Enam anggota BIN gadungan menyusup di acara Parliamentary Union of the Organization of Islamic Cooperation (PUIC) atau Parlemen Negara-Negara Islam yang ketujuh di Palembang. Untungnya, Kepolisian Daerah Sumatera Selatan berhasil membekuk enam orang yang diduga sebagai agen intelijen tersebut.
Agen asing itu menyusup ke ruang sidang dengan mengaku sebagai anggota Badan Intelejen Negara (BIN). Selama acara, dari pembukaan (24/1) hingga penutupan (27/1), enam orang itu telah menyamar dan berbaur dengan delegasi dari 51 negara Muslim lainnya.
Aparat menyita barang bukti berupa 13 unit Blackberry, laptop, uang tunai senilai Rp 33 juta dan Handy Talky (HT) dan berkas-berkas lainnya saat ini sedang dalam pemeriksaan intensif Laboratorium Forensik Polda Sumsel.
Penyidik belum mengetahui, apa tujuan mereka mengumpulkan data dari konferensi organisasi yang beranggotakan parlemen negara-negara OKI itu.
Keenam agen asing itu diduga mengikuti langkah utusan salah satu Negara di Timur Tengah dan kemudian menyerahkan informasi ke Negara Asing.
“Diduga kerja mereka dibiayai pihak lain yang tujuannya untuk mengetahui informasi dari Negara yang dimata-mata. Setelah mendapat infomasi itu orang tersebut mengirimkan data ke pihak lain melalui teknologi internet dan Blackberry,” ungkap salah satu sumber dari BIN.
“Ada sebagian data-data maupun informasi yang ditemukan dalam kamar nomor 706 terdapat bukti-bukti seperti foto dan rekaman konferensi PUIC. Mereka sudah dicurigai sejak tanggal 27 dan baru diamankan tanggal 31 kemarin,” tambah sumber itu.
Wakil Direktur Direktorat Reskrim Umum Polda Sumsel AKBP Imam Sachroni SIk di sela penyidikan kemarin, mengatakan, keenam tersangka itu bernama Cristine Hapsari, Dwi N, Idham, Trisno, Arto, dan Gatot.
Menanggapi berita ini, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Scot Marciel Scot mengelak. Ia bahkan meminta masyarakat tidak terpengaruh atas isu yang berkembang paska ditangkapnya enam anggota BIN gadungan itu. [IK/Hdy]
Agen asing itu menyusup ke ruang sidang dengan mengaku sebagai anggota Badan Intelejen Negara (BIN). Selama acara, dari pembukaan (24/1) hingga penutupan (27/1), enam orang itu telah menyamar dan berbaur dengan delegasi dari 51 negara Muslim lainnya.
Aparat menyita barang bukti berupa 13 unit Blackberry, laptop, uang tunai senilai Rp 33 juta dan Handy Talky (HT) dan berkas-berkas lainnya saat ini sedang dalam pemeriksaan intensif Laboratorium Forensik Polda Sumsel.
Penyidik belum mengetahui, apa tujuan mereka mengumpulkan data dari konferensi organisasi yang beranggotakan parlemen negara-negara OKI itu.
Keenam agen asing itu diduga mengikuti langkah utusan salah satu Negara di Timur Tengah dan kemudian menyerahkan informasi ke Negara Asing.
“Diduga kerja mereka dibiayai pihak lain yang tujuannya untuk mengetahui informasi dari Negara yang dimata-mata. Setelah mendapat infomasi itu orang tersebut mengirimkan data ke pihak lain melalui teknologi internet dan Blackberry,” ungkap salah satu sumber dari BIN.
“Ada sebagian data-data maupun informasi yang ditemukan dalam kamar nomor 706 terdapat bukti-bukti seperti foto dan rekaman konferensi PUIC. Mereka sudah dicurigai sejak tanggal 27 dan baru diamankan tanggal 31 kemarin,” tambah sumber itu.
Wakil Direktur Direktorat Reskrim Umum Polda Sumsel AKBP Imam Sachroni SIk di sela penyidikan kemarin, mengatakan, keenam tersangka itu bernama Cristine Hapsari, Dwi N, Idham, Trisno, Arto, dan Gatot.
Menanggapi berita ini, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Scot Marciel Scot mengelak. Ia bahkan meminta masyarakat tidak terpengaruh atas isu yang berkembang paska ditangkapnya enam anggota BIN gadungan itu. [IK/Hdy]
0 comments:
Post a Comment