Setali tiga uang. Begitulah sikap warga Israel yang tidak berbeda dengan kebijakan-kebijakan pemerintah zionisnya. Jika pemerintah Zionis ngotot hendak membangun Haikal Sulaiman di atas puing Masjid Al-Aqsha (tentu setelah upaya mereka meruntuhkan Masjid Al-Aqsha berhasil), warga Israel kemarin sore (25/03) mulai mengusir warga asli Palestina di Al-Quds.
Warga pemukiman Yahudi membagikan selebaran sejak sore hari. Sontak, selebaran ini membuat kaget warga asli Palestina. Apalagi isinya sangat rasialis, bahwa yang berhak tinggal di Palestina hanya kaum Yahudi. Sedangkan bangsa lain harus angkat kaki dari tanah itu.
�Tertulis dalam kitab para nabi bahwa akibat kita tidak tinggal di tanah ini karena perintah tuhan, bangsa yahudi diusir dan tinggal di luar selama 2000 tahun. Sekarang setelah bangsa Israel kembali ke tanah Israel � seperti yang dijanjikan para nabi, sudah waktunya bangsa Israel menerapkan perintah itu. Karenanya kami meminta kalian pindah dari tahan Israel� demikian salah satu bunyi selebaran itu.
Israel Tidak Tahu Malu
Tindakan agresif Israel yang begitu terbuka kepada Palestina menuai kecaman dari banyak negara. Namun Israel sepertinya tidak mau tahu atau memang tidak tahu malu.
Selain aksi demonstrasi di berbagai belahan dunia mengecam pendirian sinagog di kompleks Masjidil Aqsha dan penggusuran warga Palestina, pekan ini hubungan Israel dengan banyak negara juga memburuk akibat tindakan-tindakan Israel sendiri.
Mauritania resmi menutup hubungan dengan Zionis Israel menyusul protes presiden Ould Abdel Aziz memprotes perang yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza.
Pemerintah Australia juga telah memutuskan untuk mendeportase direktur perancang Mossad dari negaranya, terkait penggunaan paspor Australia dalam pembunuhan pemimpin Hamas, Mabhuh.
Sedangkan koran Inggris The Guardian edisi Rabu (24/3) menilai tindakan entitas Zionis yang memalsukan paspor Inggris dalam melakukan aksi pembunuhan pemimpin militer Gerakan Hamas Mahmud Mabhuh, sebagai sikap arogan. Apalagi, dalam menjalankan aksinya Israel (Mossad) memakai paspor palsu Inggris. Sebelumnya, Inggris bahkan sudah mengusir diplomat Israel. [AN]
Warga pemukiman Yahudi membagikan selebaran sejak sore hari. Sontak, selebaran ini membuat kaget warga asli Palestina. Apalagi isinya sangat rasialis, bahwa yang berhak tinggal di Palestina hanya kaum Yahudi. Sedangkan bangsa lain harus angkat kaki dari tanah itu.
�Tertulis dalam kitab para nabi bahwa akibat kita tidak tinggal di tanah ini karena perintah tuhan, bangsa yahudi diusir dan tinggal di luar selama 2000 tahun. Sekarang setelah bangsa Israel kembali ke tanah Israel � seperti yang dijanjikan para nabi, sudah waktunya bangsa Israel menerapkan perintah itu. Karenanya kami meminta kalian pindah dari tahan Israel� demikian salah satu bunyi selebaran itu.
Israel Tidak Tahu Malu
Tindakan agresif Israel yang begitu terbuka kepada Palestina menuai kecaman dari banyak negara. Namun Israel sepertinya tidak mau tahu atau memang tidak tahu malu.
Selain aksi demonstrasi di berbagai belahan dunia mengecam pendirian sinagog di kompleks Masjidil Aqsha dan penggusuran warga Palestina, pekan ini hubungan Israel dengan banyak negara juga memburuk akibat tindakan-tindakan Israel sendiri.
Mauritania resmi menutup hubungan dengan Zionis Israel menyusul protes presiden Ould Abdel Aziz memprotes perang yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza.
Pemerintah Australia juga telah memutuskan untuk mendeportase direktur perancang Mossad dari negaranya, terkait penggunaan paspor Australia dalam pembunuhan pemimpin Hamas, Mabhuh.
Sedangkan koran Inggris The Guardian edisi Rabu (24/3) menilai tindakan entitas Zionis yang memalsukan paspor Inggris dalam melakukan aksi pembunuhan pemimpin militer Gerakan Hamas Mahmud Mabhuh, sebagai sikap arogan. Apalagi, dalam menjalankan aksinya Israel (Mossad) memakai paspor palsu Inggris. Sebelumnya, Inggris bahkan sudah mengusir diplomat Israel. [AN]
0 comments:
Post a Comment