Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Shalahudin Wahid yang akrab dipanggil Gus Shalah meminta agar Hariri tidak lagi tampil sebagai da’i. Hal itu menanggapi ulah dai kondang tersebut yang menginjak leher petugas sound seperti terekam dalam video Youtube.
“Bagaimana tanggapan @Gus_Sholah tentang video ustad Hariri (menginjakkan kaki ke kepala jamaah)?” tanya Alawi Ibnu Imam kepada Gus Shalah di twitterland.
“Dia jangan boleh muncul lagi sebagai dai,” jawab Gus Shalah.
Selain Gus Shalah, banyak pula ulama dan ormas yang menyesalkan tindakan Hariri.
Ketua Ikadi Ustadz Achmad Satori Ismail mengatakan sikap Hariri seperti itu bisa merusak reputasi ustadz dan orang yang berbuat seperti itu tidak layak disebut ustadz.
“Bukan ustadz kalau dia berbuat seperti itu,” kata Satori, Kamis (13/2), seperti dikutip Republika. Ia meminta masyarakat harus mengkritisi tindakan ustadz yang tidak pantas seperti itu. Satori mengingatkan kepada masyarakat agar jangan mudah menyematkan nama ustadz, hanya karena orang bisa berdoa, menyitir ayat Al Qur`an dan Hadits.
Satori menegaskan, status seorang Dai harus sesuai dengan kepribadiannya. Menurut dia, mereka dipercayai masyarakat sebagai Dai karena memiliki kelebihan di atas orang awam dalam ilmu agama, ibadah, akhlak dan perilaku lain dalam kehidupan sehari-hari.
“Mereka pun harus mampu menjaga emosional dalam berdakwah, ini seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam,” ungkapnya.
Ia mencontohkan apa yang telah dilakukan Rasulullah dalam berdakwah. “Nabi dicaci, dimaki bahkan disiksa tapi tidak emosional bahkan tidak berubah sedikitpun perilaku hasanah-nya,” papar Satori. [Twitter/ROL/Bersamadakwah]
“Bagaimana tanggapan @Gus_Sholah tentang video ustad Hariri (menginjakkan kaki ke kepala jamaah)?” tanya Alawi Ibnu Imam kepada Gus Shalah di twitterland.
“Dia jangan boleh muncul lagi sebagai dai,” jawab Gus Shalah.
Selain Gus Shalah, banyak pula ulama dan ormas yang menyesalkan tindakan Hariri.
Ketua Ikadi Ustadz Achmad Satori Ismail mengatakan sikap Hariri seperti itu bisa merusak reputasi ustadz dan orang yang berbuat seperti itu tidak layak disebut ustadz.
“Bukan ustadz kalau dia berbuat seperti itu,” kata Satori, Kamis (13/2), seperti dikutip Republika. Ia meminta masyarakat harus mengkritisi tindakan ustadz yang tidak pantas seperti itu. Satori mengingatkan kepada masyarakat agar jangan mudah menyematkan nama ustadz, hanya karena orang bisa berdoa, menyitir ayat Al Qur`an dan Hadits.
Satori menegaskan, status seorang Dai harus sesuai dengan kepribadiannya. Menurut dia, mereka dipercayai masyarakat sebagai Dai karena memiliki kelebihan di atas orang awam dalam ilmu agama, ibadah, akhlak dan perilaku lain dalam kehidupan sehari-hari.
“Mereka pun harus mampu menjaga emosional dalam berdakwah, ini seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam,” ungkapnya.
Ia mencontohkan apa yang telah dilakukan Rasulullah dalam berdakwah. “Nabi dicaci, dimaki bahkan disiksa tapi tidak emosional bahkan tidak berubah sedikitpun perilaku hasanah-nya,” papar Satori. [Twitter/ROL/Bersamadakwah]
0 comments:
Post a Comment