Kemenangan seperti apa yang hendak dicapai oleh para aktifis gerakan Islam sekarang? Kemenangan yang berwujud kekuasaankah? Gerakan Islam mendapatkan kekuasaan karena dukungan mayoritas suara rakyat namun lima tahun kemudian ia hancur justru karena tidak mampu menjalankan amanat kekuasaan itu? Atau kemenangan selain menduduki kekuasaan juga mampu secara profesional menegakkan �kehendak Ilahi� dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat sehingga mereka semakin kokoh mendukung gerakan Islam dengan penuh percaya dan segala ketsiqahan?
Sesungguhnya generasi shahabat telah membuktikan diri mendapatkan kemenangan seperti yang disebut terakhir itu. Maka, rakyat (baca: umat) yang hidup di bawah naungan kemenangan mereka adalah rakyat yang merasa beruntung dan patut bangga; kebahagiaan ruhaniyah telah mendahului kesejahteraan fisik yang dirasakan sesudahnya. Maka, tidak ada fakta sejarah yang kemudian mencatat �Rakyat meluapkan kegembiraan dengan berakhirnya kekhalifahan Abu Bakar� atau �Rakyat merayakan kebebasan setelah meninggalnya Khalifah Umar�.
Kemenangan itu memang menjadi kemenangan hakiki. Saat rakyat menemukan pemimpin idamannya, dan saat pemegang amanat menjadi entitas baru yang selalu mampu mewujudkan harapan-harapan rakyatnya. Kemenangan hakiki itu semakin teguh di mimbar sejarah; sebab rakyat dan pemimpin telah menyatu dalam fikrah dan ideologi yang sama lalu mereka pun bergerak memperluas radius �rahmatan lil alamin�-nya. Yang kemudian menjadi semakin mengagumkan adalah: bahwa wilayah-wilayah baru yang dibuka kaum muslimin akhirnya mengetahui jati diri Islam dan generasi pertamanya. Maka, mereka pun menyambut seruan itu dan menikmati kehidupan barunya di bawah panji Islam.
Apa sebenarnya rahasia generasi pemenang seperti ini? Tidakkah bisa diungkap dan kemudian gerakan Islam di masa kini berupaya menapak tilasi langkah-langkah dahsyat ini? Buku �The Winning Generation� yang merupakan terjemahan dari �Min Akhlaaq an-Nashr fii Jiil ash-Shahabah� ini mencoba mengungkap rahasianya. Buku yang ditulis oleh Dr. Sayyid Muhammad Nuh ini berhasil memilah rahasia generasi pemenang menjadi 14 bagian. Setiap bagian didahuli dengan uraian/penjelasan tentang karakter yang dimaksud lalu disusul dengan kisah nyata keteladanan para shahabat dalam mengimplementasikan karakter itu dalam kehidupan nyata. Di sinilah nilai lebih dari buku ini. Ia menjadi bacaan yang mengasyikkan, membawa kita ke dalam dunia nyata yang terjadi 14 abad yang lalu. Lalu, setiap bagian akan ditutup dengan refleksi agar kita mampu mengulang �laku sejarah� yang sama serta solusi jika kita menghadapi kendala-kendala.
14 rahasia yang dipaparkan oleh penulis dalam buku setebal 254 halaman ini adalah:
1. Mengikhlaskan niat dan amal untuk Allah
2. Mengikuti sunnah
3. Menyucikan jiwa
4. Zuhud pada dunia
5. Memutus seluruh ikatan jahiliyah
6. Mencintai persatuan dan kesatuan
7. Bersegera mengikuti hukum Allah dan Rasul-Nya
8. Mencela hawa nafsu dan senantiasa merasa bersalah
9. Menaruh perhatian serius pada kemiliteran
10. Mewakafkan hidup untuk berdakwah
11. Solidaritas iman
12. Bersikap adil dan obyektif
13. Meyakini pertolongan dan kemenangan yang diberitakan Allah dan Rasul-Nya
14. Bersemangat mempelajari agama
Sekilas, keempat belas karakter di atas adalah hal-hal yang umum dan mudah dihafal. Akan tetapi, setelah membaca buku ini kita akan mengetahui kedalaman karakter yang menjadi rahasia kemenangan mereka. Kita mungkin akan merasa bahwa kita baru melihat realisasi karakter-karakter tersebut dan mendapatkan sisi lain -yang lebih luar biasa- pada diri para shahabat.
Akhirnya, buku terbitan Uswah Yogyakarta ini perlu dibaca oleh mereka yang menjadi bagian dari gerakan amal Islami yang kini tengah menapaki jalan menuju kemenangannya. Agar kemenangan itu menjadi kemenangan yang hakiki, agar kemenangan itu benar-benar anugerah Allah SWT, gerakan amal Islami perlu mengevaluasi langkah-langkahnya dan menapaki jalan kemenangan yang menjadi rahasia �the winning generation�. Semoga, mihwar dauli yang dicanangkan gerakan amal Islami segera terbuka dan seluruh gerbong dakwah bisa memasukinya. [Muchlisin]
0 comments:
Post a Comment