Adalah Yazid bin Habib, salah seorang generasi terbaik umat ini. Ia menceritakan kepada kita perihal sahabatnya, Abul Khoir.
Diceritakan oleh Yazid bin Habib, bahwa Abul Khoir adalah orang yang selalu datang pertama kali di setiap shalat Subuh. Tidak ada orang yang lebih dulu darinya. Sebuah kebiasaan baik yang jarang kita temui di jaman sekarang. Di mana kita hidup pada jaman akhir, di mana kehidupan dunia lebih didamba dan diburu oleh generasinya. Di samping itu, ada satu lagi kebiasaan baik yang juga selalu dilakukan oleh Abul Khoir. Ia melakukan ini sepanjang hidupnya. Kebiasaan itu adalah, berinfak di pagi hari ketika berangkat shalat Subuh berjamaah. Subhanallah! Bahkan, generasi kita saat ini, masih berhitung perihal apa yang akan dimakan hari ini? Lain Abul Khoir, lain pula kita.
Kemudiaan, pada perjalanan kehidupan kedua sahabat itu, Yazid menemukan keanehan pada suatu pagi. Apa pasal? Abul Khoir mengantongi bawang ketika sudah berada di dalam masjid. Dengan heran, Yazib bertanya kepada sahabatnya itu, “Wahai sahabatku? Mengapa kau membawa bawang ke rumah Allah ini? Bukankah itu membuatmu dan membuat kita semua terganggu karena baunya?” Dengan senyum yang agak dipaksakan, Abul Khoir menjawab lirih, Ia nampak malu. Jawabnya, “Wahai sahabatku Yazid, hanya ini yang kupunya untuk kusedekahkan di pagi hari ini.” Subhanallahi Walhamdulillah wa Laa Ilaha illallahu Wallahu Akbar.
Kisah ini bukan cerita hampa. Ini adalah fakta sejarah yang tertulis rapi dengan tinta emas sejarah. Di mana ketika itu, yang didamba oleh mereka hanyalah surga dan ridho Allah, bukan selain itu. Ketika mendengar seruan, baik wahyu maupun hadits dari Nabi, mereka tidak berpikir panjang. Mereka serta merta mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat.” Dan mereka tidak berhenti pada tataran itu. Lebih dari itu, mereka mencoba dengan sekuat tenaga, hingga titik penghabisan untuk melakukan perintah itu.
Mereka melakukan itu bukan karena dunia, bukan pula karena menghendaki pujian sesama, bukan pula agar dikenang oleh generasi setelahnya. Yang membuat mereka melakukan hal itu adalah sabda Sang Rasul Mulia dalam sebuah riwayat, ”Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, ‘Ya Tuhanku, karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena Allah’.Yang satu lagi menyeru, ‘Musnahkanlah orang yang menahan hartanya’”
Sedekah, selamanya adalah manfaat. Meskipun dalam kaca mata sebagian kita, hal itu bisa mengurangi harta lantaran membagi yang kita miliki. Oleh karenanya, diperlukan keimanan yang baja untuk dapat mempraktekan apa yang diajarkan oleh Rasulullah, sebagai sebaik-baik teladan. Sedekah adalah burhan, bukti. Bukti keimanan kita kepada Allah dan RasulNya.
Sebagaimana Abul Khoir, kita pun akan membuktikan, bahwa sedekah akan terus kita lakukan, sesuai dengan yang kita miliki. Abul Khoir telah menyedekahkan harta terakhirnya, sekantong bawang. Lantas, Apa yang telah kita siapkan setiap hari untuk bersedekah?
Jikapun tak ada sesuatu untuk disedekahkan, semoga senyum dan wajah berseri kepada sahabat kita adalah jalan yang bisa kita tempuh untuk terus bersedekah. Karena, “Senyummu kepada saudaramu,” Kata Nabi, “adalah sedekah.” Wallahu a’lam bish shawab.[]
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
Diceritakan oleh Yazid bin Habib, bahwa Abul Khoir adalah orang yang selalu datang pertama kali di setiap shalat Subuh. Tidak ada orang yang lebih dulu darinya. Sebuah kebiasaan baik yang jarang kita temui di jaman sekarang. Di mana kita hidup pada jaman akhir, di mana kehidupan dunia lebih didamba dan diburu oleh generasinya. Di samping itu, ada satu lagi kebiasaan baik yang juga selalu dilakukan oleh Abul Khoir. Ia melakukan ini sepanjang hidupnya. Kebiasaan itu adalah, berinfak di pagi hari ketika berangkat shalat Subuh berjamaah. Subhanallah! Bahkan, generasi kita saat ini, masih berhitung perihal apa yang akan dimakan hari ini? Lain Abul Khoir, lain pula kita.
Kemudiaan, pada perjalanan kehidupan kedua sahabat itu, Yazid menemukan keanehan pada suatu pagi. Apa pasal? Abul Khoir mengantongi bawang ketika sudah berada di dalam masjid. Dengan heran, Yazib bertanya kepada sahabatnya itu, “Wahai sahabatku? Mengapa kau membawa bawang ke rumah Allah ini? Bukankah itu membuatmu dan membuat kita semua terganggu karena baunya?” Dengan senyum yang agak dipaksakan, Abul Khoir menjawab lirih, Ia nampak malu. Jawabnya, “Wahai sahabatku Yazid, hanya ini yang kupunya untuk kusedekahkan di pagi hari ini.” Subhanallahi Walhamdulillah wa Laa Ilaha illallahu Wallahu Akbar.
Kisah ini bukan cerita hampa. Ini adalah fakta sejarah yang tertulis rapi dengan tinta emas sejarah. Di mana ketika itu, yang didamba oleh mereka hanyalah surga dan ridho Allah, bukan selain itu. Ketika mendengar seruan, baik wahyu maupun hadits dari Nabi, mereka tidak berpikir panjang. Mereka serta merta mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat.” Dan mereka tidak berhenti pada tataran itu. Lebih dari itu, mereka mencoba dengan sekuat tenaga, hingga titik penghabisan untuk melakukan perintah itu.
Mereka melakukan itu bukan karena dunia, bukan pula karena menghendaki pujian sesama, bukan pula agar dikenang oleh generasi setelahnya. Yang membuat mereka melakukan hal itu adalah sabda Sang Rasul Mulia dalam sebuah riwayat, ”Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, ‘Ya Tuhanku, karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kerena Allah’.Yang satu lagi menyeru, ‘Musnahkanlah orang yang menahan hartanya’”
Sedekah, selamanya adalah manfaat. Meskipun dalam kaca mata sebagian kita, hal itu bisa mengurangi harta lantaran membagi yang kita miliki. Oleh karenanya, diperlukan keimanan yang baja untuk dapat mempraktekan apa yang diajarkan oleh Rasulullah, sebagai sebaik-baik teladan. Sedekah adalah burhan, bukti. Bukti keimanan kita kepada Allah dan RasulNya.
Sebagaimana Abul Khoir, kita pun akan membuktikan, bahwa sedekah akan terus kita lakukan, sesuai dengan yang kita miliki. Abul Khoir telah menyedekahkan harta terakhirnya, sekantong bawang. Lantas, Apa yang telah kita siapkan setiap hari untuk bersedekah?
Jikapun tak ada sesuatu untuk disedekahkan, semoga senyum dan wajah berseri kepada sahabat kita adalah jalan yang bisa kita tempuh untuk terus bersedekah. Karena, “Senyummu kepada saudaramu,” Kata Nabi, “adalah sedekah.” Wallahu a’lam bish shawab.[]
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
0 comments:
Post a Comment