Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu

Written By mimin on Tuesday, March 16, 2010 | 4:21 AM

Judul buku : Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu
Penulis : Muhammad Lili Nur Aulia
Penerbit : Tarbawi Press, Jakarta
Tahun Terbit : Januari 2010
Tebal : vii + 323 halaman


Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu. Tidak ada pilihan lain memang. Seorang muslim harus berada di atas Jalan-Nya, jalan Allah SWT. Ia harus istiqamah. Langkah kakinya harus kokoh menapaki jalan ini. Karena ia satu-satunya jalan yang akan menyelamatkan, sebagaimana ia jalan satu-satunya untuk meraih kebahagiaan hakiki; fid dunya hasanah, fil akhirati hasanah.

Yang menjadi permasalahan adalah, bahwa untuk kokoh di atas jalan-Nya, tidak semudah membalik telapak tangan atau semudah bibir mengucapkannya. Ia perlu dilandasi dengan kesadaran yang mendasar. Kesadaran spiritual yang tinggi. Yang sepenuhnya memahami bahwa berada di atas jalan ini merupakan rahmat Allah SWT. Kesadaran bahwa kasih sayang Allah begitu besar bagi orang yang telah dipilih dan dipertemukan di jalan-Nya.

Agar kokoh di jalan-Nya, hal kedua yang wajib dimiliki adalah keikhlasan. Keikhlasan sejak memulai perjalanan ini dan keikhlasan ketika berada dalam perjalanan. Jika kesadaran akan kasih sayang Allah dibahas di bab pertama, maka keikhlasan ini ditempatkan oleh Muhammad Lili Nur Aulia di bab kedua. Keikhlasan ini perlu diperiksa setiap saat. Niat perlu diperbarui agar senantiasa ikhlas, sebagaimana ditulis di bawah judul Saling Mengingatkan tentang Niat dalam bab ini. Dalam bab yang sama penulis juga berpendapat sama dengan jumhur ulama� bahwa dalam ibadah ghairu mahdhah diperbolehkan memperbanyak niat, dan ini dianjurkan untuk meraih kebaikan dan fadhilah yang lebih banyak. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dengan landasan keikhlasan akan lebih kokoh dan �mengabadi� sebagaimana contoh Imam Malik dan Al-Muwatha� yang ditulis Muhammad Lili Nur Aulia di bawah judul Ikhlaskan Semuanya�

Agar kaki kokoh di atas jalan-Nya, diperlukan pula pembelajaran dari masa lalu. Dari masa lalu ini ada dua hal yang perlu diambil. Pertama, dari teladan dakwah, perlu diambil sebagai contoh. Kedua, dari kesalahan dan penyimpangan di masa lalu, perlu diambil ibrah agar tidak terjadi lagi; dihindari. Di dalam bab ketiga: Cermin Perjalanan dari Penghulu Dakwah, Muhammad Lili Nur Aulia menempatkan lima judul artikel untuk bisa mewakili pembelajaran dari masa lalu ini, khususnya interaksi yang pertama.

Hubungan antar aktifis di jalan ini juga mempengaruhi kokohnya kaki di atas jalan ini. Hubungan ini perlu dibangun atas dasar cinta. Dan semestinya orang-orang yang mencintai Allah terikat dalam cinta antar mereka. Bukankah tanda cinta kepada seseorang adalah mencintai apa yang dicintainya? Bab keempat buku Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ini memberi kita bekal untuk membangun hubungan itu.

Bab kelima memberikan warning kepada kita agar tidak terpeleset dan terjatuh di jalan ini. Untuk itu perlu disadari dimana letak kelemahan kita, sebab syaitan akan mengincar titik lemah itu dengan tahapan demi tahapan jebakan. Harta, kekuasaan, dan perempuan adalah tiga diantara jebakan syaitan pada aktifis dakwah seperti pengalaman Syaikh Ali Tanthawi yang ditulis dalam Sehari Bersama Syaitan di bab ini.

Bersamaan dengan menutup jalan-jalan syaitan, hal yang harus kita lakukan adalah memasuki semua ruang kebaikan, sebagaimana judul bab keenam buku Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ini. Artinya, semua peluang kebaikan yang ada tidak boleh disia-siakan. Begitu banyak peluang seperti ini sehingga bab ini berisi artikel terbanyak, sampai berjumlah 15 judul. Banyaknya peluang kebaikan ini berikut untuk mengokohkan kaki di atas jalan-Nya, membuat kita harus segera bangkit dan berdiri. Tidak ada alasan untuk terduduk dan diam.

Jika di awal disebutkan bahwa agar kaki kokoh di jalan-Nya perlu dibangun hubungan atas dasar cinta antar sesama aktifisnya, maka kebersamaan dalam cinta ini pun perlu dijaga. Dalam kebersamaan itulah aktifis-aktifis dakwah melalui jalan-Nya dan saling mengokohkan kaki di sana. Dan akhirnya, perjalanan ini harus ditutup dengan akhir yang baik; husnul khatimah. Ending itu sangat menentukan hasil perjalanan selama ini. Karenanya, artikel terakhir di dalam buku Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu berjudul Meniti Jalan Menuju Mati Syahid. Inilah upaya merealisir slogan yang senantiasa diucapkan; syahid fi sabilillah asma amanina.

Kompilasi Rubrik Ruhaniyat di Majalah Tarbawi
Buku Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ini sebenarnya adalah kompilasi rubrik Ruhaniyat di Majalah Tarbawi. Rubrik Ruhaniyat sendiri merupakan rubrik yang hadir di setiap edisi, dan diasuh oleh Muhammad Lili Nur Aulia. Artikel terakhir yang dimuat di buku ini adalah dari edisi 220 Majalah Tarbawi, yakni edisi kedua bulan Januari 2010, tepat seperti bulan diterbitkannya buku ini.

Meskipun kumpulan artikel, buku ini telah diurutkan dengan susunan yang sedemikian rupa sehingga membentu alur pembahasan yang cukup sistematis. Ia tidak diurutkan berdasarkan edisi majalah tarbawi (sesuai tanggal terbit).

Sebagaimana tulisan-tulisan Muhammad Lili Nur Aulia yang lain, buku Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ini enak dibaca karena gaya bahasa penulisnya yang mengalir, disertai contoh-contoh hidup pelaku sejarah yang menjadi ilustrasi atau latar belakang dari pesan utama yang ingin disampaikan. Bagi saya dan pembaca yang menyukai gaya penulisan seperti ini, buku Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ini sangat menarik. Dan, sebagaimana harapan penerbit, buku ini semoga menjadi renungan perjalanan menuju Allah SWT.

Judul-judul Artikel dalam Buku Ini
Saya merasa perlu menulis judul-judul artikel dalam buku ini sesuai urutannya, agar para pengunjung yang belum memiliki buku ini tetapi mengoleksi majalah tarbawi bisa kembali membuka koleksinya dengan mengikuti sistematika dalam buku ini:

Bab I : Kita Di Sini, Semata Karena Kasih Sayang Allah SWT
Saudaraku, Allah Sangat Menyayangimu
Tak Ada yang Lebih Luas Melebihi Kasih Sayangnya
Kasih Sayang-Nya, Ada Meski Kita Tergelincir
Ingat-Ingatlah Nikmat Kasih Sayang Ini

Bab II : Mari, Kita Mulai Perjalanan Ini
Saling Mengingatkan tentang Niat
Ikhlaskan Semuanya
Mutiara Keikhlasan Itu
Agar Hanya Allah yang Tahu
Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih

Bab III : Cermin Perjalanan dari Penghulu Dakwah
Ini Jalan yang Penuh Keseriusan
Nasihat dari Jabal Rumat
Tabuk Dahulu dan �Tabuk� Hari Ini
Hadirlah di antara Ayat Surat Abasa
Selama Tidak Gagal di Mata Allah

Bab IV : Persemaian Cinta Antara Kita
Kita, Saling Membutuhkan
Allah SWT Mencintaimu
Katakanlah : Maafkanlah Aku
Penderitaan yang Membersihkan Hati

Bab V : Hati-hati Terpeleset dan Terjatuh
Di Mana Kelemahan Kita?
Sehari Bersama Syaitan
Sekutu yang Gemar Berkhianat
Lepaskan Buhul-buhul Itu
Yang Mungkin Hilang dari Ibadah Kita

Bab VI : Masuki Semua Ruang Kebaikan
Ridha-lah untuk Mendapat Keridhaan-Nya
Pernahkah Kita Merasakan Suasana Ini?
Sebelum Pintu Kedua Surga Tertutup
Menjadi Pendamping Rasulullah SAW di Surga
Terjemahan Apa yang Ada dalam Hati
Ayah Ibu, Doakanlah Mereka
Ahlul Fajr
Mari Khatamkanlah Al-Qur�an
Mengenang Ramadhan Kita
Apakah Kita Akan Meninggalkan Kenikmatan itu Sekarang?
Hatim Al-Ashlam Menunaikan Haji
Banyak yang Hilang dari Diri Kita
Sampai Kita Ada di Sini
Ya Rabb, Tambahkanlah Ma�rifah Kami
Mengapa Harus Orang Lain yang Meminta

Bab VII : Mengapa Terduduk? Berdiri dan Bangkitlah
�Sudah Lewat Waktu untuk Tidur, Ya Khadijah��
Agar Kita Menjadi Rijaal
Musibah, di Mata Mereka dan Kita
Apakah Kita Merasakan Apa yang Mereka Rasakan?
Jiwa yang Tergugah karena Kemaksiatannya
Ciptakanlah Obsesi Kita
Mimpi-mimpi Besar
Pemimpin Adil, Setelah Khulafaur Rasyidin dan Umar bin Abdul Aziz
Merindukan Al-Umari

Bab VIII : Bersama, Jaga Kebersamaan Ini
Semoga Allah Mengampuni dan Dirimu
Mengundang Bencana Tapi Mendatangkan Rahmat
Mengapa Muka Abu Dujanah Berseri dan Bercahaya?
Menahan Diri untuk Tak Dikatakan Hebat
Perselisihan dalam Bingkai Cinta

Bab IX : Menjelang Titik Akhir yang Menentukan
Karena Engkau Pasti Akan Meninggalkannya
Bagaimana Kita, Saat Menjelang Kematian?
Meniti Jalan Menuju Mati Syahid (1)
Meniti Jalan Menuju Mati Syahid (2)

Akhirnya, semoga bedah buku singkat ini bermanfaat. Dan sekali lagi, semoga buku Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ini menjadi renungan perjalanan menuju Allah SWT sebagaimana harapan penerbitnya. [Muchlisin]

0 comments:

Post a Comment