Fenomena wanita Syiah di-mut’ah sudah menjadi rahasia umum. Namun apa yang dirilis Lembaga Penelitan dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar, Kamis (16/1), ini sungguh di luar nalar. Seorang wanita mengajak mut’ah seorang ikhwan yang baru dikenalnya. Jika peristiwa ini benar-benar terjadi sebagaimana disebutkan oleh situs lppimakassar.com sebagai kisah nyata, apakah karena doktrin pahala mut’ah atau alasan lainnya? Wallahu a’lam bish shawab. Inilah kisahnya:
Suatu siang pada bulan Agustus 2010, seorang ikhwan –sebut saja namanya Haidar- masuk ke dalam warung internet (warnet) yang terletak tidak jauh dari Kampus UNISMUH (Universitas Muhammadiyah) Makassar untuk melakukan browsing, buka facebook, googling, dsb.
Setelah laman facebook miliknya terbuka, mahasiswa semester 3 Ma’had al-Birr UNISMUH Makassar itu tak menyangka mendapatkan permintaan pertemanan dari seorang akhwat yang bernama Marlina (nama samaran). Dikatakan akhwat karena tampilan foto profilnya mengenakan cadar.
Setelah permintaan pertemanannya diterima, Marlina segera memulai chatting dengan Haidar.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam”
“Kuliah dimana?, antum (kamu) kuliah di Ma’had al-Birr?”
“Anti (anda) tahu dari mana?”
“Ini saya lagi lihat profil kamu.”
“Tahu profil saya dari mana?”
“Saya lihat sendiri kok”
“Kamu lihat di mana?”
“Saya di samping kamu”
“Samping mana?”
Tanpa menjawab pertanyaan terakhir dari Haidar, akhwat itu langsung keluar dari biliknya menuju bilik Haidar yang ada di sampingnya. Percakapan di dunia nyata pun dimulai.
Haidar kaget luar biasa. Gemetar. Keringat dingin pun bercucuran.
Dan tak disangka pula, akhwat Syiah itu langsung to the point.
“Antum (anda) mau kawin mut’ah?”
“Kenapa mau kawin mut’ah? Kenapa harus ana (saya) juga?”
“Ana barusan ini mau kawin mut’ah, dan ana maunya antum yang pertama kawin mut’ah dengan ana.”
Pada saat yang menegangkan itu, Marlina langsung membuka cadarnya di hadapan Haidar. Haidar pun kaget bukan kepalang. “Cantiknya bukan main, Masya Allah. Bibirnya seksi. Badannya molek. Dan parfumnya sangat wangi” Gumam Haidar.
Marlina ternyata berpakaian biasa (bukan jilbab besar), ia memakai kemeja putih, rok berwarna hitam, namun ia menggunakan cadar.
Marlina pun melanjutkan ajakannya, “Kalau antum mau, nanti ana ajak ke murabbi ana untuk bisa dapat rekomendasi dari murabbiku.”
Haidar semakin kaget, dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Namun Marlina tdak berhenti sampai di situ. Ia menahan Haidar dengan memegang tangannya, “Kenapa kita’ (kamu) tidak mau kah?”
“Saya buru-buru, karena sebentar lagi jam kuliah saya siang ini,” jawab Haidar seraya meninggalkan wanita Syiah itu.
Marlina hanya bisa diam berdiri melihat Haidar beranjak meninggalkannya. Ajakannya ditolak.
“Saya pikir ini iblis, karena nggak mungkin lah cewek secantik dia datang mengajak saya kawin mut’ah. Saking kagetnya saya, saya pun pergi tinggalkan dia untuk meninggalkan godaan setan yang sangat megejutkan ini,” Haidar menutup kisah uniknya kepada Muhammad Istiqamah. [LPPIM/Bersamadakwah]
Suatu siang pada bulan Agustus 2010, seorang ikhwan –sebut saja namanya Haidar- masuk ke dalam warung internet (warnet) yang terletak tidak jauh dari Kampus UNISMUH (Universitas Muhammadiyah) Makassar untuk melakukan browsing, buka facebook, googling, dsb.
Setelah laman facebook miliknya terbuka, mahasiswa semester 3 Ma’had al-Birr UNISMUH Makassar itu tak menyangka mendapatkan permintaan pertemanan dari seorang akhwat yang bernama Marlina (nama samaran). Dikatakan akhwat karena tampilan foto profilnya mengenakan cadar.
Setelah permintaan pertemanannya diterima, Marlina segera memulai chatting dengan Haidar.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam”
“Kuliah dimana?, antum (kamu) kuliah di Ma’had al-Birr?”
“Anti (anda) tahu dari mana?”
“Ini saya lagi lihat profil kamu.”
“Tahu profil saya dari mana?”
“Saya lihat sendiri kok”
“Kamu lihat di mana?”
“Saya di samping kamu”
“Samping mana?”
Tanpa menjawab pertanyaan terakhir dari Haidar, akhwat itu langsung keluar dari biliknya menuju bilik Haidar yang ada di sampingnya. Percakapan di dunia nyata pun dimulai.
Haidar kaget luar biasa. Gemetar. Keringat dingin pun bercucuran.
Dan tak disangka pula, akhwat Syiah itu langsung to the point.
“Antum (anda) mau kawin mut’ah?”
“Kenapa mau kawin mut’ah? Kenapa harus ana (saya) juga?”
“Ana barusan ini mau kawin mut’ah, dan ana maunya antum yang pertama kawin mut’ah dengan ana.”
Pada saat yang menegangkan itu, Marlina langsung membuka cadarnya di hadapan Haidar. Haidar pun kaget bukan kepalang. “Cantiknya bukan main, Masya Allah. Bibirnya seksi. Badannya molek. Dan parfumnya sangat wangi” Gumam Haidar.
Marlina ternyata berpakaian biasa (bukan jilbab besar), ia memakai kemeja putih, rok berwarna hitam, namun ia menggunakan cadar.
Marlina pun melanjutkan ajakannya, “Kalau antum mau, nanti ana ajak ke murabbi ana untuk bisa dapat rekomendasi dari murabbiku.”
Haidar semakin kaget, dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Namun Marlina tdak berhenti sampai di situ. Ia menahan Haidar dengan memegang tangannya, “Kenapa kita’ (kamu) tidak mau kah?”
“Saya buru-buru, karena sebentar lagi jam kuliah saya siang ini,” jawab Haidar seraya meninggalkan wanita Syiah itu.
Marlina hanya bisa diam berdiri melihat Haidar beranjak meninggalkannya. Ajakannya ditolak.
“Saya pikir ini iblis, karena nggak mungkin lah cewek secantik dia datang mengajak saya kawin mut’ah. Saking kagetnya saya, saya pun pergi tinggalkan dia untuk meninggalkan godaan setan yang sangat megejutkan ini,” Haidar menutup kisah uniknya kepada Muhammad Istiqamah. [LPPIM/Bersamadakwah]
0 comments:
Post a Comment