Penting diingat baik-baik. Pangkal dari segala masalah, adalah jauhnya kita dari Allah. Sehingga, kita akan salah merujuk ketika mendapat masalah. Alhasil, kita seperti memberi obat batuk kepada orang yang sedang diare. Ini persis seperti orang-orang berkata, "Jaka sembung makan permen, gak nyambung, Men!"
Kemudian, solusi dari semua masalah, adalah kedekatan dengan Allah. Sekilas, ini nampak konyol. Tapi, andai kita mau merunut dengan baik, maka akan ketemu jawabannya. Misalnya, kita dilanda pusing. Jika kita dekat dengan Allah, maka fikiran pertama adalah : Allah sedang menguji. Berikutnya : Allah akan mengurangi dosa saya dengan pusing ini. Selanjutnya : saya harus ikhtiar mencari obat kesembuhan, agar semakin bisa dekat dengan Allah dengan melakukan aneka jenis ibadah yang diperintahkan.
Logis, kan?
Jika kemudian, kita sudah 'merasa' dekat dengan Allah, lalu aneka masalah tetap datang bertubi-tubi, bisa jadi, dan tentu saja, Allah punya maksud yang sangat baik. Yakni, menguji. Apakah kita benar-benar dekat dengan Allah, atau hanya sok 'merasa' dekat padahal aslinya jauh bahkan jauh banget?
Sehingga, masalah ujian ini, jika kita benar-benar dekat dengan Allah, maka sikap yang timbul adalah : Allah menghendaki agar kita semakin dekat denganNya.
Tentang kedekatan dengan Allah ini, pun misalnya kita bukan siapa-siapa, tidak pernah makan bangku sekolah sekalipun, jika kedekatan dengan Allah ini digapai dengan cara yang benar, maka Dia pasti akan memberikan petunjukNya.
Bukankah, dahulu, bangsa Quraisy itu kaum yang terbelakang, sangat ortodoks, pagan, dan seterusnya? Kemudian, Nabi datang membawa cahaya Islam. Umat jahil itu 'disulap' dengan celupan Ilahi, hingga kemudian mereka mengaumkan potensinya. Dan terbukti, orang-orang gurun pasir itu, bisa menguasai dunia. Menaklukkan Romawi, Persia, Konstantinopel dan peradaban-peradaban dunia kala itu.
Maka, ketika saat ini, kaum muslimin sedang ditindas dengan aneka penjajahan, bisa jadi, pangkal dari semua jenis penindasan itu adalah jauhnya kaum muslimin dari Allah.
Jauhnya kita dari masjid dan shalat jama'ah, jauhnya kita dari tilawah, tadabbur, dan tahfidz al-Qur'an, jauhnya diri dari majlis ilmu, jauhnya umat dari sedekah, silaturahim, tahajjud, dhuha, dzikir, dan sejenisnya.
Sehingga, sumber dari semua itu, sejatinya, jika hendak berkata jujur, bukan dari orang lain. Tapi dari diri sendiri. Karena, sampai kapanpun, Islam, khilafah, dan apapun namanya, tidak akan pernah tegak kecuali kita sudah memenuhi masjid ketika Subuh seperti jama'ah shalat Jum'at.
Jadi, jika kini, kita masih tertinggal jauh dari 'tetangga' sebelah, maka solusinya dimulai dari bangun subuh, kemudian mengisi hari dengan aneka ibadah yang diperintahkan. Bukan begandang nonton sampai malam, lalu subuh kesiangan, dan tidur di awal pagi. Lalu siang bangun dan meneriakkan kalimat-kalimat kebaikan namun enggan memulainya dari diri sendiri.
Semoga kita semakin mengerti.[]
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
Kemudian, solusi dari semua masalah, adalah kedekatan dengan Allah. Sekilas, ini nampak konyol. Tapi, andai kita mau merunut dengan baik, maka akan ketemu jawabannya. Misalnya, kita dilanda pusing. Jika kita dekat dengan Allah, maka fikiran pertama adalah : Allah sedang menguji. Berikutnya : Allah akan mengurangi dosa saya dengan pusing ini. Selanjutnya : saya harus ikhtiar mencari obat kesembuhan, agar semakin bisa dekat dengan Allah dengan melakukan aneka jenis ibadah yang diperintahkan.
Logis, kan?
Jika kemudian, kita sudah 'merasa' dekat dengan Allah, lalu aneka masalah tetap datang bertubi-tubi, bisa jadi, dan tentu saja, Allah punya maksud yang sangat baik. Yakni, menguji. Apakah kita benar-benar dekat dengan Allah, atau hanya sok 'merasa' dekat padahal aslinya jauh bahkan jauh banget?
Sehingga, masalah ujian ini, jika kita benar-benar dekat dengan Allah, maka sikap yang timbul adalah : Allah menghendaki agar kita semakin dekat denganNya.
Tentang kedekatan dengan Allah ini, pun misalnya kita bukan siapa-siapa, tidak pernah makan bangku sekolah sekalipun, jika kedekatan dengan Allah ini digapai dengan cara yang benar, maka Dia pasti akan memberikan petunjukNya.
Bukankah, dahulu, bangsa Quraisy itu kaum yang terbelakang, sangat ortodoks, pagan, dan seterusnya? Kemudian, Nabi datang membawa cahaya Islam. Umat jahil itu 'disulap' dengan celupan Ilahi, hingga kemudian mereka mengaumkan potensinya. Dan terbukti, orang-orang gurun pasir itu, bisa menguasai dunia. Menaklukkan Romawi, Persia, Konstantinopel dan peradaban-peradaban dunia kala itu.
Maka, ketika saat ini, kaum muslimin sedang ditindas dengan aneka penjajahan, bisa jadi, pangkal dari semua jenis penindasan itu adalah jauhnya kaum muslimin dari Allah.
Jauhnya kita dari masjid dan shalat jama'ah, jauhnya kita dari tilawah, tadabbur, dan tahfidz al-Qur'an, jauhnya diri dari majlis ilmu, jauhnya umat dari sedekah, silaturahim, tahajjud, dhuha, dzikir, dan sejenisnya.
Sehingga, sumber dari semua itu, sejatinya, jika hendak berkata jujur, bukan dari orang lain. Tapi dari diri sendiri. Karena, sampai kapanpun, Islam, khilafah, dan apapun namanya, tidak akan pernah tegak kecuali kita sudah memenuhi masjid ketika Subuh seperti jama'ah shalat Jum'at.
Jadi, jika kini, kita masih tertinggal jauh dari 'tetangga' sebelah, maka solusinya dimulai dari bangun subuh, kemudian mengisi hari dengan aneka ibadah yang diperintahkan. Bukan begandang nonton sampai malam, lalu subuh kesiangan, dan tidur di awal pagi. Lalu siang bangun dan meneriakkan kalimat-kalimat kebaikan namun enggan memulainya dari diri sendiri.
Semoga kita semakin mengerti.[]
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
0 comments:
Post a Comment