Alhamdulillah, kini kita akan membahas Shahih Bukhari hadits ke-12. Hadits ini masih termasuk dalam Kitab Iman (كتاب الايمان).
Hadits ke-12 Shahih Bukhari yang akan kita bahas ini memiliki redaksi awal yang hampir sama dengan hadits ke-11 pekan lalu, yakni pertanyaan sahabat yang kemudian dijawab Rasulullah. Imam Bukhari memberikan judul bab "Memberi Makan adalah Perangai Islam" untuk hadits ke-12 ini. Dengan pertimbangan bahwa ada hal lain dalam hadits ini selain memberikan makan, Bersama Dakwah memberikan judul yang lebih luas: "Humanisme Islam".
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, "Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW: 'Bagaimanakah Islam yang paling baik?' Nabi SAW menjawab: 'Memberi makan (orang-orang miskin), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal.'"
Penjelasan Hadits
Kita lihat pertanyaan ini hampir sama dengan pertanyaan sahabat Nabi pada hadits ke-11. Bedanya, hadits ke-11 menggunakan kata "afdhal" dan pada hadits ini menggunakan kata "khair". Menurut Al-Karmani, afdhal (lebih utama) berarti yang paling banyak pahalanya, dan khair (baik) berarti banyak manfaatnya. Kata yang pertama berkenaan dengan kuantitas, kata kedua berkenaan dengan kualitas.
Akan tetapi, jawaban yang diambil oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani tentang berbedanya jawaban pada dua hadits yang berurutan ini bukan pada perbedaan kata itu. Artinya, baik khair maupun afdhal, keduanya bisa bermakna sama. Yang membedakan perbedaan jawaban Rasulullah adalah berbedanya orang yang bertanya dan para pendengarnya. Rasulullah bermaksud memberikan jawaban yang paling tepat bagi orang yang bertanya. Yang tidak lain merupakan celah bagi orang itu untuk memperbaiki dirinya agar menjadi lebih sempurna.
تُطْعِمُ الطَّعَامَ
Memberi makan
Maksudnya adalah, memberi makan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Berarti pula menjamu tamu. Dalam pengertian yang lebih luas, keislaman yang baik itu adalah yang memiliki kepekaan terhadap problem sosial, khususnya kesejahteraan. Ini sangat diperhatikan oleh Islam. Sebab Islam adalah agama yang sempurna. Bukan hanya mengatur hubungan dengan Allah, melainkan juga memberikan kemanfaatan kepada sesama. Menolong kaum dhuafa', mereka yang lemah. Bentuk sederhananya adalah memberi makan, bentuk luasnya adalah meningkatkan kesejahteraan sesama. Subhaanallah, betapa tingginya nilai humanisme Islam.
تَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal
Sebab Islam adalah agama kedamaian. Salam merupakan simbol perdamaian. Orang lain didoakan supaya selamat setiap bertemu dan berpisah. Saling mendoakan adalah bentuk merealisasikan perdamaian. Ia juga melahirkan kedamaian dan ketentraman, baik bagi yang mengucapkan maupun yang diucapkan salam padanya. Ini sisi humanisme Islam yang lain.
Hebatnya lagi, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mengucapkan salam pada siapa saja baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Khususnya dalam masyarakat Islam. Jadi, bila tidak ada kekhawatiran yang signifikan bahwa orang yang dihadapi adalah non muslim, Rasulullah menganjurkan untuk mengucapkan salam. Kenal ataupun tidak kenal.
Pelajaran Hadits
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Islam memiliki nilai humanisme yang sangat tinggi. Sebab Islam bukan hanya mengatur hubungan kepada Allah, melainkan juga pada sesama.
2. Memberikan makan kepada fakir miskin dan upaya meningkatkan kesejahteraan mereka merupakan salah satu ajaran Islam yang sekaligus menunjukkan betapa tingginya humanisme Islam;
3. Muslim hendaknya menciptakan kedamaian di manapun ia berada. Menyebarkan salam kepada siapapun, baik yang dikenal maupun tidak adalah bagian dari upaya ini, sepanjang tidak dikhawatirkan mereka itu orang kafir;
4. Rasulullah adalah teladan terbaik yang sangat luar biasa. Beliau menjawab pertanyaan dengan jawaban yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan penanya.
Demikian hadits ke-12 Shahih Bukhari dan penjelasannya, semoga bermanfaat untuk menambah pemahaman Islam kita, memotivasi kita untuk memperbaiki kualitas keislaman kita, hingga menjadikan kita termasuk muslim yang baik dan banyak manfaatnya. Wallaahu a'lam bish shawab. []
KEMBALI KE HADITS 11
Hadits ke-12 Shahih Bukhari yang akan kita bahas ini memiliki redaksi awal yang hampir sama dengan hadits ke-11 pekan lalu, yakni pertanyaan sahabat yang kemudian dijawab Rasulullah. Imam Bukhari memberikan judul bab "Memberi Makan adalah Perangai Islam" untuk hadits ke-12 ini. Dengan pertimbangan bahwa ada hal lain dalam hadits ini selain memberikan makan, Bersama Dakwah memberikan judul yang lebih luas: "Humanisme Islam".
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, "Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW: 'Bagaimanakah Islam yang paling baik?' Nabi SAW menjawab: 'Memberi makan (orang-orang miskin), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal.'"
Penjelasan Hadits
Kita lihat pertanyaan ini hampir sama dengan pertanyaan sahabat Nabi pada hadits ke-11. Bedanya, hadits ke-11 menggunakan kata "afdhal" dan pada hadits ini menggunakan kata "khair". Menurut Al-Karmani, afdhal (lebih utama) berarti yang paling banyak pahalanya, dan khair (baik) berarti banyak manfaatnya. Kata yang pertama berkenaan dengan kuantitas, kata kedua berkenaan dengan kualitas.
Akan tetapi, jawaban yang diambil oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani tentang berbedanya jawaban pada dua hadits yang berurutan ini bukan pada perbedaan kata itu. Artinya, baik khair maupun afdhal, keduanya bisa bermakna sama. Yang membedakan perbedaan jawaban Rasulullah adalah berbedanya orang yang bertanya dan para pendengarnya. Rasulullah bermaksud memberikan jawaban yang paling tepat bagi orang yang bertanya. Yang tidak lain merupakan celah bagi orang itu untuk memperbaiki dirinya agar menjadi lebih sempurna.
تُطْعِمُ الطَّعَامَ
Maksudnya adalah, memberi makan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Berarti pula menjamu tamu. Dalam pengertian yang lebih luas, keislaman yang baik itu adalah yang memiliki kepekaan terhadap problem sosial, khususnya kesejahteraan. Ini sangat diperhatikan oleh Islam. Sebab Islam adalah agama yang sempurna. Bukan hanya mengatur hubungan dengan Allah, melainkan juga memberikan kemanfaatan kepada sesama. Menolong kaum dhuafa', mereka yang lemah. Bentuk sederhananya adalah memberi makan, bentuk luasnya adalah meningkatkan kesejahteraan sesama. Subhaanallah, betapa tingginya nilai humanisme Islam.
تَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Sebab Islam adalah agama kedamaian. Salam merupakan simbol perdamaian. Orang lain didoakan supaya selamat setiap bertemu dan berpisah. Saling mendoakan adalah bentuk merealisasikan perdamaian. Ia juga melahirkan kedamaian dan ketentraman, baik bagi yang mengucapkan maupun yang diucapkan salam padanya. Ini sisi humanisme Islam yang lain.
Hebatnya lagi, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mengucapkan salam pada siapa saja baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Khususnya dalam masyarakat Islam. Jadi, bila tidak ada kekhawatiran yang signifikan bahwa orang yang dihadapi adalah non muslim, Rasulullah menganjurkan untuk mengucapkan salam. Kenal ataupun tidak kenal.
Pelajaran Hadits
Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:
1. Islam memiliki nilai humanisme yang sangat tinggi. Sebab Islam bukan hanya mengatur hubungan kepada Allah, melainkan juga pada sesama.
2. Memberikan makan kepada fakir miskin dan upaya meningkatkan kesejahteraan mereka merupakan salah satu ajaran Islam yang sekaligus menunjukkan betapa tingginya humanisme Islam;
3. Muslim hendaknya menciptakan kedamaian di manapun ia berada. Menyebarkan salam kepada siapapun, baik yang dikenal maupun tidak adalah bagian dari upaya ini, sepanjang tidak dikhawatirkan mereka itu orang kafir;
4. Rasulullah adalah teladan terbaik yang sangat luar biasa. Beliau menjawab pertanyaan dengan jawaban yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan penanya.
Demikian hadits ke-12 Shahih Bukhari dan penjelasannya, semoga bermanfaat untuk menambah pemahaman Islam kita, memotivasi kita untuk memperbaiki kualitas keislaman kita, hingga menjadikan kita termasuk muslim yang baik dan banyak manfaatnya. Wallaahu a'lam bish shawab. []
KEMBALI KE HADITS 11
Untuk membuka seluruh hadits dengan mudah melalui DAFTAR ISI, silahkan klik
KUMPULAN HADITS SHAHIH BUKHARI
KUMPULAN HADITS SHAHIH BUKHARI
0 comments:
Post a Comment