Hari itu, salah seorang sahabat Abdullah bin Umar melihat Ulama' putra Umar bin Khattab sedang minum air dingin. Ia terkejut. Ternyata setelah minum, ulama' besar sahabat Rasulullah ini menangis. Ia pun tidak bisa menahan diri untuk bertanya. "Apa yang membuatmu menangis?"
Abdullah bin Umar menjawab: "Saya teringat satu ayat Al-Qur'an:
??????? ?????????? ???????? ??? ??????????? [???/54]Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan. (QS. Saba' 54)
"Maka saya tahu", lanjutnya, "bahwa penduduk neraka tidak menginginkan sesuatu untuk syahwat mereka kecuali air..." Abdullah bin Umar menyelesaikan jawabannya masih dalam kondisi meneteskan air mata.
Saudaraku,
Berapa gelas kita minum hari ini? Banyak air yang telah masuk dan mengobati dahaga diri ini. Beberapa gelas telah kita konsumsi. Namun, pernahkah kita teringat akhirat saat kita merasakan kenikmatan duniawi yang dianugerahkan Ilahi. Apakah kita juga membayangkan panasnya neraka dan raungan penduduknya yang meminta setetes air. Setetes saja. Untuk menghilangkan dahaga abadi mereka. Untuk mengobati kehausan yang belum pernah sirna dari tenggorokan mereka.
Abdullah bin Umar telah mencontohkan sebuah kebiasaan rabbani. Merekalah orang-orang yang senantiasa membawa akal dan hatinya untuk mengingat akhirat di saat mereka berinteraksi dengan dunia. Saat merasakan nikmat, mereka membayangkan indahnya surga yang kenikmatannya berlipat ganda dari yang mereka rasakan saat ini. Atau, mereka tiba-tiba teringat bahwa kenikmatan itu takkan pernah mereka kecap jika Allah memasukkan mereka ke neraka.
Demikian juga saat mereka mendapatkan sakit atau bencana. Mereka segera ingat neraka yang kesakitan dan lukanya jauh lebih dahsyat dari itu semua. Maka, Lahirlah dzikir dalam setiap situasi. Bahkan, bersemailah syukur dalam semua kondisi.
Berapa gelas kita minum hari ini? Sudahkah itu membawa kita berdzikir atau mensyukurinya? [Muchlisin]
0 comments:
Post a Comment