*engkau api…tak membiarkan celah kecewa… meski setitik... meski sekilas... tak sempat engakau mengeluh… kau bakar semua dengan cinta...dan… engkau indah bersama Allah dihatimu
[Sarwo Widodo Arachnida]
“Urip ne ndunyo iki piro suwe ne seh, nduk…? Lalu apa yang menghalangi kita untuk sedikit bersabar…” sebuah kalimat ajaib dari seorang wanita tangguh. Kalimat yang beliau sampaikan pada adik kandungnya saat mengadukan masalah-masalah yang dialaminya.
Ia sendiri, tak kurang-kurang “deritanya”. Berputra lima dengan suami yang berpenghasilan seadanya. Rutinitas kerja keras dimulai bahkan sebelum pagi. Menyiapkan keperluan harian anak. Memasak makanan ringan yang biasa dititipkan di kantin sekolah. Selanjutnya mendampingi sarapan bersama suami dan kelima putranya.Dengan sepeda motor sederhana dan ketiga putranya, beliau berangkat ke sekolah tempatnya mengamalkan ilmu yang dimilikinya mengajar tunas bangsa mengeja alif ba ta.
Kesibukannya tak berhenti sampai di situ saja. Saat pulang ke rumah tugas lainnya telah menanti, baju cucian yang menggunung, tempat tinggal yang menunggu dibereskan, dan berbagai macam jenis dagangan yang harus ditawarkan dan diantarkan pada pelanggan. Itu semua beliau lakukan sendiri, tiap hari. Tanpa pernah menuntut ”gaji tambahan” pada suami. Tanpa protes pada Allah, mengapa hidupnya begini. Sewajarnya jika beliau hidup bersimbah dengan keluh, namun ia memilih untuk bersabar.
“Saat Allah menguji, pasti Ia tahu bahwa saya ini mampu…” ucapnya sekali waktu saat ditanya mengapa beliau terlihat begitu tangguh. Dan tanpa waktu lama, Allah pun menunjukkan kuasa Nya. Beliau mulai dapat merasakan buah dari kesabarannya. Putra-putranya jadi anak yang istimewa. Putra yang pertama sangat terasa begitu cerdasnya, sedang putra yang kedua hampir tak bertepi sabar dan pengertian sebagaimana ibunya, putra ketiga juga serupa, begitupun dua putra yang lainnya juga tak berbeda. Benarlah perkataan seseorang yang mengenalnya “Lihatlah lewat putra-putra beliaulah, Allah mengangkat derajatnya…atas segala kesabarannya”. Tak terasa, berurai air mata saya ketika merenungi kisah hidupnya.
Sabar itu istimewa. Demikian salah seorang teman pernah melukiskannya dalam kata. Tapi begitulah, sejatinya. Betapa tidak, Allah selalu mengulang-ulang kata sabar dalam firman Nya. Ada yang menyebutkan kata sabar dapat ditemukan hampir di 90 ayat dalam Al Qur’an. Dan jika Al Qur’an telah menyebutkan perintah untuk bersabar, sudah bisa dipastikan ada hikmah dan kebaikan yang mendalam pada sifat yang satu ini.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS.Az-Zumar: 10)
“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl : 96)
Ujian hidup berupa derita dan musibah adalah keniscayaan bagi orang yang beriman.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al Ankabut : 2)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu…” (QS. Muhammad : 31)
Saat derita dan musibah menyapa hidup. Sabar, sebaiknya yang jadi teman utama. Sebab ia yang akan membantu kita untuk lebih bisa menyelewati derita dan musibah dengan cara yang lebih anggun dan lebih santun.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah : 155)
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:” Innaalillaahi wa innaa ilaihi raajiuun “. (QS. Al Baqarah : 156)
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al Baqarah : 157)
Dan sabar tak selalu diperlukan saat bertemu dengan derita dan musibah yang menyakitkan dan menyesakkan. Sabar juga diperlukan saat menghadapi maksiat. Sebab pada kondisi tertentu, bagi seseorang sabar melawan maksiat jauh lebih berat daripada melakukan ketaatan berupa shalat, puasa, infaq atau amalan lainnya. Sungguh mulia derajat orang yang dihadapkan pada kemaksiatan kemudian ia bisa bersabar. Sebagaimana sabarnya Nabi Yusuf saat melawan hawa nafsunya yang mulai goyah oleh godaan Zulaikha, yang apabila tidak dikuatkan oleh keimanan kepada Allah maka pastilah ia terjerumus dalam kemaksiatan.
Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemunkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (QS. Yusuf : 23-24)
Saat berhasil melompati godaan maksiat bisa dipastikan keimanan dalam dirinya akan semakin kuat. InsyaAllah.
Begitulah hakikat sabar, ia disediakan Allah sebagai penolong bagi orang-orang beriman. Dibebaskan bagi kita untuk memilih bersama Allah atau bersama selain Nya…
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk “. (QS. Al-Baqarah : 45)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah : 153)
Dan… meski tak mudah. Tetap bersabarlah…!!!
[Sarwo Widodo Arachnida]
*Untuk musahabah diri sendiri* [Kembang Pelangi]
0 comments:
Post a Comment