tipis dan memiliki alasan yang hampir sama dengan penyebab kemenangan di Jabar. Ialah keberadaan Sumut yang juga merupakan heartland PKS, hal ini dibuktikan dari ciri karakteristik daerah yang relatif sama dengan karakteristik di Jabar.
Soliditas di Heartland dan Kerentanan di Rimland
Heartland dalam studi Geografi Politik dipandang sebagai wilayah yang berperan sebagai ‘spatial identity’ dari sebuah entitas, dalam konteks ini entitas tersebut tentu adalah partai politik. Spatial identity adalah karakteristik spesifik dari sebuah entitas yang ditampilkan dari pola-pola keruangan atau spasial dari objek yang menjadi milik dari entitas tersebut. Dalam konteks PKS, yang menjadi objek disini adalah keberadaan lembaga-lembaga pendidikan dan atau komunitas-komunitas pemuda muslim dari kelas menengah terdidik.
Pada studi kasus di Jabar dan Sumut, di kedua provinsi ini terdapat sejumlah perangkat identitas PKS yang melekat kuat dan sudah menjadi karakter dari daerah tersebut. Seperti contohnya keberadaan kelompok-kelompok pemuda Islam yang kemudian melembaga bersama masyarakat dan banyak berkegiatan membaur dengan masyarakat kelas bawah. Dalam proses pembauran inilah pengaruh kekuatan politik PKS ikut mengalir.
Kondisi di atas bukan hanya terjadi di Jabar dan Sumut. Sesungguhnya hal tersebut ikut mencerminkan kondisi yang terjadi di daerah-daerah yang menjadi heartland PKS. Hal inilah yang kemudian ikut memperkuat nilai tawar PKS di daerah-daerah tersebut.
Dalam tahun 2013 ini, ada sejumlah Pemilukada yang akan diselenggarakan di daerah-daerah yang menjadi Heartland PKS. Daerah-daerah tersebut adalah ; dua kota/kabupaten di Aceh, tujuh kabupaten di Sumut, tiga kota/kabupaten di Sumatera Barat (Sumbar), tiga kota/kabupaten di Jambi, pilgub dan satu kabupaten di Riau, tiga kota/kabupaten di Bangka Belitung, pilgub dan lima kota/kabupaten di Sumatera Selatan (Sumsel), tiga kota/kabupaten di Banten, enam kota/kabupaten di Jabar, dua kabupaten di Kalimantan Selatan (Kalsel), dan dua kabupaten di Sulawesi Tengah (Sulteng).
Berangkat dari analisis masih solidnya kekuatan PKS di heartland-heartlandnya yang dibuktikan dari kemenangan di Jabar dan Sumut, maka PKS pun diprediksi memiliki peluang menang yang relatif besar di sejumlah pemilukada yang akan diselenggarakan di daerah-daerah di atas.
Sedangkan untuk di daerah-daerah rimland PKS, daerah yang menjadi perluasan ruang gerak kekuatan dari heartland tadi, kekuatan PKS disini diperkirakan cenderung melemah diakibatkan multiplier effect dari Kasus LHI yang masih berpengaruh. Rimland PKS ada di Jawa bagian timur, beberapa provinsi di Kalimantan, Sulawesi, hingga ke beberapa daerah Indonesia Timur. Terbukti di sejumlah pilkada terakhir di sejumlah daerah ini, hanya dua calon yang diusung PKS mampu menang, yaitu di Sampang, Jawa Timur dan Kendari, Sulawesi Tenggara. Hal ini pun dikarenakan PKS berkoalisi dengan sejumlah parpol lainnya.
Pilkada Gubernur yang akan berlangsung di Jawa Tengah (Jateng) Mei ini dan di Maluku Bulau Juli akan menjadi salah satu tolak ukur besar kekuatan PKS di rimland-nya.
Untuk tetap menjaga dinamika perluasan kekuatannya menyongsong 2014, PKS harus mampu menang di sejumlah rimland-nya. Kemenangan di rimland akan menjadi titik tolak untuk semakin memperluas heartland. Sementara bagi parpol-parpol lain, mencuri kemenangan di heartland-heartland PKS adalah celah untuk bisa mengganggu perkembangan kekuatan PKS. Begitu juga dengan mengalahkan PKS di rimland-rimland-nya akan menghambat perkembangan heartland PKS.[]
Jabar Memicu Sumut
Setelah melalui hari-hari sengit persaingan mulai dari masa kampanye hingga Hari H pemilihan, PKS akhirnya berhasil mempertahankan Jabar dengan calon incumbent-nya, Ahmad Heryawan (Aher). Meskipun perolehan 33, 19 % suara pemilih Jabar yang diraih Aher bersama Deddy Mizwar adalah raihan yang menurun jika dibandingkan dengan raihan pada pilkada sebelumnya Tahun 2008, dimana Aher bersama Dedi Yusuf berhasil meraup suara pemilih hingga 40, 5 %.
Angka 33, 19 % tergolong cukup tipis, hanya 3, 19 % di atas persyaratan 30 % dan selisih 5,69 % dengan Rieke-Teten di posisi kedua yang meraih 27,5 % suara pemilih.
Raihan kemenangan yang sangat tipis ini selain diakibatkan oleh semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas pesaing, penyebabnya juga ditenggarai akibat efek dari Kasus Korupsi Daging Sapi Impor Luthfi Hasan Ishaq (LHI) yang mendera PKS beberapa waktu yang lalu. Citra negatif yang tercoreng di muka PKS akibat kasus tersebut diduga menurunkan kepercayaan sejumlah pemilih PKS di Pilkada 2008, sehingganya pada Pilkada 2013 ini mereka tidak lagi memilih PKS.
Di balik kemenangan tipis yang diraih PKS, kemenangan ini adalah bukti bahwa Jabar memang sebagai salah satu Heartland PKS, daerah yang menjadi wilayah jantung dari pergerakan politik PKS. Pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Geopolitik PKS”, dijelaskan bahwa Heartland PKS saat ini berada di sebagian besar Sumatera, Jawa Bagian Barat, dan beberapa provinsi di Kalimantan dan Sulawesi. Karakteristik dari daerah yang menjadi Heartland PKS ini adalah bahwa daerah tersebut memiliki kualitas pendidikan yang relatif baik, terutama pendidikan tingginya dikarenakan PKS membidik pasar kader-kader muda dari kelas menengah terdidik.
Di Jabar terdapat sejumlah pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi yang berisikan masyarakat kelas menengah muda yang sangat potensial dipegang dan dibina oleh PKS. Merekalah yang menjadi kantong suara kemenangan Aher-Deddy pada pilkada kemarin.
Tidak lama berselang, usai kemenangan di Jabar, PKS kembali menang di Pilkada Sumut. Kemenangan PKS sebelumnya di Jabar disinyalir menjadi pemicu kemenangan PKS di Sumut. Pandangan publik Sumut terhadap PKS yang berhasil menang di Jabar meski dengan raihan tipis, mempengaruhi pilihan pemilih Sumut.
Hasilnya, Gatot Pujo Nugroho – Tengku Eri Nuradi (Ganteng) berhasil meraih 32,12% suara pemilih Sumut. Kemenangan yang juga tipis dan memiliki alasan yang hampir sama dengan penyebab kemenangan di Jabar. Ialah keberadaan Sumut yang juga merupakan heartland PKS, hal ini dibuktikan dari ciri karakteristik daerah yang relatif sama dengan karakteristik di Jabar.
Soliditas di Heartland dan Kerentanan di Rimland
Heartland dalam studi Geografi Politik dipandang sebagai wilayah yang berperan sebagai ‘spatial identity’ dari sebuah entitas, dalam konteks ini entitas tersebut tentu adalah partai politik. Spatial identity adalah karakteristik spesifik dari sebuah entitas yang ditampilkan dari pola-pola keruangan atau spasial dari objek yang menjadi milik dari entitas tersebut. Dalam konteks PKS, yang menjadi objek disini adalah keberadaan lembaga-lembaga pendidikan dan atau komunitas-komunitas pemuda muslim dari kelas menengah terdidik.
Pada studi kasus di Jabar dan Sumut, di kedua provinsi ini terdapat sejumlah perangkat identitas PKS yang melekat kuat dan sudah menjadi karakter dari daerah tersebut. Seperti contohnya keberadaan kelompok-kelompok pemuda Islam yang kemudian melembaga bersama masyarakat dan banyak berkegiatan membaur dengan masyarakat kelas bawah. Dalam proses pembauran inilah pengaruh kekuatan politik PKS ikut mengalir.
Kondisi di atas bukan hanya terjadi di Jabar dan Sumut. Sesungguhnya hal tersebut ikut mencerminkan kondisi yang terjadi di daerah-daerah yang menjadi heartland PKS. Hal inilah yang kemudian ikut memperkuat nilai tawar PKS di daerah-daerah tersebut.
Dalam tahun 2013 ini, ada sejumlah Pemilukada yang akan diselenggarakan di daerah-daerah yang menjadi Heartland PKS. Daerah-daerah tersebut adalah ; dua kota/kabupaten di Aceh, tujuh kabupaten di Sumut, tiga kota/kabupaten di Sumatera Barat (Sumbar), tiga kota/kabupaten di Jambi, pilgub dan satu kabupaten di Riau, tiga kota/kabupaten di Bangka Belitung, pilgub dan lima kota/kabupaten di Sumatera Selatan (Sumsel), tiga kota/kabupaten di Banten, enam kota/kabupaten di Jabar, dua kabupaten di Kalimantan Selatan (Kalsel), dan dua kabupaten di Sulawesi Tengah (Sulteng).
Berangkat dari analisis masih solidnya kekuatan PKS di heartland-heartlandnya yang dibuktikan dari kemenangan di Jabar dan Sumut, maka PKS pun diprediksi memiliki peluang menang yang relatif besar di sejumlah pemilukada yang akan diselenggarakan di daerah-daerah di atas.
Sedangkan untuk di daerah-daerah rimland PKS, daerah yang menjadi perluasan ruang gerak kekuatan dari heartland tadi, kekuatan PKS disini diperkirakan cenderung melemah diakibatkan multiplier effect dari Kasus LHI yang masih berpengaruh. Rimland PKS ada di Jawa bagian timur, beberapa provinsi di Kalimantan, Sulawesi, hingga ke beberapa daerah Indonesia Timur. Terbukti di sejumlah pilkada terakhir di sejumlah daerah ini, hanya dua calon yang diusung PKS mampu menang, yaitu di Sampang, Jawa Timur dan Kendari, Sulawesi Tenggara. Hal ini pun dikarenakan PKS berkoalisi dengan sejumlah parpol lainnya.
Pilkada Gubernur yang akan berlangsung di Jawa Tengah (Jateng) Mei ini dan di Maluku Bulau Juli akan menjadi salah satu tolak ukur besar kekuatan PKS di rimland-nya.
Untuk tetap menjaga dinamika perluasan kekuatannya menyongsong 2014, PKS harus mampu menang di sejumlah rimland-nya. Kemenangan di rimland akan menjadi titik tolak untuk semakin memperluas heartland. Sementara bagi parpol-parpol lain, mencuri kemenangan di heartland-heartland PKS adalah celah untuk bisa mengganggu perkembangan kekuatan PKS. Begitu juga dengan mengalahkan PKS di rimland-rimland-nya akan menghambat perkembangan heartland PKS.[]
Penulis : Ibnu Budiman
Peneliti Geografi Politik di Departemen Geografi UI
0 comments:
Post a Comment