Namanya Bin Youcef. Sering ditulis Ben Youcef. Bermula dari karir sebagai bintang iklan, pria tampan ini kemudian menjadi bintang film Hollywood. Nama aktor dalam film "Law and Order" dan "Munich" itu mulai melejit pasca peristiwa 11 September.
Direktur Artists Group Robert Malcolm adalah orang pertama yang menangkap karakteristik unik Bin Youcef. Saat itu, aktor berwajah etnis Arab memang tiba-tiba banyak dicari.
Bin Youcef menerima panggilan untuk audisi dengan sebuah rumah produksi di Los Angeles. Ketika itu, ia memerankan lima menit adegan dari drama ‘A Hatfull of Rain’. Drama itu menjadi pintu pembuka karier Bin Youcef.
Peristiwa 11 September sempat membuatnya terguncang. “Saya bertanya-tanya mengapa orang berpikir buruk tentang agama saya. Saya bingung dengan apa yang terjadi di dunia ini. Mereka menyerang keyakinan saya dan agama saya,” kenangnya seperti dikutip Voanews.com, Sabtu (10/8).
Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai pertanyaan yang ia dapat mengenai Islam mendorongnya untuk mengkaji lebih dalam tentang berbagai isu yang berkaitan dengan Islam. Keimanannya mulai kokoh kembali seiring hidayah yang direngkuhnya.
“Saya sempat berhenti shalat, hingga saya berumur 20 tahun dan mulai shalat lagi. Sejak itu, saya mulai mengumandangkan azan dan saya merasa saya telah menemukan keyakinan saya,” ujarnya.
Kini Bin Youcef tak begitu serius melakoni kariernya di dunia perfilman. Ia lebih dikenal sebagai seorang muadzin. Beberapa kalangan menggambarkan Abdul Wahab bin Youcef sebagai simbol toleransi beragama di Amerika, terutama aktivitasnya dalam berbagai kegiatan lintas agama.
Bin Youcef meyakini, kegiatan lintas agama cukup berpengaruh kepada orang-orang di AS, terlepas apakah mereka seseorang adalah Muslim, Kristen, Yahudi, Budha atau tanpa agama sekalipun. Dalam aktifitas lintas agamanya, Bin Youcef pernah diundang ke Gereja Marble Collegiate di kawasan Manhattan, New York untuk mengumandangkan azan di hadapan pemuka-pemuka berbagai agama saat dialog tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi.
“Saya ingin menunjukkan kepada dunia agama saya,” kata Bin Youcef. “Bahwa Islam adalah agama yang indah, tetapi beberapa orang telah salah paham dan menyalahgunakannya,” imbuhnya. [IK/Dkw/Rol]
Direktur Artists Group Robert Malcolm adalah orang pertama yang menangkap karakteristik unik Bin Youcef. Saat itu, aktor berwajah etnis Arab memang tiba-tiba banyak dicari.
Bin Youcef menerima panggilan untuk audisi dengan sebuah rumah produksi di Los Angeles. Ketika itu, ia memerankan lima menit adegan dari drama ‘A Hatfull of Rain’. Drama itu menjadi pintu pembuka karier Bin Youcef.
Peristiwa 11 September sempat membuatnya terguncang. “Saya bertanya-tanya mengapa orang berpikir buruk tentang agama saya. Saya bingung dengan apa yang terjadi di dunia ini. Mereka menyerang keyakinan saya dan agama saya,” kenangnya seperti dikutip Voanews.com, Sabtu (10/8).
Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai pertanyaan yang ia dapat mengenai Islam mendorongnya untuk mengkaji lebih dalam tentang berbagai isu yang berkaitan dengan Islam. Keimanannya mulai kokoh kembali seiring hidayah yang direngkuhnya.
“Saya sempat berhenti shalat, hingga saya berumur 20 tahun dan mulai shalat lagi. Sejak itu, saya mulai mengumandangkan azan dan saya merasa saya telah menemukan keyakinan saya,” ujarnya.
Kini Bin Youcef tak begitu serius melakoni kariernya di dunia perfilman. Ia lebih dikenal sebagai seorang muadzin. Beberapa kalangan menggambarkan Abdul Wahab bin Youcef sebagai simbol toleransi beragama di Amerika, terutama aktivitasnya dalam berbagai kegiatan lintas agama.
Bin Youcef meyakini, kegiatan lintas agama cukup berpengaruh kepada orang-orang di AS, terlepas apakah mereka seseorang adalah Muslim, Kristen, Yahudi, Budha atau tanpa agama sekalipun. Dalam aktifitas lintas agamanya, Bin Youcef pernah diundang ke Gereja Marble Collegiate di kawasan Manhattan, New York untuk mengumandangkan azan di hadapan pemuka-pemuka berbagai agama saat dialog tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi.
“Saya ingin menunjukkan kepada dunia agama saya,” kata Bin Youcef. “Bahwa Islam adalah agama yang indah, tetapi beberapa orang telah salah paham dan menyalahgunakannya,” imbuhnya. [IK/Dkw/Rol]
0 comments:
Post a Comment