Di saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) gencar memberikan pemahaman umat dan mengeluarkan buku tentang kesesatan Syi’ah, tiba-tiba muncul buku “mensesatkan” MUI.
Buku berjudul “Apakah MUI Sesat” (Berdasarkan 10 Kriteria Aliran Sesat) itu ditulis oleh Emilia Renita Az, istri Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Djalaluddin Rahmat.
Ketika dihubungi hidayatullah.com melalui sambungan telepon, Emilia mengakui bukunya itu sebagai jawaban atas buku yang telah dikeluarkan Tim MUI Pusat berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia.”
Menurut Emilia, selama ini MUI dinilai secara seenaknya mensesatkan orang dengan dampak yang tidak sedikit. Sementara tak ada satupun orang/lembaga yang berani mengkritisi.
“Sekali ini MUI dilawan wanita Syiah," kata Emilia, Ahad (2/2).
Emilia menambahkan, buku “Apakah MUI Sesat” (Berdasarkan 10 Kriteria Aliran Sesat) ini dinilai merupakan titik tolak kebangkitan Syiah yang dinilai tertindas.
“Gak bisa orang dikafirin, dan mereka merasakan bagaimana dikafirkan. Yang mengkafirkan mereka itu orang Syiah, perempuan, “ tambahnya.
Ia menilai, melakukan itu karena selama ini fatwa-fatwa MUI tidak ada yang membantah dan seluruh fatwanya ditaati.
Saat ditanyakan mengapa fatwa MUI -yang merupakan keputusan institusi para ulama ormas-ormas ahlus sunnah- tidak dilawan dengan fatwa resmi syiah, Emilia mengisyaratkan bahwa antara ahlus sunnah dan syiah tidak akan bisa ketemu.
“Kalau kita pakai hujjah Syiah, kita tidak ketemu malahan,” imbuhnya. [AM/bersamadakwah]
Buku berjudul “Apakah MUI Sesat” (Berdasarkan 10 Kriteria Aliran Sesat) itu ditulis oleh Emilia Renita Az, istri Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Djalaluddin Rahmat.
Ketika dihubungi hidayatullah.com melalui sambungan telepon, Emilia mengakui bukunya itu sebagai jawaban atas buku yang telah dikeluarkan Tim MUI Pusat berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia.”
Menurut Emilia, selama ini MUI dinilai secara seenaknya mensesatkan orang dengan dampak yang tidak sedikit. Sementara tak ada satupun orang/lembaga yang berani mengkritisi.
“Sekali ini MUI dilawan wanita Syiah," kata Emilia, Ahad (2/2).
Emilia menambahkan, buku “Apakah MUI Sesat” (Berdasarkan 10 Kriteria Aliran Sesat) ini dinilai merupakan titik tolak kebangkitan Syiah yang dinilai tertindas.
“Gak bisa orang dikafirin, dan mereka merasakan bagaimana dikafirkan. Yang mengkafirkan mereka itu orang Syiah, perempuan, “ tambahnya.
Ia menilai, melakukan itu karena selama ini fatwa-fatwa MUI tidak ada yang membantah dan seluruh fatwanya ditaati.
Saat ditanyakan mengapa fatwa MUI -yang merupakan keputusan institusi para ulama ormas-ormas ahlus sunnah- tidak dilawan dengan fatwa resmi syiah, Emilia mengisyaratkan bahwa antara ahlus sunnah dan syiah tidak akan bisa ketemu.
“Kalau kita pakai hujjah Syiah, kita tidak ketemu malahan,” imbuhnya. [AM/bersamadakwah]
0 comments:
Post a Comment