Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Hadiah dari Allah di Balik Ujian Sakit

Written By mimin on Tuesday, November 5, 2013 | 2:20 AM

Sakit (ilustrasi dari jurnalhajiumrah.com)
Entah ujian atau musibah yang kami terima, tapi kami berharap ini adalah ujian yang Allah SWT berikan untuk keluarga kami karena kasih sayangNya. Ujian sakit insyaAllah sebagai penggugur dosa. Suamiku diberikan sakit DM (Diabet Militus) yang sudah lama kurang lebih 5 tahun dan di tahun 2012 setelah memeriksakan kembali ke dokter apa yang menyebabkan kurus badannya karena komplikasi dengan paru-paru.

Suami termasuk orang yang sangat susah untuk memeriksakan diri ke dokter entah apa yang membuatnya demikian. Sebelum diketahui ada komplikasi paru-paru hanya berobat alternatif yang dia mau, bagaimana mungkin pengobatan maksimal bila hanya ilmu kira-kira. Alternatif mulai dari yang terapi listrik, sistim paket dan lain-lain dicoba tapi tidak merubah keadaan. Aktifitasnya tidak bisa maksimal, usaha yang dijalanipun tidak bisa diurus dengan baik, sholatpun dengan tayamum dan berbaring. Penderita DM haruslah olahraga agar kalori yang masuk ke dalam tubuhnya tidak menimbun menjadi zat gula, tapi inipun tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Salah seorang kakaknya akhirnya berhasil membujuk untuk berobat ke dokter spesialis penyakit dalam. Dan begitu diperiksa oleh dokter langsung di vonis Penyakit Paru-paru harus menginap di Rumah Sakit, selama 10 hari dirawat di RS. Jangan ditanya bagaimana lelahnya harus bolak-balik, kerja, rumah, rumahsakit tapi ini harus dijalani.

Setelah keluar Rumah Sakit harus mengkonsumsi obat untuk paru-paru selama 6 bulan jangan sampai terlewat, apabila 1 hari tidak mengkonsumsi maka harus minum obat dihitung awal lagi. Tak henti-hentinya kumohon pada Allah untuk kesembuhan suami dalam Sholat Wajib,Tahajud maupun Dhuha. Tak jarang kumenangis, aku pasrahkan pada Allah mohon kesembuhan dan suami diberikan kesempatan untuk pergi ke Baitullah. Semua beban terasa ringan setelah mencurahkan kepada Allah penguasa jagat raya seisinya. Melihat kondisi suami kamipun mohon doa dan maaf kepada orangtua dengan bersilahturahmi ke rumah orangtuaku. Dan karena melihat situasi yang di atas, ibu mertua beserta keluarga datang dari Pekalongan ke rumah ibuku. Silahturahmi memang banyak manfaatnya diantaranya membuka pintu rizki, panjang umur. Dan setelah keluarga bermusyawarah, ada saran dari saudara untuk mencoba pengobatan alternatif selain obat dokter tentunya. Dan Pekalongan adalah tempatnya, selain itu untuk mempercepat kesembuhan paru-parunya dengan terapi ke Pantai dengan menghirup udara pantai di pagi hari jarak rumah ibu di Pekalongan dengan Pantai juga lebih dekat. Walaupun berat berpisah tapi demi kesembuhan suamiku, aku dan anak-anak harus ikhlas. Yang terasa sekali sewaktu bulan Puasa Ramadhan, biasa kami berempat kini tinggal bertiga. Komunikasi tetap terjalin dan subhanallah perkembangan suami dari bulan ke bulan sangat bagus sekali. Berangsur-angsur tubuhnya yang kurus mulai gemuk kembali. Alhamdulillah, syukur atas anugrah yang Engkau berikan ya Allah. Terimakasih atas doa dari kedua ibu kami dan saudara serta sahabat.

Oh ya mungkin sedikit terlewat, pernah kudengar ceramah ustad Yusuf Mansyur bahwa obati penyakit dengan sedekah. Dan apa yang sering diceramahkan oleh beliau tentang keajaiban sedekah, kami alami juga. Kami rutinkan tiap hari Jum’at kepada anak-anak Yatim. Mohon maaf tidak ada maksud riya atau sombong tapi hanya menggaris bawahi bahwa memang betul yang kami rasakan kesembuhan suami karena doa-doa anak Yatim yang mustajab.

Ternyata di balik sakit suami, kami mendapatkan hadiah yang luar biasa dari Allah SWT. Aku berpikir bisa jadi kalau suami tidak sakit dahulu mungkin kami tidak berangkat Umroh sekeluarga. Subhanallah begitu indahnya Allah merangkai ujian menjadi Kebahagiaan. Benar “Maka sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh- sungguh. Dan hanya kepada Tuhanmu hendaklah engkau berharap.” (QS: Al-Insyiroh(94); 5-8).

Alhamdulillah atas kesembuhan suami kami dapat berkumpul kembali. Bulan Desember 2012 Kamipun segera menemui pimpinan KBIH yang aku dulu juga pergi haji. Kami sampaikan maksud kedatangan kami untuk ikut dalam rombongan KBIH untuk Umroh, namun ada kendala karena anak-anak yang masih belum ditinggal dan karena anak kedua anak kami masih sekolah jadi untuk umroh baru bisa di liburan sekolah sekitar bulan Juni-Juli kami menitipkan kepada saudara.

Tapi lagi-lagi aku harus menangis bahagia karena jawaban dari Pimpinan KBIH “Kenapa anak-anak ibu tidak diajak sekalian?”.
Jawabanku, ”Darimana kami harus membayar biaya untuk dua orang anak kami, biaya umroh ini hanya untuk kami berdua“.
“Ajak aja sekalian anak-anak, kami ingin memberikan kebahagiaan juga untuk ibu sekeluarga, untuk dana tidak usah dipikirkan, kapan saja ibu ada baru dilunasi tidak usah menjadi beban“.
Subhanallah , air mataku tak dapat dibendung. “Terimakasih banyak atas kebaikan ibu, insyaAllah kami tidak akan berhutang untuk pergi ke Baitullah, doakan kami ya bu semoga Rizki kami diluaskan”.

Dan barang siapa yang yakin atas janji Allah, akan diberikannya jalan keluar yang tiada disangka-sangka. Ada saja kran-kran Rizki yang mengalir untuk melunasi biaya umroh kedua anak kami. Alhamdulillah kami berangkat dengan Rombongan KBIH tgl 1 Februari 2013, tiada henti syukurku padaMu ya Robb, ke Baitullah bersama suami dan anak-anakku bisa secepat ini terwujud. Panggil kami kembali ya Allah dan juga kepada pembaca yang merindukan wanginya Ka’bah, indahnya Masjid Nabawi, dan mustajabnya doa-doa di Raudah dan tempat lainnya di Makkah Al Mukarohmah.

Saudaraku, janganlah merasa nestapa bila diberikan Ujian, kembalikanlah pada Allah, karena pasti ada hikmah yang Allah berikan bila kita menerimanya dengan Ikhlas. Tiada ujian yang diberikanNya melebihi kemampuan kita. Mohon dan yakin akan pertolongan Allah yang Maha Segalanya.

Semoga bermanfaat bagi para pembaca, mohon maaf atas segala salah dan khilaf karena kebenaran hanya milik Allah semata.

Penulis : Wiwit W.Soekandar
Tangerang

Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)

0 comments:

Post a Comment