Dai muda penghafal Qur'an, Andy Wiyarto, berpulang ke rahmatullah, Kamis (23/1) sore. Sebelum wafat, ustadz berusia 24 tahun ini sempat menangis. Namun, ia menangis bukan karena sakit kanker darah yang dideritanya.
Peristiwa mengharukan itu terjadi saat relawan Infaq Dakwah Club (IDC) menjenguknya di rumah sakit, awal Januari lalu. Ustadz yang berkhidmat di di pesantren Ma’had ’Aly Baitul Hikmah Al-Islamy Sukoharjo, Jawa Tengah ini menanyakan kabar pemuda-pemuda Islam yang ditembak oleh Densus 88 di Ciputat, Tangerang Selatan.
"Ustadz Andy bahkan menangis berkaca-kaca kala mendengarkan bahwa saudara-saudaranya yang dibantai Densus 88 secara keji memperoleh tanda-tanda kesyahidan. Ustadz Andi yang mendengarkan kisah-kisah tersebut dengan sepenuh perhatian, wajahnya nampak sayup. 'Masya Allah, masya Allah...' ujarnya terbata-bata," kata relawan IDC seperti dikutip Shoutussalam.com, Kamis (23/1).
Ibu almarhum mengungkapkan, semasa hidupnya Andy sangat berbakti kepada orang tuanya.
“Orangnya luar biasa. Dia itu pendiam, cerdas dan anak yang shalih. Sama adik-adik dan orang tuanya dia sayang. Dia bahkan nggak pernah meminta apa pun yang menyusahkan orang tua,” tutur Siti Qoriah, Ibunda Ustadz Andy .
“Setiap dipanggil ibu dia langsung sempatkan datang meski di pesantren itu dia sibuk,” tambahnya.
Saat menjalani perawatan intensif akibat leukemia yang dideritanya, dai zuhud berusia 24 tahun ini terkendala biaya. Dukungan umat Islam dari berbagai penjuru tanah air pun mengalir. [IK/Bersamdakwah]
Peristiwa mengharukan itu terjadi saat relawan Infaq Dakwah Club (IDC) menjenguknya di rumah sakit, awal Januari lalu. Ustadz yang berkhidmat di di pesantren Ma’had ’Aly Baitul Hikmah Al-Islamy Sukoharjo, Jawa Tengah ini menanyakan kabar pemuda-pemuda Islam yang ditembak oleh Densus 88 di Ciputat, Tangerang Selatan.
"Ustadz Andy bahkan menangis berkaca-kaca kala mendengarkan bahwa saudara-saudaranya yang dibantai Densus 88 secara keji memperoleh tanda-tanda kesyahidan. Ustadz Andi yang mendengarkan kisah-kisah tersebut dengan sepenuh perhatian, wajahnya nampak sayup. 'Masya Allah, masya Allah...' ujarnya terbata-bata," kata relawan IDC seperti dikutip Shoutussalam.com, Kamis (23/1).
Ibu almarhum mengungkapkan, semasa hidupnya Andy sangat berbakti kepada orang tuanya.
“Orangnya luar biasa. Dia itu pendiam, cerdas dan anak yang shalih. Sama adik-adik dan orang tuanya dia sayang. Dia bahkan nggak pernah meminta apa pun yang menyusahkan orang tua,” tutur Siti Qoriah, Ibunda Ustadz Andy .
“Setiap dipanggil ibu dia langsung sempatkan datang meski di pesantren itu dia sibuk,” tambahnya.
Saat menjalani perawatan intensif akibat leukemia yang dideritanya, dai zuhud berusia 24 tahun ini terkendala biaya. Dukungan umat Islam dari berbagai penjuru tanah air pun mengalir. [IK/Bersamdakwah]
0 comments:
Post a Comment